Analisis Puisi:
Puisi "Rembiga" karya Sindu Putra merupakan karya yang penuh simbol, imaji, dan refleksi batin. Dengan gaya ekspresionis dan metaforis, penyair menghadirkan realitas sosial, penderitaan, dan pergulatan manusia dalam menghadapi hidup.
Tema
Tema utama puisi ini adalah pergulatan manusia dengan penderitaan, lapar, dan beban hidup yang dibalut simbol kuda, lelaki, dan perempuan. Puisi ini memotret kondisi sosial dengan nuansa yang surealis.
Puisi ini bercerita tentang perjalanan batin seorang tokoh yang hidup di tengah kesulitan—ditandai dengan lapar, penyakit, dan beban sejarah keluarga. Simbol kuda, lelaki kurus, dan perempuan sejati menjadi representasi berbagai aspek kehidupan: kekuatan, kelemahan, hingga daya bertahan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa hidup adalah medan perjuangan yang dipenuhi penderitaan, tetapi dalam penderitaan itu juga lahir daya tahan, kreativitas, dan identitas. Kuda yang kejang dan lapar melambangkan tubuh manusia yang terus diuji, sementara tokoh lelaki dan perempuan menghadirkan dimensi sosial serta spiritual. Ada pula lapisan makna erotis dalam penggambaran tubuh, sayap, dan tanduk, yang menandakan hasrat manusia yang tak bisa ditekan meski hidup penuh beban.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini adalah kelam, muram, dan penuh ketegangan batin. Namun di sela-selanya, ada nuansa perlawanan dan daya hidup yang kuat, misalnya melalui simbol “sayap kupu-kupu” yang melintasi selat.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang dapat ditangkap adalah bahwa manusia, meski hidup dalam penderitaan dan keterbatasan, tetap memiliki daya untuk bertahan, berjuang, bahkan melahirkan makna dari hidupnya. Lapar, sakit, dan kesulitan bukanlah akhir, melainkan bagian dari perjalanan eksistensi.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji yang padat dan simbolis:
- Imaji fisik: “kuda, tubuhnya kejang sedari subuh”, “lelaki kurus menuntun di jalan menanjak”, menggambarkan penderitaan nyata.
- Imaji alam dan kerja: “panen padi-padi didirinya”, “memanggang garam ditubuhnya” menyiratkan kehidupan agraris sekaligus beratnya perjuangan hidup.
- Imaji fantastis: “sayap kupu-kupu melintasi selat”, “tanduk di keningnya” melahirkan nuansa surealis yang memperkaya lapisan makna.
Majas
Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: “lapar dalam puisiku” sebagai simbol keterhubungan antara penderitaan fisik dan penciptaan karya.
- Personifikasi: “kuda, tubuhnya kejang sedari subuh” memberi nyawa pada simbol hewan sebagai representasi penderitaan manusia.
- Simbolisme: “sayap kupu-kupu” melambangkan kebebasan dan harapan, sedangkan “tanduk di keningnya” bisa dipahami sebagai kekuatan primal atau daya magis.
- Repetisi: pengulangan kata “lapar” menekankan penderitaan dan kesungguhan hidup.
Puisi "Rembiga" karya Sindu Putra adalah potret pergulatan manusia dengan penderitaan dan kenyataan sosial, tetapi juga merupakan simbol perjalanan eksistensial. Dengan kekayaan imaji, majas, dan simbol yang kuat, puisi ini menghadirkan pengalaman membaca yang intens, penuh ketegangan, sekaligus reflektif. Ia menegaskan bahwa lapar, penderitaan, dan puisi adalah tiga hal yang tak terpisahkan dalam perjalanan manusia.