Analisis Puisi:
Puisi "Ritus Insyaf" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa menggambarkan proses kesadaran manusia dalam menghadapi hidup yang penuh kelalaian. Dengan bahasa yang lugas, ironi, sekaligus menyentuh, penyair menyoroti perjalanan spiritual yang sering diwarnai oleh kelamnya masa lalu dan kemudian berujung pada pencarian makna sejati.
Tema
Tema utama puisi ini adalah perjalanan kesadaran manusia dari kelalaian menuju insyaf. Puisi ini menyoroti bagaimana hidup yang terjebak dalam dosa dan permainan fana pada akhirnya hanya membawa kehampaan, hingga muncul kesadaran untuk mencari bekal kehidupan sejati.
Puisi ini bercerita tentang seorang musafir yang sebelumnya hidup dalam kelalaian—terjebak dalam kesenangan semu seperti khamr, judi, dan nafsu—namun akhirnya menyadari bahwa perjalanan hidup tanpa bekal spiritual akan sia-sia. Kesadaran itu hadir seperti sebuah ritus, sebuah titik balik yang memaksa manusia untuk menengok ke dalam dirinya sendiri.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kritik terhadap manusia yang melupakan tujuan hakiki hidup. Penyair ingin menunjukkan bahwa kesenangan duniawi yang berlebihan akan membuat manusia linglung, tanpa arah, bahkan kehilangan bekal untuk kehidupan setelah mati. Kesadaran atau insyaf hanya mungkin datang ketika seseorang berani mengakui keterpurukan dirinya dan menyiapkan bekal spiritual.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini terasa ironis, getir, dan reflektif. Ada nada sindiran terhadap kelalaian manusia, tetapi juga ada keheningan yang mendorong pembaca untuk merenung.
Amanat / pesan yang disampaikan
Pesan yang terkandung dalam puisi ini adalah pentingnya insyaf sebelum terlambat. Hidup bukan semata-mata permainan yang dipenuhi kesenangan sesaat, melainkan perjalanan panjang yang membutuhkan bekal. Puisi ini mengingatkan agar manusia tidak lalai, tetapi mempersiapkan diri dengan amal dan kesadaran rohani.
Imaji
Beberapa imaji yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- “terbenam di tong keriput” → menghadirkan gambaran keterpurukan yang menyedihkan.
- “doa telungkup berselimut sarung” → imaji seseorang yang malas beribadah, tertidur dalam kelalaian.
- “oase hanya imaji, mimpi surga di siang hari” → imaji ilusi dan harapan palsu yang tak pernah nyata tanpa usaha.
Majas
Puisi ini menggunakan sejumlah majas untuk memperkuat maknanya, antara lain:
- Majas metafora: “Musafir hanya kenal main-main” → musafir di sini sebagai simbol manusia dalam perjalanan hidup.
- Majas ironi: “doa telungkup berselimut sarung, lupa dibangunkan sampai linglung” → menyindir kelalaian dalam ibadah.
- Majas hiperbola: “oase hanya imaji” → menegaskan bahwa harapan tanpa usaha hanyalah fatamorgana.
Puisi "Ritus Insyaf" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa adalah cermin refleksi bagi manusia yang sering terlena dalam permainan duniawi. Melalui citraan ironi dan bahasa yang sederhana namun tajam, penyair mengingatkan bahwa perjalanan hidup sejatinya adalah menuju kesadaran spiritual. Insyaf bukan hanya sebuah kata, melainkan ritus penting yang menentukan arah hidup manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Karya: Lasinta Ari Nendra Wibawa
