Analisis Puisi:
Puisi berjudul "Sajak" karya Hartojo Andangdjaja adalah salah satu karyanya yang sederhana tetapi sarat makna. Melalui penggambaran tentang sajak itu sendiri, penyair mengajak pembaca merenungkan bagaimana puisi menjadi medium perjalanan batin, kerinduan, sekaligus doa.
Tema
Tema utama puisi ini adalah sajak sebagai media kenangan, kerinduan, dan pencarian spiritual. Puisi bukan hanya ekspresi estetis, tetapi juga sebuah jalan untuk mencari sesuatu yang jauh, bahkan yang bersifat ilahiah.
Puisi ini bercerita tentang sajak yang dipersonifikasikan sebagai sosok pengelana. Sajak itu berjalan melewati bukit, lembah, dan tanah-tanah indah, mencari “jejak” seseorang yang dirindukan. Namun pencarian ini tidak berhenti pada manusia, melainkan menjelma sebagai doa yang ditujukan kepada Tuhan. Dengan demikian, sajak menjadi jembatan antara dunia nyata, kenangan, dan spiritualitas.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa puisi dapat menjadi wadah pencarian makna hidup dan hubungan dengan Tuhan. Sajak lahir dari kenangan, kerinduan, dan perjalanan batin manusia. Ia bisa berfungsi sebagai sarana komunikasi—baik dengan sesama maupun dengan Sang Pencipta. Dalam prosesnya, sajak mengandung nilai keabadian karena terus mencari dan menyimpan jejak kehidupan.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini adalah lirih, penuh kerinduan, dan religius. Ada keindahan ketika sajak berjalan menyusuri bukit dan lembah, namun ada pula rasa rindu mendalam yang akhirnya bermuara pada doa dan kepasrahan.
Amanat / Pesan yang disampaikan
Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa puisi bukan hanya karya seni, tetapi juga doa, kenangan, dan sarana spiritual. Melalui puisi, manusia dapat mencari sesuatu yang hilang, mengenang masa lalu, sekaligus mendekatkan diri kepada Tuhan.
Imaji
Puisi ini menghadirkan banyak imaji visual dan emosional, misalnya:
- Imaji perjalanan: “mengelana di tanah-tanah indah, lewat bukit dan lembah.”
- Imaji spiritual: “dalam doa, dan bersimpuh; Tuhanku….”
- Imaji kerinduan: “ia makin rindu.”
Imaji tersebut memberi warna pada perjalanan batin yang dialami sajak.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi, sajak diperlakukan seperti makhluk hidup yang dapat mengelana, membaca jejak, dan merindu.
- Metafora, sajak dijadikan perumpamaan bagi kenangan yang hidup dan terus mencari sesuatu.
- Repetisi, terlihat pada pengulangan baris awal dan akhir: “Sajak ialah kenangan yang tercinta mencari jejakmu, di dunia.” Pengulangan ini mempertegas inti puisi.
Puisi "Sajak" karya Hartojo Andangdjaja menampilkan perenungan sederhana namun mendalam tentang hakikat sajak itu sendiri. Dengan tema kerinduan dan pencarian spiritual, puisi ini bercerita tentang sajak yang berjalan sebagai kenangan, doa, dan jalan menuju Tuhan. Makna tersiratnya menekankan bahwa puisi tidak berhenti sebagai ekspresi estetika, melainkan juga menjadi ruang batin yang menghubungkan manusia dengan sesuatu yang lebih besar. Imaji perjalanan dan doa, serta majas personifikasi dan metafora, memperkuat suasana religius yang lirih dan penuh kerinduan.
Biodata Hartojo Andangdjaja:
- Edjaan Tempo Doeloe: Hartojo Andangdjaja.
- Ejaan yang Disempurnakan: Hartoyo Andangjaya.
- Hartojo Andangdjaja lahir pada tanggal 4 Juli 1930 di Solo, Jawa Tengah.
- Hartojo Andangdjaja meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 1990 (pada umur 60 tahun) di Solo, Jawa Tengah.
- Hartojo Andangdjaja adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.