Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Saya Menyetrika Pakaian (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Saya Menyetrika Pakaian" karya Afrizal Malna bercerita tentang pengalaman berbagai individu yang hidup di luar tanah kelahirannya, dalam ...
Saya Menyetrika Pakaian

Dia adalah deru kereta .... Seorang wanita Indonesia di 
Bern, membuat bahasa aneh, dari jaket kulit dan 
pembebasan visa: "Suami saya seorang Itali. Tetapi saya 
dari Gunung Kidul." Di Sungai Melezza, batu-batu 
berkaca menghanyutkan kembali lukisan-lukisan Bacon, 
jadi bangkai-bangkai rumah Abad 20. Rasialisme telah 
tertanam dalam warna kulitku. Dia adalah sapi dan sepeda, 
di antara gereja, kafe, dan batang-batang rel kereta.

Perkenalkan, namaku Muhamad Amin, dari Irak. Tapi 
sebuah negeri telah membuatku hidup hanya dari wortel, 
body lotion, dan paspor yang menyimpan keresahan para 
imigran. Dia adalah seorang Jerman, yang belajar 
tersenyum dari tomat-tomat yang tumbuh di balkon. 
Danke. Revolusi Iran telah mengusirku hanya karena 
teater. Lalu para seniman menolak setrikaan di Monte 
Verito. Dia adalah ... tiba-tiba ingin jadi makhluk danau 
di Ascona. Mengirim bukit-bukit berhimpitan, tanpa 
Hitler, Madonna, atau si jenggot dari Trier: Ini tembok 
untukmu, Berlin, jangan sedih.

Tetapi bank-bank telah menanam Suisse, di antara 
kantor-kantor pemerintah, seperti bunga di kamar mandi: 
Siapa yang mau bunuh diri dengan keindahan. Wi, wi ... 
mari. Dia telah membuat sebuah negeri dari perahu 
penyeberangan, di sepanjang Sungai Rhein. Tetapi di 
sebuah pesta ulang tahun, dia adalah sejumlah pelukan 
bernyanyi ... oh, my papa ... "Namaku Lili dari 
Madagaskar," dalam bahasa Perancis yang tercekik.

1993

Sumber: Kalung dari Teman (1999)

Analisis Puisi:

Puisi "Saya Menyetrika Pakaian" karya Afrizal Malna menampilkan dunia yang kompleks, multikultural, dan penuh imaji yang mengejutkan. Melalui gaya khas Afrizal Malna yang surrealis, fragmentaris, dan padat simbol, pembaca dibawa menyelami pengalaman manusia di tengah ruang transnasional, imigrasi, dan identitas yang terus berubah.

Tema

Tema utama puisi ini adalah identitas, migrasi, dan pengalaman manusia di dunia modern yang kompleks. Karya ini menyoroti percampuran budaya, perasaan terasing, dan interaksi antara individu dengan lingkungan sosial-politik. Selain itu, puisi ini juga mengangkat tema pertemuan lintas budaya, eksil, dan kondisi imigran yang menghadapi kehidupan baru dengan segala kesulitan dan absurditasnya.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman berbagai individu yang hidup di luar tanah kelahirannya, dalam konteks kota-kota Eropa dan pengalaman global. Tokoh-tokoh dalam puisi meliputi:
  • Seorang wanita Indonesia di Bern yang menjalin hubungan lintas negara.
  • Muhamad Amin dari Irak yang hidup di tengah keterasingan dan harus menyesuaikan diri dengan aturan negara baru.
  • Seorang Jerman yang belajar menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari, termasuk dari hal-hal sederhana seperti tomat di balkon.
Cerita yang disampaikan tidak linear, melainkan fragmentaris dan metaforis, menghadirkan pengalaman perantau, interaksi budaya, dan pencarian identitas di tengah dunia modern. Adegan-adegan seperti batu-batu Sungai Melezza yang “menghanyutkan kembali lukisan-lukisan Bacon” dan kota-kota Eropa yang tercatat dalam puisi memperkuat kesan simbolik dan reflektif.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini berkaitan dengan kebingungan, keterasingan, dan pencarian identitas di dunia global. Setiap tokoh mengalami konflik antara asal-usul dan tempat baru, antara identitas pribadi dan tekanan sosial-politik. Misalnya, Muhamad Amin “hidup hanya dari wortel, body lotion, dan paspor yang menyimpan keresahan para imigran,” menandakan kesulitan bertahan hidup dan pencarian tempat di dunia yang asing. Puisi ini juga menyiratkan kritik terhadap birokrasi, eksil politik, dan absurditas kehidupan modern, yang sering memaksa manusia beradaptasi dengan cara yang tidak wajar atau mengejutkan.

Imaji

Afrizal Malna menghadirkan imaji yang kuat dan terkadang absurd, yang menstimulasi visual dan emosional pembaca:
  • Deru kereta, batu-batu Sungai Melezza, dan lukisan-lukisan Bacon menghadirkan imaji visual yang hidup, simbol kerusakan dan sejarah.
  • Sapi dan sepeda di antara gereja dan kafe menciptakan imaji yang absurd, menekankan interaksi manusia dengan ruang kota yang aneh dan penuh simbol.
  • Tomat yang tumbuh di balkon, perahu penyeberangan di Sungai Rhein, dan bukit-bukit berhimpitan menghadirkan imaji keseharian dan alam sebagai bagian dari pengalaman manusia.
Imaji-imaji ini memperkuat tema keterasingan, multikulturalisme, dan absurditas kehidupan kota modern.

Majas

Beberapa majas yang dapat ditemukan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: “Batu-batu berkaca menghanyutkan kembali lukisan-lukisan Bacon” menjadi metafora pengaruh sejarah dan trauma terhadap kehidupan kontemporer.
  • Personifikasi: Paspor yang “menyimpan keresahan para imigran” memberi benda mati sifat manusia untuk menekankan penderitaan.
  • Hiperbola dan absurditas: Penggambaran tokoh sebagai “sapi dan sepeda” atau “makhluk danau di Ascona” menghadirkan efek mengejutkan sekaligus simbolik.
  • Ironi dan satir halus: Interaksi tokoh dengan sistem negara baru atau birokrasi dunia modern sering tampak absurd, menyoroti ketidaklogisan kehidupan migran.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Puisi ini menyampaikan pesan tentang kehidupan manusia di dunia modern yang multikultural, dinamis, dan kadang absurd. Afrizal Malna mengajak pembaca untuk memahami keterasingan, konflik identitas, dan adaptasi dalam ruang global. Selain itu, puisi ini menekankan pentingnya empati terhadap pengalaman imigran dan mereka yang hidup di luar tanah kelahiran, serta refleksi terhadap absurditas dan kompleksitas kehidupan modern.

Puisi "Saya Menyetrika Pakaian" merupakan puisi yang padat simbol, fragmentaris, dan sarat imaji, menampilkan pengalaman manusia di dunia modern melalui lensa imigrasi, identitas, dan interaksi lintas budaya. Afrizal Malna menggunakan bahasa yang surrealis dan reflektif, sehingga pembaca diajak merenungi realitas sosial, politik, dan psikologis individu di tengah globalisasi.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Saya Menyetrika Pakaian
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.