Analisis Puisi:
Puisi "Sedikit Lebih ke Atas" karya Frans Nadjira menghadirkan pengalaman batin yang dalam, penuh dengan simbol alam, kesendirian, dan pencarian makna hidup. Penyair memadukan lanskap kosmis—tanah, angin, hujan, planet, bintang—dengan suasana psikologis manusia yang bergulat dengan usia, penyesalan, serta keterasingan.
Tema
Tema utama puisi ini adalah perjalanan hidup manusia yang diwarnai kesendirian, pencarian makna, dan kesadaran akan kefanaan. Frans Nadjira menempatkan manusia sebagai bagian dari semesta yang bergerak, menua, dan pada akhirnya kembali pada kefanaan.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang berjalan di atas tanah gersang, seolah sedang menempuh perjalanan eksistensial. Ia menua seperti planet dan jembatan, menanggung sepi, mencari sesuatu yang dapat dikatakan, namun justru menemukan kehampaan dan rasa mual di ulu hati. Di akhir, hadir simbol “peti mati” yang mengikuti perjalanan bintang menuju batas keberangkatan, menggambarkan kepastian kematian sebagai bagian dari perjalanan hidup.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa hidup manusia pada akhirnya tidak bisa lepas dari kefanaan. Segala perjalanan, pencarian, dan pergulatan batin akan bermuara pada kematian. Namun, Frans Nadjira juga menyiratkan bahwa meskipun fana, manusia tetap berusaha mencari makna—menatap langit, merasakan angin, dan mengikuti arah bintang. Ada kesan bahwa hidup adalah dialog sunyi antara manusia dan semesta.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini terasa sunyi, getir, dan melankolis. Pembaca dapat merasakan kesepian yang memadat, keheningan yang mencekam, hingga rasa berat yang mengiringi perjalanan hidup menuju kefanaan.
Amanat / pesan yang disampaikan
Pesan yang bisa ditangkap dari puisi ini adalah bahwa manusia sebaiknya menyadari kefanaan hidup dan tidak terjebak dalam keangkuhan atau penyangkalan. Setiap perjalanan akan berakhir, tetapi kesadaran itu justru bisa membuat manusia lebih rendah hati dalam menghadapi kehidupan.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji yang kuat dan puitis, misalnya:
- “Tanah gersang ini ingin berbagi takdir” → menghadirkan imaji tanah sebagai saksi perjalanan manusia.
- “Seseorang telanjang di bawah cahaya bulan” → menggambarkan kerentanan manusia.
- “Tubuhmu melapuk, taman tua menatapmu” → memperkuat kesan kefanaan tubuh yang menua.
- “Langkah berat peti itu mengikuti perjalanan bintang” → menghadirkan imaji kematian yang kosmis.
Majas
Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
- Majas personifikasi: “Tanah gersang ini meniupkan api”, tanah digambarkan seolah punya kehendak.
- Majas metafora: “Kau menua seperti planet dan jembatan itu”, yang menggambarkan usia manusia dengan perumpamaan kosmis.
- Majas repetisi: pengulangan frasa “Sedikit lebih ke atas” yang memberi penekanan pada perjalanan transendental.
- Majas hiperbola: “Dinding-dinding angkasa memantulkan suara sepi”, yang menggambarkan sepi sebagai gema semesta.
Puisi "Sedikit Lebih ke Atas" karya Frans Nadjira adalah refleksi mendalam tentang perjalanan manusia, kefanaan, dan dialog batin dengan semesta. Imaji tanah gersang, angin panas, bintang, dan peti mati menegaskan bahwa kehidupan adalah perjalanan menuju akhir yang pasti, namun penuh dengan tanda-tanda yang bisa direnungi. Kekuatan puisi ini terletak pada perpaduan simbol kosmis dan perasaan batin yang membuatnya menjadi karya kontemplatif dan sarat makna.
Karya: Frans Nadjira
Biodata Frans Nadjira
- Frans Nadjira lahir pada tanggal 3 September 1942 di Makassar, Sulawesi Selatan.