Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Selamat Malam Kelepak Gundah (Karya Sutan Iwan Soekri Munaf)

Puisi "Selamat Malam Kelepak Gundah" karya Sutan Iwan Soekri Munaf bercerita tentang seorang tokoh lirik yang larut dalam kegundahan, mengingat ...
Selamat Malam Kelepak Gundah
pada Yuni Irawan

gugurlah sumsum sunyi
dan kubur mata iseng lelaki
dari tiap jendela ragu
dan sayap luka

        kalau saja dalam beting mimpi
        kita jumpa

kata-kata semakin liar
semakin mahar
gaun kekalahan pun kuterima
dan jas kedamaian begitu usang kupasang

        kalau saja sisa mimpi
        disimpan di rumah besi
        mungkin engkau dayangsumbi itu?

perjalanan semakin kasat
langkah pun semakin lambat
memagar hasrat

dalam denting sunyi
ada kata melindap:
selamat malam kelepak gundah!

1981

Sumber: Obsesi (1985)

Analisis Puisi:

Puisi-puisi karya Sutan Iwan Soekri Munaf kerap menghadirkan dunia batin yang resah, penuh simbol, serta lirih dalam mengungkapkan pergulatan eksistensi manusia. Dalam puisinya berjudul "Selamat Malam Kelepak Gundah", pembaca diajak masuk ke dalam ruang kegetiran, kerinduan, sekaligus kegamangan yang lahir dari pertemuan antara mimpi, cinta, dan realitas hidup yang penuh luka.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kegelisahan batin dan pergulatan perasaan dalam menghadapi cinta, harapan, serta kenyataan hidup. Ada semacam pertarungan antara keinginan untuk menemukan kedamaian dengan kenyataan getir yang membuat hati tetap gundah.

Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh lirik yang larut dalam kegundahan, mengingat kemungkinan perjumpaan dalam mimpi, menanggung luka batin, menerima kekalahan, dan mencari makna dari perasaan-perasaan yang terus menghantui. Kata-kata yang “semakin liar” serta bayangan perjumpaan dengan sosok “dayangsumbi” menjadi simbol dari kerinduan yang terbungkus mitos dan imajinasi.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah hidup manusia seringkali penuh dengan kegamangan, luka, dan kerinduan yang tidak tuntas. Mimpi menjadi ruang pelarian, namun kenyataan tetap menghadirkan batas. Gundah yang dirasakan bukan sekadar tentang cinta personal, melainkan juga melambangkan kegelisahan eksistensial yang lebih luas: bahwa manusia selalu berusaha mencari kedamaian di tengah keruntuhan, tetapi yang ditemukan hanyalah sisa-sisa luka.

Suasana dalam puisi

Suasana puisi terasa melankolis, murung, dan penuh kegelisahan. Ada denting sunyi, kegundahan yang berkelepak seperti sayap, dan bayangan pertemuan yang tidak pernah benar-benar terjadi. Semua ini menegaskan nuansa batin yang rapuh dan diliputi ketidakpastian.

Amanat / pesan yang disampaikan

Amanat yang bisa ditangkap adalah bahwa manusia harus berani menghadapi kegelisahan dan kenyataan hidup, meski penuh luka dan kegundahan. Ada penerimaan dalam kekalahan (“gaun kekalahan pun kuterima”), tetapi sekaligus dorongan untuk tetap melanjutkan perjalanan, walaupun langkah terasa lambat.

Imaji

Beberapa imaji yang kuat dalam puisi ini antara lain:
  • “gugurlah sumsum sunyi” – imaji abstrak yang menggambarkan kehilangan inti kehidupan, penuh kesepian.
  • “kubur mata iseng lelaki dari tiap jendela ragu” – imaji visual sekaligus simbolik yang mencerminkan pandangan penuh keraguan dan luka.
  • “gaun kekalahan” – imaji pakaian yang melambangkan penerimaan terhadap kegagalan atau kesedihan.
  • “dalam denting sunyi ada kata melindap” – imaji auditif yang menghadirkan keheningan penuh gema emosional.

Majas

Puisi ini juga kaya dengan majas, di antaranya:
  • Metafora – “gaun kekalahan” dan “jas kedamaian” sebagai lambang kondisi batin manusia.
  • Personifikasi – “kata-kata semakin liar, semakin mahar” menggambarkan kata sebagai makhluk hidup yang tak terkendali.
  • Simbolisme – rujukan pada tokoh mitologis “dayangsumbi” menyimbolkan kerinduan akan sesuatu yang ideal atau sosok yang diagungkan.
  • Hiperbola – “gugurlah sumsum sunyi” sebagai penguatan kesan tragis atas hilangnya kekuatan hidup.
Puisi "Selamat Malam Kelepak Gundah" karya Sutan Iwan Soekri Munaf adalah cermin dari pergulatan batin manusia yang penuh luka, mimpi, dan kegundahan. Dengan imaji yang kuat dan simbol-simbol yang kompleks, puisi ini menyuarakan keresahan yang universal: bahwa dalam setiap perjalanan hidup, selalu ada ruang kosong yang membuat manusia merasa asing, meski ia berusaha mencari kedamaian. Puisi ini menegaskan bahwa gundah adalah bagian dari kemanusiaan yang tak bisa dihindari.

Puisi: Selamat Malam Kelepak Gundah
Puisi: Selamat Malam Kelepak Gundah
Karya: Sutan Iwan Soekri Munaf

Biodata Sutan Iwan Soekri Munaf:
  • Nama Sebenarnya adalah Drs. Sutan Roedy Irawan Syafrullah.
  • Sutan Iwan Soekri Munaf adalah nama pena.
  • Sutan Iwan Soekri Munaf lahir di Medan pada tanggal 4 Desember 1957.
  • Sutan Iwan Soekri Munaf meninggal dunia di Rumah Sakit Galaxy, Bekasi, Jawa Barat pada hari Selasa tanggal 24 April 2018.
© Sepenuhnya. All rights reserved.