Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Senja (Karya Cecep Syamsul Hari)

Puisi "Senja" karya Cecep Syamsul Hari bercerita tentang seseorang yang merenungkan cinta dan kenangan masa lalu, yang tetap tersimpan dalam batinnya.
Senja

Engkaukah itu yang berkeras sembunyi
dalam batinku. Memetik senja bagai memetik pucuk
airmata. Menyeduh separuh kenangan dalam segelas
sirup markisa. Mengekalkan senyuman pada lembaran
lembaran kartu pos bergambar: Ada Kuta dan Beringharjo,
dan sungai musim semi Hokaido, di situ; pun rumah
berkebun rimbun yang keindahannya cuma mungkin
dalam impian. Kini senandung Nina Bobo
mengubah kamar-kamar kosong menjadi lorong
kecemasan. Cinta, barangkali dapat disapa

dengan ribuan nama. Namun kau begitu jauh,
berkeras sembunyi dalam batinku. Di tepi halaman itu,
petang datang dan pergi. Pada setiap jejak
cahaya yang ditinggalkannya, aku menemukan rahasia
senyuman, tumpukan kartu pos, susunan surat
dengan alamat yang sama. Cinta yang tersipu pada seluruh
kata-kata. Aku terlanjur percaya kenangan akan usai
dengan sendirinya. Seperti takdir. Atau lakon sedih

Shakespeare. Kamar-kamar sepi itu sedang menimang
impian dan sejarahnya sendiri. Suatu ketika aku menjadi tua
dan keras kepala. Berbicara hanya tentang masa lalu,
tak habis mengerti mengapa berulang kali

menepis lengan senja, dan kehilangan.

1995-1999

Analisis Puisi:

Puisi "Senja" karya Cecep Syamsul Hari merupakan karya yang sarat dengan perenungan, kenangan, dan kesedihan yang lembut. Dengan bahasa puitis yang kaya imaji, penyair menghadirkan suasana senja sebagai simbol dari kehilangan, kenangan, dan cinta yang tak sepenuhnya bisa tergapai.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah kenangan dan kehilangan cinta. Senja menjadi simbol dari perasaan yang meredup, namun tetap menyisakan jejak dalam hati.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang merenungkan cinta dan kenangan masa lalu, yang tetap tersimpan dalam batinnya. Ia menggambarkan kenangan itu melalui kartu pos, surat, hingga suasana kamar yang kosong. Senja hadir sebagai metafora waktu yang terus berjalan, sementara kenangan tetap bertahan dan menyisakan luka yang sulit dilepaskan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa cinta dan kenangan memiliki kekuatan untuk menetap dalam hati, meski waktu terus berlalu. Kenangan tidak serta-merta hilang, bahkan bisa menjadi bayangan yang selalu hadir, membawa kebahagiaan semu sekaligus kesedihan mendalam. Penyair seolah ingin mengatakan bahwa kehilangan adalah bagian dari kehidupan, tetapi jejak cinta tetap abadi dalam ingatan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah melankolis, sendu, dan penuh perenungan. Terdapat perpaduan antara keindahan senja dengan rasa kehilangan, menjadikan keseluruhan puisi terasa tenang namun menyimpan kecemasan batin.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa cinta dan kenangan harus diterima sebagai bagian dari perjalanan hidup. Meski kehilangan dan kesedihan tak terhindarkan, manusia perlu berdamai dengan masa lalu agar tidak terus terjebak dalam luka lama.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji, di antaranya:
  • Imaji visual: “memetik senja bagai memetik pucuk airmata”, “lembaran kartu pos bergambar Kuta dan Beringharjo”, “sungai musim semi Hokaido”, “rumah berkebun rimbun”. Semua itu membentuk gambaran nyata dalam benak pembaca.
  • Imaji pendengaran: “senandung Nina Bobo mengubah kamar-kamar kosong menjadi lorong kecemasan” — suara yang menambah nuansa melankolis.
  • Imaji perasaan: rasa kehilangan, kesepian, dan kerinduan yang begitu kental.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: senja digambarkan sebagai lambang cinta yang meredup dan kehilangan yang tak terhindarkan.
  • Simile (perbandingan): “memetik senja bagai memetik pucuk airmata” — membandingkan keindahan senja dengan kesedihan.
  • Personifikasi: “cinta yang tersipu pada seluruh kata-kata” — cinta digambarkan seolah memiliki sifat manusia.
  • Hiperbola: penggambaran kerinduan dan kenangan yang begitu mendalam, seolah tak habis dipikirkan meski usia bertambah tua.
Puisi "Senja" karya Cecep Syamsul Hari menghadirkan tema tentang kenangan dan kehilangan cinta. Ia bercerita tentang seseorang yang tak bisa lepas dari bayangan masa lalu, meski waktu terus bergulir. Dengan suasana melankolis, imaji yang kuat, serta majas yang puitis, puisi ini menegaskan pesan bahwa kehilangan adalah bagian dari kehidupan, namun cinta dan kenangan akan selalu hidup dalam ingatan.

Cecep Syamsul Hari
Puisi: Senja
Karya: Cecep Syamsul Hari

Biodata Cecep Syamsul Hari:
  • Cecep Syamsul Hari lahir pada tanggal 1 Mei 1967 di Bandung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.