Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Seorang Ayah yang Bijak (Karya Edijushanan)

Puisi "Seorang Ayah yang Bijak" karya Edijushanan sarat dengan refleksi tentang kehidupan, kebijaksanaan, dan makna di balik kisah yang dihadirkan.
Seorang Ayah yang Bijak

Seorang ayah yang bijak
mendongeng untuk anak-anaknya
mengantar tidur malam: Adalah
suami-istri yang miskin, hidup
dengan kemiskinannya.
Setiap hari yang suami pergi
ke sungai mencari ikan, dan
yang istri pergi ke hutan
mencari kayu bakar. Sore harinya
yang suami pulang dengan membawa
ikan banyak. Di tengah jalan, di
sebuah kampung, ikannya yang besar-
besar dijualnya. Lalu dibelikan
setengah liter beras.
Yang istri pulang dari hutan
dengan membawa seikat besar dan
seikat kecil kayu bakar; yang
ikatan besar dijualnya di warung kopi.
Lalu dibelikan setengah liter beras.

Dalam mengakhiri dongengnya sang ayah
bertanya kepada anak-anaknya: "Tahukah
kalian apa makna cerita itu?" Tidak ada
jawaban; anak-anaknya sudah tidur semua.
Pertanyaan itu kembali berputar di benak
sang ayah: itukah hidup?

Ah untunglah anak-anak sudah tidur
semua. Mereka tak memikirkan pertanyaan itu,
pikirnya. Lalu ia mengepulkan asap rokok kawung;
bergulung-gulung melingkar-lingkar. Ia tersenyum,
seperti menemukan yang semua: hidup itu lingkaran?

Sumber: Horison (Desember, 1976)

Analisis Puisi:

Puisi "Seorang Ayah yang Bijak" karya Edijushanan adalah sebuah karya yang sederhana namun sarat dengan refleksi tentang kehidupan, kebijaksanaan, dan makna di balik kisah yang dihadirkan. Puisi ini menggambarkan gambaran keseharian sebuah keluarga miskin serta penyampaian nilai-nilai melalui dongeng yang diucapkan oleh sang ayah.

Gambaran Kehidupan Sederhana: Puisi ini menghadirkan gambaran tentang kehidupan sederhana seorang suami-istri yang miskin. Mereka hidup dalam kemiskinan dan harus mencari makan serta kebutuhan sehari-hari dengan susah payah. Aktivitas sehari-hari seperti mencari ikan di sungai dan kayu bakar di hutan mencerminkan usaha keras untuk bertahan hidup.

Makna Tindakan: Dongeng yang diceritakan oleh sang ayah kepada anak-anaknya mengandung makna yang mendalam. Dongeng ini menciptakan gambaran tentang kerja keras dan pengorbanan yang dilakukan oleh suami dan istri dalam menghadapi kesulitan ekonomi. Meskipun hidup dalam kemiskinan, mereka memiliki kebijaksanaan untuk memaksimalkan hasil kerja keras mereka dan memenuhi kebutuhan dasar keluarga.

Pertanyaan dan Refleksi: Dalam mengakhiri dongengnya, sang ayah bertanya kepada anak-anaknya tentang makna cerita tersebut. Namun, karena anak-anak sudah tidur, pertanyaan tersebut tak mendapatkan jawaban. Sang ayah lalu merenung sendiri tentang pertanyaan tersebut. Pertanyaan ini menggambarkan refleksi tentang makna hidup, keberadaan, dan apakah hidup sebenarnya adalah tentang perjuangan dan putaran aktivitas yang tidak pernah berakhir.

Puisi "Seorang Ayah yang Bijak" membawa pembaca dalam refleksi mendalam tentang kehidupan, makna, dan nilai-nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Melalui gambaran keluarga miskin yang tetap bekerja keras dan bijak dalam menghadapi keterbatasan, puisi ini mengajarkan pentingnya kerja keras, pengorbanan, dan kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan kehidupan. Pertanyaan yang terdapat di akhir puisi memunculkan pertanyaan universal tentang apa arti dan makna sebenarnya di balik aktivitas-aktivitas kita.

Puisi: Seorang Ayah yang Bijak
Puisi: Seorang Ayah yang Bijak
Karya: Edijushanan

Biodata Edijushanan:
  • Edijushanan (ejaan yang disempurnakan Ediyushanan) lahir di Karang Tengah, Cirebon, Jawa Barat, pada tanggal 6 Agustus 1940.
© Sepenuhnya. All rights reserved.