Siapa Kan Datang
siapa kan datang kepadaku
karena bopeng muka rata dada
karena malam gelap dan dalam begitu
merpati yang datang patah kepaknya
siapa datang ke riba pangkuanku
anak yang mana siapa memberinya
bayiku sayang kutimang kuperas dada
malam gelap sepi dan dalam bagiku
suara kecapi melewati umurku kering
mereka begitu tak peduli sepi yang sendiri
menantikan kasih dan ea anak pertama
siapa datang kepadaku memberi kembang
siapa kan datang siapa kan menjelang
senja dan pagi selalu melewatiku
8/9 Februari 1955
Sumber: Majalah Seni (September, 1955)
Analisis Puisi:
Puisi "Siapa Kan Datang" karya Ajip Rosidi merupakan salah satu karya yang menyingkap perasaan manusia ketika berada dalam kesendirian, keterasingan, dan kerinduan akan kasih sayang. Ajip Rosidi, seorang sastrawan besar Indonesia, kerap menuliskan pengalaman batin dan realitas kehidupan dengan bahasa sederhana, namun sarat makna. Melalui puisi ini, ia menghadirkan suasana yang melankolis dan penuh pertanyaan eksistensial mengenai siapa yang akan menemani di saat sepi dan rapuh.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kesepian dan kerinduan akan kehadiran seseorang yang mampu memberi kasih sayang dan perhatian. Ada nuansa keterasingan yang kuat, di mana tokoh lirik merasa tidak ada yang datang mendekat, seolah ia ditinggalkan oleh dunia.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang merasa kesepian dalam hidupnya, seakan terjebak dalam ruang gelap dan hampa. Ia menunggu kedatangan seseorang yang bisa mengisi kekosongan batinnya, baik sosok kekasih, anak, maupun sahabat. Namun, penantian itu terasa sia-sia karena tidak ada yang benar-benar hadir, hanya waktu—senja dan pagi—yang terus berlalu tanpa memberi jawaban.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah keterasingan manusia dalam menghadapi kehidupan, khususnya di usia tua atau ketika mengalami penderitaan batin. Ada kritik halus terhadap masyarakat yang sering tidak peduli pada kesepian orang lain, membiarkan individu larut dalam kesunyian tanpa uluran tangan kasih. Puisi ini juga dapat dibaca sebagai refleksi eksistensial: manusia pada akhirnya hanya bisa bertanya dan menunggu, tanpa kepastian siapa yang akan hadir menemaninya.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini adalah sepi, melankolis, dan sendu. Kata-kata seperti “malam gelap sepi dan dalam bagiku” atau “suara kecapi melewati umurku kering” membangkitkan nuansa muram yang dalam, menggambarkan kesendirian yang menggerogoti jiwa.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah pentingnya kehadiran kasih sayang dan perhatian antar manusia, terutama bagi mereka yang hidup dalam kesepian. Puisi ini juga mengingatkan bahwa waktu tidak pernah berhenti menunggu manusia; justru manusialah yang sering kali ditinggalkan oleh waktu. Dengan demikian, kasih sayang dan kepedulian menjadi sesuatu yang harus diutamakan sebelum semuanya terlambat.
Imaji
Ajip Rosidi menggunakan imaji yang kuat untuk menggambarkan kesepian batin:
- Imaji visual: “malam gelap sepi dan dalam bagiku” menghadirkan gambaran gelap yang pekat, penuh kehampaan.
- Imaji pendengaran: “suara kecapi melewati umurku kering” membawa pembaca pada nuansa kesedihan yang diiringi bunyi musik sendu.
- Imaji perasaan: “siapa kan datang kepadaku” menggambarkan kerinduan batin yang mendalam.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Majas repetisi: pengulangan kata “siapa kan datang” yang menekankan kerinduan dan penantian tokoh lirik.
- Majas personifikasi: “suara kecapi melewati umurku kering”, seolah suara kecapi bisa melintasi umur manusia.
- Majas metafora: “bopeng muka rata dada” bisa dimaknai sebagai luka kehidupan atau penderitaan yang melekat pada diri.
Puisi "Siapa Kan Datang" karya Ajip Rosidi adalah refleksi mendalam tentang kesepian, penantian, dan kerinduan akan kasih sayang. Dengan bahasa sederhana namun penuh daya imaji, Ajip berhasil menyampaikan perasaan universal yang mungkin dialami oleh banyak orang: rasa sepi yang terus menghantui, bahkan ketika waktu terus bergerak maju. Puisi ini menjadi pengingat bahwa manusia tidak bisa hidup hanya dalam kesunyian, melainkan membutuhkan kehadiran orang lain sebagai pengisi ruang batin.