Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sikap (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Sikap" karya Wiji Thukul menggambarkan keberanian dan ketegasan individu dalam menghadapi penguasa zalim dan menolak untuk tunduk kepada ....
Puisi Sikap

maunya mulutmu bicara terus
tapi tuli telingamu tak mau mendengar

maumu aku ini jadi pendengar terus
bisu

kamu memang punya tank
tapi salah besar kamu
kalau karena itu
aku lantas manut

andai benar
ada kehidupan lagi nanti
setelah kehidupan ini
maka akan kuceritakan kepada semua makhluk
bahwa sepanjang umurku dulu
telah kuletakkan rasa takut itu di tumitku
dan kuhabiskan hidupku
untuk menentangmu
hei penguasa zalim

24 Januari 1997

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:

Puisi "Sikap" karya Wiji Thukul adalah karya sastra yang menggambarkan sikap teguh dan tegas seseorang dalam menghadapi penguasa zalim. Melalui bahasa metafora dan gambaran yang kuat, puisi ini mengungkapkan pentingnya mempertahankan sikap dan nilai-nilai pribadi dalam menghadapi tekanan dan kekuasaan yang merendahkan martabat manusia.

Pertentangan dengan Kekuasaan Zalim: Puisi ini menggambarkan pertentangan antara individu yang memiliki sikap teguh dan tegas dengan penguasa yang zalim dan otoriter. Penulis menggunakan metafora "maunya mulutmu bicara terus, tapi tuli telingamu tak mau mendengar" untuk menggambarkan keengganan penguasa untuk mendengarkan suara rakyatnya yang protes.

Ketegasan dan Keberanian: Puisi ini mengungkapkan sikap yang teguh dan berani dari individu yang menolak untuk tunduk pada penguasa zalim. Meskipun penguasa memiliki kekuatan dan "tank" yang dimaksudkan sebagai simbol otoritas, individu tersebut tetap memilih untuk mempertahankan integritasnya dan menentang penguasa tersebut.

Komitmen terhadap Nilai-Nilai: Puisi ini menggambarkan komitmen individu terhadap nilai-nilai dan prinsip yang diyakininya. Kata-kata "kalau karena itu aku lantas manut" menggambarkan penolakan untuk tunduk dan patuh kepada penguasa hanya karena kekuasaan yang dimilikinya.

Harapan di Masa Depan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang harapan di masa depan, bahwa setelah kehidupan ini berakhir, individu tersebut akan menceritakan pengalaman dan sikapnya kepada semua makhluk. Ini menggambarkan komitmen yang tak tergoyahkan dalam menentang penguasa zalim, dan bahwa sikap teguhnya akan menjadi contoh bagi generasi mendatang.

Penghormatan terhadap Martabat Manusia: Puisi ini menyuarakan pentingnya menghormati martabat manusia, terutama dalam menghadapi otoritas yang tidak adil. Sikap penolakan dan perlawanan terhadap penguasa zalim adalah bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang lebih tinggi.

Puisi "Sikap" karya Wiji Thukul menggambarkan keberanian dan ketegasan individu dalam menghadapi penguasa zalim dan menolak untuk tunduk kepada kekuasaan yang merendahkan martabat manusia. Puisi ini mengeksplorasi nilai-nilai integritas, penolakan terhadap otoritas yang tidak adil, dan komitmen terhadap sikap yang teguh dalam menghadapi tekanan politik dan sosial.

Puisi Sikap
Puisi: Puisi Sikap
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
  • Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.