Sumber: Refrein di Sudut Dam (2003)
Analisis Puisi:
Puisi "Sinom Belanda" karya D. Zawawi Imron merupakan sebuah karya yang meneliti hubungan antara alam, waktu, dan eksistensi melalui simbolisme dan metafora. Dengan menggunakan bahasa yang penuh dengan citraan dan simbol, puisi ini mengeksplorasi tema-tema tentang perubahan, ketidakpastian, dan refleksi terhadap kondisi dunia.
Tema dan Makna
- Perubahan dan Ketidakpastian: Puisi ini menggambarkan perubahan yang dihadapi alam dengan menggunakan citraan daun-daun yang rontok dan tanah yang tersingkir ke utara. Perubahan musiman dan ketidakpastian masa depan digambarkan melalui "daun-daun tak bisa bertahan" dan "tanah ini seperti tersingkir ke utara," menekankan ketidakpastian dan transisi yang berkelanjutan dalam kehidupan.
- Simbolisme Alam: Daun-daun yang rontok dan tanah yang kering dan basah berfungsi sebagai simbol perubahan dan keabadian. Meskipun daun-daun rontok, mereka menyisakan "kisah tentang letih, dan kasih bunga yang megah," menunjukkan bahwa setiap perubahan membawa makna dan kenangan yang mendalam.
- Eksistensi dan Waktu: Puisi ini juga mencerminkan tema tentang eksistensi dan waktu melalui simbol "jarum jam" yang membelah tanah kering dan tanah basah. Penekanan pada waktu yang terus bergerak dan perubahan yang tak terhindarkan menyoroti hubungan antara manusia dan alam dalam konteks waktu yang lebih luas.
- Ketidakpastian dan Ketenangan: Di akhir puisi, ada kontras antara angin yang "sonder angin" dan "langit yang kertas, bumi yang kertas." Angin yang tak terdefinisi dan langit serta bumi yang digambarkan sebagai "kertas" mencerminkan ketidakpastian dan keberadaan yang sering kali tidak dapat dipahami sepenuhnya. Penutup puisi dengan "Tuhan menjawab dengan bulu biri-biri" menunjukkan bahwa jawaban atau makna mungkin tidak selalu jelas atau dapat dipahami secara logis.
Gaya Bahasa dan Teknik Puitis
- Imaji dan Metafora: Zawawi menggunakan imaji yang kuat untuk menciptakan suasana dan perasaan dalam puisi ini. Citra seperti "daun-daun tak bisa bertahan," "tanah ini seperti tersingkir ke utara," dan "langit yang kertas, bumi yang kertas" menciptakan gambaran visual yang jelas dan membangkitkan perasaan tentang perubahan dan ketidakpastian.
- Simbolisme: Simbolisme memainkan peran penting dalam puisi ini. Daun-daun, tanah, jarum jam, dan angin semuanya berfungsi sebagai simbol untuk ide-ide yang lebih besar tentang perubahan, waktu, dan eksistensi. Misalnya, "daun-daun rontok" menggambarkan perubahan yang tak terhindarkan, sementara "langit yang kertas, bumi yang kertas" mencerminkan ketidakpastian dan keberadaan yang tidak stabil.
- Kontras dan Ironi: Puisi ini menggunakan kontras untuk menyoroti tema-tema utama. Kontras antara daun-daun yang rontok dan tanah yang basah menekankan perbedaan antara perubahan dan keabadian. Ironi muncul dalam pernyataan bahwa angin adalah "bisik-bisik itu sendiri," menunjukkan bahwa jawaban atau makna mungkin tidak selalu jelas atau dapat dipahami.
- Gaya Bahasa Puitis: Gaya bahasa puitis Zawawi dalam puisi ini mencerminkan refleksi dan introspeksi. Penggunaan frasa seperti "pada langit yang kertas, bumi yang kertas" dan "Tuhan menjawab dengan bulu biri-biri" menambah dimensi filosofis dan meditasi pada puisi, memberikan pembaca kesempatan untuk merenungkan makna dan eksistensi.
Puisi "Sinom Belanda" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya yang mendalami tema-tema tentang perubahan, ketidakpastian, dan refleksi melalui simbolisme dan metafora yang kaya. Dengan menggunakan imaji yang kuat dan gaya bahasa puitis yang mendalam, Zawawi menciptakan pengalaman membaca yang reflektif dan penuh makna. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara alam, waktu, dan eksistensi, serta memahami bagaimana perubahan dan ketidakpastian memengaruhi kehidupan kita.

Puisi: Sinom Belanda
Karya: D. Zawawi Imron
Biodata D. Zawawi Imron:
- D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.