Analisis Puisi:
Puisi "SMS Harap-Harap Cemas" karya Abdul Wachid B. S. adalah salah satu bagian dari rangkaian puisi bertema komunikasi modern, khususnya SMS (short message service), yang pada zamannya menjadi medium ekspresi perasaan paling populer. Melalui larik-larik sederhana namun penuh gejolak emosional, puisi ini menghadirkan pergulatan batin seorang yang tengah menunggu balasan pesan dari orang yang dicintainya.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kerinduan dan kecemasan dalam komunikasi cinta. Teknologi SMS menjadi jembatan antara dua insan, namun sekaligus menghadirkan rasa ragu, harap, dan cemas ketika pesan tak segera mendapat jawaban.
Puisi ini bercerita tentang perasaan seorang kekasih yang berkali-kali mengirim pesan singkat penuh harapan, doa, bahkan kecemasan. Setiap kali ponsel sang kekasih dimatikan atau tidak ada balasan, perasaan curiga, takut ditinggalkan, dan cemburu pun muncul. Hingga akhirnya, ketika pesan itu terbaca dan dijawab, muncullah kelegaan karena jawaban yang menegaskan cinta.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kerinduan yang berlebihan dapat melahirkan rasa curiga, takut, bahkan rasa tidak percaya pada pasangan. Puisi ini juga menyiratkan bahwa cinta bukan sekadar menunggu jawaban lewat kata-kata, tetapi juga tentang keyakinan dan kepercayaan pada hubungan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini adalah tegang, gelisah, dan penuh harap. Perasaan yang mendominasi adalah ketidakpastian—antara takut ditolak, takut disepelekan, sekaligus berharap diterima dengan penuh cinta.
Amanat / Pesan
Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah:
- Komunikasi dalam cinta membutuhkan kesabaran dan kepercayaan.
- Jangan biarkan rasa curiga merusak hubungan.
- Cinta sejati akan menemukan jawabannya, meski lewat medium sederhana seperti SMS.
Imaji
Imaji dalam puisi ini terutama bersifat perasaan (emosional), seperti “berdesakan keinginan,” “jeritan doa-doa berhamburan,” atau “cemburu, curiga: jangan-jangan.” Imaji tersebut menghidupkan perasaan pembaca seakan ikut merasakan kecemasan menunggu balasan pesan.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi: “Setiap kau sepikan kata-kataku” – seakan kata bisa disepikan.
- Hiperbola: “Lama-lama terhenti detik jantungku” – melebih-lebihkan dampak penantian.
- Metafora: “Cintalah yang menjadi kau aku hidup” – cinta digambarkan sebagai sumber kehidupan.
Puisi "SMS Harap-Harap Cemas" adalah representasi dilema komunikasi modern dalam cinta: sederhana, tetapi sarat dengan kerinduan, keraguan, dan peneguhan hati. Abdul Wachid B. S. dengan cerdas menggunakan SMS sebagai medium simbolik yang mewakili hubungan emosional manusia, menjadikan puisi ini dekat dengan pengalaman keseharian pembaca.
Karya: Abdul Wachid B. S.