Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Suara (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Suara" karya Sapardi Djoko Damono merupakan eksplorasi mendalam tentang identitas, ketidakpastian, dan komunikasi. Melalui permainan suara ...
Suara

Aku tidak mengenal lagi suaraku. Kau seperti menangis, kata-Mu. Aku seperti mendengar sesuatu, tapi itu bukan suaraku, aku seperti mendengar sesuatu tapi mungkin itu bukan suara-Mu. Suara siapa, aku belum pernah mendengar sebelumnya; merapatlah ke mari. Seperti ada yang asing, yang mengajak bicara padaku, menghitung tahun-tahunku. Aku merapat pada-Mu.

Ini, kubisikkan sesuatu pada-Mu; nah Kau-dengar sekarang, itu bukan suaraku. Ada yang telah berbisik mengenai hari itu.

Kau takut, tanpa-Mu. Aku merapat pada-Mu. Suara siapa gerangan telah terucap lewat mulut serta dua belah mataku.

1963

Sumber: Mata Pisau (2001)

Analisis Puisi:

Puisi "Suara" karya Sapardi Djoko Damono merupakan eksplorasi mendalam tentang identitas, ketidakpastian, dan komunikasi. Melalui permainan suara dan dialog internal, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang makna diri dan hubungan dengan orang lain.

Tema dan Makna

  • Identitas dan Ketidakpastian: Tema utama puisi ini adalah identitas dan ketidakpastian. Penyair dalam puisi tidak lagi mengenali suaranya sendiri, menandakan ketidakpastian tentang dirinya. Ada kebingungan mengenai asal suara yang didengarnya, apakah itu miliknya atau milik orang lain.
  • Komunikasi dan Misinterpretasi: Puisi ini juga mengeksplorasi tema komunikasi dan misinterpretasi. Penyair mendengar sesuatu, tetapi tidak yakin apakah itu suara dirinya atau suara orang lain. Ini menggambarkan bagaimana komunikasi bisa disalahartikan atau tidak jelas.
  • Ketakutan dan Keterikatan: Ada juga tema ketakutan dan keterikatan dalam puisi ini. Penyair merasakan ketakutan tanpa kehadiran orang lain dan merapat kepada orang tersebut untuk mendapatkan kenyamanan. Ini mencerminkan kebutuhan manusia akan hubungan dan pengertian dari orang lain.

Struktur dan Gaya Bahasa

  • Dialog Internal: Puisi ini ditulis dalam bentuk dialog internal antara penyair dan entitas lain, yang mungkin merupakan bagian dari dirinya sendiri atau orang lain. Dialog ini menciptakan suasana intim dan reflektif, memungkinkan pembaca merasakan kebingungan dan pencarian identitas penyair.
  • Diksi yang Ambigu: Sapardi menggunakan diksi yang ambigu untuk menciptakan ketidakpastian dan ketegangan. Kata-kata seperti "mendengar sesuatu", "mungkin", dan "bukan suaraku" menekankan kebingungan dan ketidakpastian yang dirasakan penyair.
  • Pengulangan: Pengulangan frasa seperti "Aku merapat pada-Mu" dan "itu bukan suaraku" memperkuat tema ketidakpastian dan kebutuhan akan hubungan. Pengulangan ini juga menciptakan ritme yang mengalir, menambah keindahan puitis puisi ini.
Puisi "Suara" karya Sapardi Djoko Damono adalah refleksi mendalam tentang identitas, ketidakpastian, dan komunikasi. Melalui dialog internal yang intim dan diksi yang ambigu, puisi ini mengeksplorasi kebingungan penyair tentang suaranya sendiri dan hubungan dengan entitas lain. Tema ketakutan, keterikatan, dan kebutuhan akan kejelasan menambah kedalaman makna puisi ini, mengajak pembaca untuk merenungkan tentang makna diri dan hubungan manusia. Pengulangan frasa dan struktur dialog internal menciptakan ritme yang mengalir dan memperkaya keindahan puitis puisi ini.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Suara
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.