Terlalu Harap
menjadi bungkuk karena menunggu
buta karena keringat harapan
pijar kilat sesekali dalam kalbu
dan nyala yang dipendam di dalam tertekan
beriak bening kolam terkaca wajah tiruan
terlalu lena dan semua bulukan menunggu
sinar mengerdip duka dilembari senyuman
meleburkan diri pada harapan
tapi sesekali iapun ada berujud kecemburuan
semua terlalu lena dalam harapan
8/9 Februari 1955
Sumber: Majalah Seni (September, 1955)
Analisis Puisi:
Puisi "Terlalu Harap" karya Ajip Rosidi merupakan salah satu karya yang menyentuh sisi batin pembaca melalui bahasa simbolik dan refleksi tentang manusia yang larut dalam penantian serta harapan. Dengan bahasa yang sederhana tetapi penuh kekuatan makna, puisi ini menghadirkan perenungan mendalam tentang sifat dasar manusia yang kerap menggantungkan hidupnya pada sesuatu yang belum tentu datang.
Tema
Tema utama puisi ini adalah harapan yang berlebihan. Ajip Rosidi menyoroti bagaimana manusia bisa terjebak dalam penantian yang panjang hingga melupakan kenyataan hidup. Harapan yang semestinya menjadi semangat justru bisa berubah menjadi beban yang mematikan daya hidup.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang terus berharap tanpa henti, sampai tubuh dan jiwanya menderita. Ia menunggu sesuatu yang tak pasti, berharap pada kebahagiaan yang samar, hingga akhirnya larut dalam kekecewaan. Bayangan “bungkuk karena menunggu” dan “buta karena keringat harapan” menggambarkan betapa penantian itu membuat hidupnya rapuh.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kritik terhadap manusia yang terlalu terikat pada harapan, sehingga kehilangan kendali atas kenyataan hidupnya. Harapan memang penting, tetapi ketika dibiarkan tumbuh tanpa batas, ia bisa menjadi sumber penderitaan. Puisi ini mengajarkan bahwa hidup tidak bisa hanya diisi dengan menunggu dan berharap, tetapi juga perlu dihadapi dengan kesadaran penuh akan realitas.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang ditampilkan dalam puisi ini adalah muram, penuh tekanan, dan getir. Ada nuansa putus asa yang terasa ketika penyair menyinggung tubuh yang bungkuk, buta, dan kalbu yang tertekan. Meski sesekali hadir kilatan cahaya, namun tetap tertutup oleh kesedihan dan kekecewaan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat dari puisi ini adalah bahwa jangan sampai hidup hanya digantungkan pada harapan yang berlebihan. Harapan perlu diimbangi dengan tindakan nyata agar tidak berubah menjadi beban yang menghancurkan diri. Ajip Rosidi seolah ingin mengingatkan pembaca bahwa terlalu banyak menunggu bisa membunuh kebahagiaan, sementara kenyataan harus tetap dijalani dengan keberanian.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji visual dan perasaan:
- “menjadi bungkuk karena menunggu” menghadirkan bayangan tubuh yang rapuh.
- “buta karena keringat harapan” menciptakan gambaran fisik yang lelah akibat penantian.
- “beriak bening kolam terkaca wajah tiruan” memberi gambaran imaji reflektif yang penuh simbol tentang wajah harapan palsu.
Imaji ini membuat pembaca bisa merasakan penderitaan batin tokoh dalam puisi.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Metafora – “buta karena keringat harapan” menggambarkan kehilangan arah akibat terlalu berharap.
- Personifikasi – “sinar mengerdip duka dilembari senyuman” memberikan sifat manusiawi pada sinar.
- Hiperbola – “menjadi bungkuk karena menunggu” melebih-lebihkan dampak penantian.
Majas-majas ini memberi kekuatan ekspresif sekaligus mempertegas suasana getir yang ingin disampaikan penyair.
Puisi "Terlalu Harap" karya Ajip Rosidi mengandung kritik mendalam tentang sifat manusia yang larut dalam harapan. Dengan tema penantian yang berlebihan, puisi ini bercerita tentang penderitaan akibat menunggu tanpa kepastian. Makna tersiratnya adalah agar manusia tidak tenggelam dalam ilusi harapan, melainkan berani menghadapi kenyataan. Imaji dan majas yang digunakan membuat puisi ini semakin kuat menghadirkan suasana muram dan penuh tekanan.