Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Tiga Tahun Menanti (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Tiga Tahun Menanti" karya Ajip Rosidi bercerita tentang seorang hamba yang menanti wahyu dan pengakuan atas pemilihan dirinya untuk suatu ...
Tiga Tahun Menanti

Setelah disuruh membaca, "Iqra..."
dan diyakinkan: "Kaulah pesuruh yang terpilih!"
Lalu sepi kembali.

Adakah dia terlupakan?
Adakah itu hanya ujian?
Ataukah peristiwa tempo hari
hanya semata mimpi?

Dalam gua sepi
Langit biru tinggi
Dalam hati sendiri
Langit tak bertepi

Udara lengang
Tak ada kendati bayang-bayang!

"Khadijah! Khadijah!
terlempar sudah
aku ke pojok bisu!"

"Tapi kau telah terpilih;
dari segala yang utama
kaulah yang istimewa!"

"Tidak lagi, tidak lagi.
Yang tinggal hanya mati
Yang 'kan memberi arti
pada hidup hampa ini."

"Rahasia yang paling besar
'kan terungkap dalam sabar."

Malam berganti hari
hampir seribu kali.

Hai orang yang berselimut, bangunlah!
Kepada tetangga, saudara, siarkanlah
Tuhan itu esa, Allah, sembahlah!

Kemarau yang kering
berakhir sudah.
Dan embun wahyu
sejak itu turun selalu. Tak jemu.

Osaka, 1982

Sumber: Nama dan Makna (1988)

Analisis Puisi:

Puisi "Tiga Tahun Menanti" karya Ajip Rosidi merupakan salah satu karya yang menghadirkan refleksi spiritual, kesabaran, dan pengalaman menunggu wahyu atau kebenaran. Ajip Rosidi melalui bahasa yang sederhana namun puitis berhasil menampilkan perjalanan batin seseorang dalam menghadapi ujian, waktu, dan pengungkapan makna hidup.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah kesabaran, penantian spiritual, dan wahyu atau pencerahan. Selain itu, puisi ini juga menyinggung tema uji diri, pengalaman religius, dan pencarian makna hidup. Tema-tema ini menghadirkan refleksi mendalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan proses internal untuk memahami kebenaran.

Secara naratif, puisi ini bercerita tentang seorang hamba yang menanti wahyu dan pengakuan atas pemilihan dirinya untuk suatu tugas mulia. Penantian ini berlangsung selama tiga tahun, diwarnai keraguan, sepi, dan perenungan batin. Narator mempertanyakan apakah dirinya dilupakan atau hanya sedang diuji, hingga akhirnya menerima pencerahan melalui sabar dan keyakinan bahwa Allah itu Esa.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah pentingnya kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi ujian hidup. Proses menanti wahyu atau petunjuk menjadi simbol perjalanan spiritual manusia untuk menemukan kebenaran dan makna hidup. Penyebutan “Rahasia yang paling besar ‘kan terungkap dalam sabar” menekankan bahwa pencerahan atau wahyu tidak selalu datang cepat, melainkan melalui proses yang penuh kesabaran dan ketekunan.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi Tiga Tahun Menanti cenderung tenang, kontemplatif, dan spiritual. Ada keseimbangan antara kesepian dan harapan, di mana langit biru tinggi, gua sepi, dan udara lengang menciptakan atmosfer meditatif. Suasana ini mengundang pembaca untuk merasakan pengalaman batin narator dalam menunggu dan merenungkan iman serta makna hidup.

Imaji

Ajip Rosidi menggunakan imaji visual, auditori, dan spiritual untuk menghadirkan pengalaman batin:
  • “Dalam gua sepi, Langit biru tinggi” → imaji visual yang menekankan kesendirian dan kebesaran alam.
  • “Kemarau yang kering berakhir sudah. Dan embun wahyu sejak itu turun selalu” → imaji simbolik yang menunjukkan pencerahan dan rahmat yang terus-menerus.
  • “Malam berganti hari hampir seribu kali” → imaji temporal yang menekankan panjangnya penantian dan kesabaran.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: Waktu, malam, dan hari diberi sifat yang memengaruhi pengalaman batin manusia.
  • Metafora: Embun wahyu sebagai simbol pencerahan dan rahmat Tuhan.
  • Hiperbola: “Malam berganti hari hampir seribu kali” menekankan panjangnya proses penantian.
  • Simbolisme: Gua sepi, langit biru, dan embun wahyu sebagai simbol perjalanan spiritual dan kesabaran.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah pentingnya kesabaran dan keteguhan iman dalam menunggu dan menghadapi ujian hidup. Puisi ini juga mengajak pembaca untuk menyadari bahwa pencerahan, wahyu, atau makna hidup tidak selalu datang instan, melainkan melalui proses panjang dan penuh kesabaran.

Puisi "Tiga Tahun Menanti" karya Ajip Rosidi adalah karya yang memadukan refleksi spiritual, kesabaran, dan pengalaman batin yang mendalam. Melalui tema penantian, kesepian, dan wahyu, puisi ini menghadirkan suasana kontemplatif yang mengajak pembaca merenungkan hubungan manusia dengan Tuhan, kesabaran dalam menghadapi ujian, dan pencarian makna hidup. Imaji dan majas yang digunakan memperkuat pengalaman spiritual dan perjalanan batin, menjadikan puisi ini salah satu karya penting dalam sastra Indonesia modern yang menekankan refleksi religius dan kesabaran manusia.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Tiga Tahun Menanti
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.