Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Untuk Do Karim (Karya L.K. Ara)

Puisi "Untuk Do Karim" karya L.K. Ara merupakan salah satu karya puitis yang sarat perasaan kehilangan, penghormatan, dan kenangan mendalam kepada ...
Untuk Do Karim

Pagi ini
Seperti ada yang menitik ke bumi
Barangkali embun
Atau gerimis sunyi
Atau desah syair sepi

Pagi ini
Seperti ada yang bergumam di bumi
Barangkali suaramu
Atau jerit luka
Atau tusukan syairmu
Ke hulu hati

Pagi ini
Seperti terdengar kersik angin
Atau percik keringat bumi
Mengguratkan namamu
Di pualam abadi

Sigli, 20 Juli 1986

Analisis Puisi:

Puisi "Untuk Do Karim" karya L.K. Ara merupakan salah satu karya puitis yang sarat perasaan kehilangan, penghormatan, dan kenangan mendalam kepada sosok yang dipanggil Do Karim. Lewat larik-larik sederhana namun penuh makna, penyair menggambarkan kesan personal sekaligus universal tentang duka, ingatan, dan jejak abadi seorang tokoh yang dihormati.

Tema

Tema utama puisi ini adalah penghormatan dan kenangan terhadap seorang tokoh yang telah tiada. L.K. Ara menulis dengan nuansa elegi, menggambarkan pagi yang sunyi, embun, gerimis, hingga syair yang seakan menjadi simbol jejak Do Karim.

Puisi ini bercerita tentang perasaan penyair ketika mengenang Do Karim di suatu pagi yang hening. Ada suasana sepi yang diisi dengan simbol-simbol alam seperti embun, gerimis, desah, dan angin. Semua itu seolah menjadi metafora bagi kehadiran dan kenangan yang masih melekat tentang sosok Do Karim.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa seseorang yang telah tiada tetap hidup melalui jejak, karya, dan kenangan yang ditinggalkan. Nama Do Karim tidak hanya dikenang dalam ingatan manusia, tetapi juga diguratkan oleh alam semesta: embun, angin, keringat bumi, dan bahkan pualam abadi.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini terasa hening, syahdu, dan melankolis. L.K. Ara menggunakan diksi seperti embun, gerimis sunyi, desah syair sepi, hingga kersik angin untuk menegaskan atmosfer pagi yang penuh keheningan sekaligus rasa kehilangan.

Amanat / pesan yang disampaikan puisi

Amanat yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa setiap perjuangan, karya, dan jejak hidup seseorang tidak akan hilang begitu saja meski raganya telah tiada. Puisi ini mengingatkan kita untuk menghargai jasa dan meningat dengan tulus orang-orang yang telah berjasa dalam kehidupan.

Imaji

Puisi ini kuat dalam penggunaan imaji visual dan imaji auditif. Misalnya:
  • Imaji visual: embun, gerimis sunyi, kersik angin, pualam abadi.
  • Imaji auditif: bergumam di bumi, jerit luka, desah syair sepi.
Semua imaji ini menambah kekuatan puisi dalam menciptakan suasana hening dan khidmat.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: “seperti ada yang bergumam di bumi”, memberi sifat manusia kepada bumi.
  • Metafora: “tusukan syairmu ke hulu hati”, sebagai gambaran kuatnya pengaruh kata-kata atau karya Do Karim.
  • Repetisi: pengulangan kata "Pagi ini" di awal tiap bait, yang menegaskan kesan kontemplatif dan melankolis.
Puisi "Untuk Do Karim" karya L.K. Ara adalah sebuah elegi yang menghadirkan suasana duka sekaligus penghormatan. Melalui perpaduan imaji alam, suasana sunyi, serta majas yang sederhana namun dalam, puisi ini berhasil menyampaikan rasa kehilangan sekaligus keyakinan bahwa jejak seorang tokoh akan tetap abadi di hati dan alam semesta.

L.K. Ara
Puisi: Untuk Do Karim
Karya: L.K. Ara

Biodata L.K. Ara:
  • Nama lengkap L.K. Ara adalah Lesik Keti Ara.
  • L.K. Ara lahir di Kutelintang, Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937.
© Sepenuhnya. All rights reserved.