Analisis Puisi:
Puisi "Untuk Do Karim" karya L.K. Ara merupakan salah satu karya puitis yang sarat perasaan kehilangan, penghormatan, dan kenangan mendalam kepada sosok yang dipanggil Do Karim. Lewat larik-larik sederhana namun penuh makna, penyair menggambarkan kesan personal sekaligus universal tentang duka, ingatan, dan jejak abadi seorang tokoh yang dihormati.
Tema
Tema utama puisi ini adalah penghormatan dan kenangan terhadap seorang tokoh yang telah tiada. L.K. Ara menulis dengan nuansa elegi, menggambarkan pagi yang sunyi, embun, gerimis, hingga syair yang seakan menjadi simbol jejak Do Karim.
Puisi ini bercerita tentang perasaan penyair ketika mengenang Do Karim di suatu pagi yang hening. Ada suasana sepi yang diisi dengan simbol-simbol alam seperti embun, gerimis, desah, dan angin. Semua itu seolah menjadi metafora bagi kehadiran dan kenangan yang masih melekat tentang sosok Do Karim.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa seseorang yang telah tiada tetap hidup melalui jejak, karya, dan kenangan yang ditinggalkan. Nama Do Karim tidak hanya dikenang dalam ingatan manusia, tetapi juga diguratkan oleh alam semesta: embun, angin, keringat bumi, dan bahkan pualam abadi.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini terasa hening, syahdu, dan melankolis. L.K. Ara menggunakan diksi seperti embun, gerimis sunyi, desah syair sepi, hingga kersik angin untuk menegaskan atmosfer pagi yang penuh keheningan sekaligus rasa kehilangan.
Amanat / pesan yang disampaikan puisi
Amanat yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa setiap perjuangan, karya, dan jejak hidup seseorang tidak akan hilang begitu saja meski raganya telah tiada. Puisi ini mengingatkan kita untuk menghargai jasa dan meningat dengan tulus orang-orang yang telah berjasa dalam kehidupan.
Imaji
Puisi ini kuat dalam penggunaan imaji visual dan imaji auditif. Misalnya:
- Imaji visual: embun, gerimis sunyi, kersik angin, pualam abadi.
- Imaji auditif: bergumam di bumi, jerit luka, desah syair sepi.
Semua imaji ini menambah kekuatan puisi dalam menciptakan suasana hening dan khidmat.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi: “seperti ada yang bergumam di bumi”, memberi sifat manusia kepada bumi.
- Metafora: “tusukan syairmu ke hulu hati”, sebagai gambaran kuatnya pengaruh kata-kata atau karya Do Karim.
- Repetisi: pengulangan kata "Pagi ini" di awal tiap bait, yang menegaskan kesan kontemplatif dan melankolis.
Puisi "Untuk Do Karim" karya L.K. Ara adalah sebuah elegi yang menghadirkan suasana duka sekaligus penghormatan. Melalui perpaduan imaji alam, suasana sunyi, serta majas yang sederhana namun dalam, puisi ini berhasil menyampaikan rasa kehilangan sekaligus keyakinan bahwa jejak seorang tokoh akan tetap abadi di hati dan alam semesta.