Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Wanita, Siapakah Engkau (Karya L.K. Ara)

Puisi "Wanita, Siapakah Engkau" karya L.K. Ara adalah sebuah refleksi puitis tentang kerinduan, kehilangan, dan penghormatan kepada sosok yang ...
Wanita, Siapakah Engkau

wanita, siapakah engkau
yang melengos memandang ke arahku
dia yang tidur
di pelataran Masjidil Haram
antara tempat sa'i
dan tempat mancur air zamzam

wanita, siapakah engkau
yang berwajah pucat
memandang dengan sayu kepadaku
dia yang lelah
rebah di atas kardus bekas
di pelataran Masjidil Haram
dan tempat mancur air zamzam

wanita, siapakah engkau
yang dibangunkan orang berpakaian ihram
lalu meraih uang satu real
kemudian engkau runduk
dan rebah lagi ke atas kardus bekas
di pelataran Masjidil Haram
dekat tempat sa'i dan air zamzam

wanita, siapakah engkau
yang tak pernah lagi perduli padaku
tak memandang tak melengos
badan rebah
berupa seonggok tubuh lelah
dan tidur dengan pulas

wanita, kucari engkau dalam diriku
dan kutemu
wanita engkaulah itu
engkaulah yang berwajah pucat engkaulah yang bermata sayu
wanita engkaulah itu
yang ketika aku masih kecil
kau izinkan kupetik ketimun dari
kebunmu
lalu kujual untuk biaya sekolahku
wanita, engkaulah itu
yang sebelum meninggal dulu
sempat bergurau denganku
kau minta dibayarkan resep obatmu
wanita, engkaulah itu
engkau adalah adik ibuku
yang telah lama pergi
dipanggil Illahi Rabbi

Makkah, 4 Juni 1993

Analisis Puisi:

Puisi "Wanita, Siapakah Engkau" karya L.K. Ara merupakan sebuah karya yang menyentuh hati sekaligus menggugah renungan. Melalui larik-lariknya, penyair menggambarkan sosok wanita yang misterius, letih, dan asing, sebelum akhirnya dihubungkan dengan kenangan masa lalu yang sangat personal. Latar suci Masjidil Haram memberi nuansa religius dan spiritual yang kuat, sehingga menjadikan puisi ini bukan sekadar potret sosial, melainkan juga refleksi batin dan penghormatan kepada sosok yang pernah memberi arti dalam hidup.

Tema

Tema puisi ini adalah pengungkapan identitas, kenangan, dan penghormatan terhadap sosok wanita yang penuh makna dalam hidup penyair. Ada perpaduan antara kerinduan, penghormatan, sekaligus rasa kehilangan yang membungkus keseluruhan isi puisi.

Puisi ini bercerita tentang perjumpaan aku lirik dengan sosok wanita di pelataran Masjidil Haram, yang tampak lelah, pucat, dan beristirahat di atas kardus bekas. Sosok itu awalnya hadir sebagai bayangan asing, namun perlahan terhubung dengan ingatan masa kecil aku lirik, hingga akhirnya dikenali sebagai adik ibunya. Sosok wanita itu ternyata bagian penting dalam hidupnya, seorang kerabat yang dahulu pernah menolongnya di masa kecil.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa sosok-sosok yang memberi arti dalam kehidupan kita bisa hadir dalam ingatan di saat-saat tertentu, bahkan ketika kita berada di tempat yang jauh dan sakral. Ia juga menyiratkan bahwa kenangan tidak pernah benar-benar hilang, melainkan terus hidup dalam batin dan spiritualitas seseorang. Di sisi lain, puisi ini juga menyampaikan realitas kehidupan manusia yang rentan, lelah, dan akhirnya kembali kepada Tuhan.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini adalah melankolis, religius, dan penuh rasa haru. Gambaran tubuh lelah, wajah pucat, dan tidur di pelataran Masjidil Haram memunculkan kesedihan sekaligus rasa iba. Namun ketika aku lirik mengenali sosok tersebut sebagai adik ibunya, suasana berubah menjadi penuh penghormatan, nostalgia, dan kerinduan mendalam.

Amanat / pesan yang disampaikan

Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa kita harus mengenang, menghargai, dan mendoakan orang-orang yang pernah berjasa dalam hidup kita, terutama mereka yang sudah tiada. Selain itu, puisi ini juga mengingatkan bahwa kehidupan fana selalu berakhir dengan kepulangan kepada Tuhan, sehingga kasih sayang dan jasa baik akan tetap hidup dalam kenangan.

Imaji

Puisi ini sarat dengan imaji yang kuat, antara lain:
  • Imaji visual: “wanita… rebah di atas kardus bekas di pelataran Masjidil Haram” menciptakan gambaran jelas tentang tubuh yang letih.
  • Imaji perasaan: “berwajah pucat… bermata sayu” menggambarkan suasana hati yang pilu dan kelelahan.
  • Imaji religius: lokasi di Masjidil Haram, tempat sa’i, dan air zamzam menghadirkan nuansa sakral yang kuat.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Apostrof (sapaan langsung): “wanita, siapakah engkau” → bentuk percakapan langsung pada sosok wanita, meski ia tak menjawab.
  • Repetisi: pengulangan frasa “wanita, siapakah engkau” untuk menegaskan pencarian identitas dan rasa penasaran.
  • Metafora: “berupa seonggok tubuh lelah” menggambarkan kondisi manusia yang rapuh.
  • Simbolisme: tempat suci (Masjidil Haram, sa’i, zamzam) dijadikan simbol spiritualitas dan pertemuan dengan kenangan suci.
Puisi "Wanita, Siapakah Engkau" karya L.K. Ara adalah sebuah refleksi puitis tentang kerinduan, kehilangan, dan penghormatan kepada sosok yang berjasa. Dengan tema penghormatan pada kenangan dan kasih sayang, puisi ini bercerita tentang perjumpaan batin dengan sosok adik ibu yang telah wafat. Makna tersiratnya menekankan pentingnya mengenang orang-orang yang memberi arti dalam hidup, sementara suasana melankolis dan religius memperkuat kedalaman pesannya. Imaji dan majas yang digunakan menghadirkan suasana pilu, namun juga penuh penghormatan.

L.K. Ara
Puisi: Wanita, Siapakah Engkau
Karya: L.K. Ara

Biodata L.K. Ara:
  • Nama lengkap L.K. Ara adalah Lesik Keti Ara.
  • L.K. Ara lahir di Kutelintang, Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937.
© Sepenuhnya. All rights reserved.