Yogawan Rontokan
Sang Yogawan, berapa kali kau datang ke Parangkusuma?
"Tiada terbilang! Puluhan kali. Mungkin ratusan kali
Semua tercatat dalam dokumentasi rapi berjilid-jilid
Tapi tidak seutuhnya kuingat baik-baik sampai kini."
Puluhan kali tamasya Yoga. Ratusan kali bina-membina
Merangkul kawula muda dengan kerja Sastra-Pers-Yoga
Berkegiatan positif, biarpun banyak orang mencelanya
Maju terus juga, sungguhpun banyak sahabat bercuriga
Berlanjut lagi, meskipun banyak siswa pemula rontok
Dia sabar melayani kader Yogawan yang macet, mogok
Barapa banyak kaum rontokan? Apakah faktor musababnya?
"Ratusan! Datang dengan antusias, akhirnya berguguran
Semangat besar pada awal proses, tahu-tahu berjatuhan
Gagal! Karena kualitas manusianya pun sekadar gombal
Rontok! Karena miskin disiplin, takluk oleh rasa malas
Gugur! Karena sistematika ditawar, Yoga disunat-sunat
Mundur! Karena mau mudahnya, enggan proses lambat berat
Gombal! Karena rapuh pendidikan, keluarga dan zamannya."
Sang Yogawan kenal betul prototipe kaum rontokannya itu
Duh, celaka! Makin modern, kaum rontokan kian mayoritas
Sang Yogawan, para rontokan itu sebaiknyalah diapakan?
"Oommm! Ditobatkan, jika sadar dan sedia berubah total
Oommm! Dibiarkan, kalau memang ngeyel, bodoh, ingkar
Oommm! Didekati, bagi yang ikhlas, positif sadar diri
Oommm! Dikucilkan, jikalau jahat dan kambuhan kriminal
Oommm! Dibimbing, bagi yang rajin, terpanggil jalan baik
Oommm! Dibasmi, bagi kriminal besar dan over distruktif
Oommm! Dipasrahkan Allah, jika kita memanglah kewalahan."
Sang Yogawan tersenyum. Rontok tujuh, di antara sepuluh
Dia tahu, mencari Yogawan tangguh memang langka betul
Pemancingan, 1985-1989
Sumber: Salam Penyair (2002)
Analisis Puisi:
Puisi "Yogawan Rontokan" karya Ragil Suwarna Pragolapati adalah sebuah refleksi sosial dan spiritual yang menyentuh persoalan kegigihan, kegagalan, serta pencarian makna dalam disiplin hidup. Melalui sosok “Sang Yogawan”, puisi ini tidak hanya menyingkap realitas tentang semangat yang mudah patah, tetapi juga mengingatkan bahwa jalan menuju kebijaksanaan sejati penuh ujian dan tidak semua orang sanggup melewatinya.
Tema
Tema utama puisi ini adalah keteguhan dalam menghadapi kegagalan dan godaan kemalasan. Penyair mengangkat fenomena “rontoknya” para murid atau pengikut dalam perjalanan spiritual maupun disiplin hidup, sebagai gambaran nyata bahwa hanya sedikit yang mampu bertahan hingga menjadi pribadi tangguh.
Puisi ini bercerita tentang seorang Yogawan yang telah banyak berproses dan berjuang bersama murid-muridnya, namun melihat kenyataan bahwa sebagian besar dari mereka akhirnya gugur di tengah jalan. Mereka datang dengan semangat, tetapi runtuh karena malas, kurang disiplin, rapuh dalam pendidikan, atau tergoda oleh jalan pintas. Sang Yogawan dengan sabar terus membimbing, meskipun ia sadar bahwa hanya sedikit yang bisa bertahan menjadi Yogawan sejati.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa hidup, apalagi jalan spiritual atau disiplin keras, membutuhkan ketekunan, konsistensi, dan kesungguhan. Banyak orang rontok bukan karena tidak mampu, melainkan karena tidak sabar menjalani proses yang lambat dan berat. Penyair seakan ingin mengatakan bahwa manusia modern cenderung cepat menyerah, lebih suka instan, sehingga semakin sulit melahirkan pribadi tangguh.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini terasa realistis, tegas, namun juga sedikit getir. Ada nada sindiran terhadap mereka yang gagal, tetapi juga ada keteguhan dan kebijaksanaan Sang Yogawan dalam menghadapi kenyataan tersebut.
Amanat / pesan yang disampaikan puisi
Amanat puisi ini adalah bahwa kedisiplinan, kesabaran, dan komitmen adalah kunci keberhasilan dalam segala bidang. Penyair ingin menyampaikan bahwa rontoknya semangat adalah hal biasa, tetapi hanya mereka yang gigih dan tidak menyerah pada kemalasanlah yang akan berhasil. Selain itu, puisi ini menekankan bahwa kegagalan harus disikapi dengan cara berbeda—ada yang dibimbing, ada yang dibiarkan, ada yang dipasrahkan pada Tuhan.
Imaji
Puisi ini menampilkan imaji yang kuat, baik secara visual maupun batiniah:
- “Puluhan kali tamasya Yoga. Ratusan kali bina-membina” → imaji kegiatan spiritual yang konsisten.
- “Semangat besar pada awal proses, tahu-tahu berjatuhan” → imaji tentang antusiasme yang kandas.
- “Rontok tujuh, di antara sepuluh” → imaji statistik getir tentang kegagalan mayoritas.
- “Ditobatkan, didekati, dikucilkan, dibimbing, dibasmi, dipasrahkan” → imaji tindakan bijak dan berlapis menghadapi berbagai tipe manusia.
Majas
Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
- Repetisi: penggunaan kata “Oommm!” secara berulang memberi nuansa spiritual sekaligus ritme mantrawi.
- Metafora: kata “rontok” tidak hanya berarti gugur secara fisik, tetapi melambangkan kegagalan semangat dan karakter.
- Hiperbola: “Ratusan kali bina-membina” dilebih-lebihkan untuk menegaskan perjuangan panjang.
- Sarkasme/ironi halus: “Rontok! Karena miskin disiplin, takluk oleh rasa malas” menyindir manusia modern yang rapuh.
Puisi "Yogawan Rontokan" karya Ragil Suwarna Pragolapati adalah cerminan tentang tantangan manusia modern dalam menghadapi disiplin hidup. Dengan tema keteguhan dan kegagalan, puisi ini bercerita tentang realitas bahwa banyak orang bersemangat di awal, namun tumbang di tengah jalan. Makna tersiratnya menegaskan perlunya kesabaran, komitmen, dan keberanian menjalani proses. Didukung suasana yang tegas-getir, imaji yang konkret, serta majas yang memperkuat kritik dan pesan, puisi ini menjadi refleksi penting tentang bagaimana manusia seharusnya belajar untuk tidak mudah rontok dalam perjalanan hidupnya.
Karya: Ragil Suwarna Pragolapati
Biodata Ragil Suwarna Pragolapati:
- Ragil Suwarna Pragolapati lahir di Pati, pada tanggal 22 Januari 1948.
- Ragil Suwarna Pragolapati dinyatakan menghilang di Parangtritis, Yogyakarta, pada tanggal 15 Oktober 1990.
- Ragil Suwarna Pragolapati menghilang saat pergi bersemadi ke Gunung Semar. Dalam perjalanan pulang dari kaki Gunung Semar menuju Gua Langse (beliau berjalan di belakang murid-muridnya) tiba-tiba menghilang. Awalnya murid-muridnya menganggap hal tersebut sebagai kejadian biasa karena orang sakti lumrah bisa menghilang. Namun, setelah tiga hari tiga malam tidak kunjung pulang dan dicari ke mana-mana tidak diketemukan. Tidak jelas keberadaannya sampai sekarang, apakah beliau masih hidup atau sudah meninggal.
- Dikutip dari Leksikon Susastra Indonesia (2000), pada masa awal Orde Baru, Ragil Suwarna Pragolapati pernah ditahan tanpa proses pengadilan karena melakukan demonstrasi.
- Ragil Suwarna Pragolapati sering terlibat dalam aksi protes. Berikut beberapa aksi yang pernah diikuti: Menggugat Mashuri, S.H., Menteri PK, 1968. Memprotes Pemda Yogya, kasus Judi, 1968. Menggugat manipulasi dan korupsi, 1970-1971. Aksi memprotes Golkarisasi, 1970-1972. Memprotes Taman Mini Indonesia Indah (TMII), 1971-1972. Aksi menggugat SPP, 1971-1972. Aksi menolak televisi warna, 1971-1973. Aksi menolak komoditas Jepang, 1971-1974. Protes breidel pers 1977-1978.
