Sajak kepada Rakyatku
Inginku, kepadamu akan bisa kuberikan
mentari haridepan
di setiap ladang dan hutanmu
di setiap sawah dan bengkelmu
akan bersinar mentari syandu
binimu tidak akan menangis lagi
ia akan tersenyum mengurai rambut
bertangas di bening emas mentari lembut
anak-anakmu tidak akan kelaparan lagi
mereka akan tertawa menari-nari
bermain dengan percikan restu mentari
dan kamu akan kunobatkan jadi raja
akan kuberi setiap kamu istana
tempat jiwamu bertahta
bila datang penuding menyeru: ke selatan, ke utara
pancangkan bendera, beri warna di tiap istana!
1955
Analisis Puisi:
Puisi "Sajak kepada Rakyatku" karya Hartojo Andangdjaja adalah sebuah karya yang sarat dengan semangat harapan, janji, sekaligus imajinasi tentang masa depan yang lebih baik bagi rakyat. Penyair seolah berbicara langsung kepada rakyatnya dengan bahasa puitis yang penuh janji tentang kesejahteraan, kebebasan, dan kebahagiaan.
Tema
Tema utama puisi ini adalah cita-cita tentang keadilan dan kesejahteraan rakyat. Penyair menekankan pentingnya perubahan sosial dan politik yang mampu membawa kebahagiaan, kemakmuran, serta martabat bagi rakyat jelata.
Puisi ini bercerita tentang janji seorang penyair kepada rakyatnya. Ia ingin menghadiahkan “mentari haridepan”, simbol harapan baru, yang akan bersinar di ladang, hutan, sawah, dan bengkel. Rakyat digambarkan hidup tanpa tangis, anak-anak terbebas dari kelaparan, dan mereka semua dimuliakan sebagai raja dengan istana masing-masing. Ada pula semangat untuk mengibarkan bendera sebagai simbol kedaulatan dan kebanggaan bersama.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kerinduan pada sebuah masyarakat yang adil, sejahtera, dan merdeka dari penderitaan. Tangisan istri dan kelaparan anak-anak menjadi simbol realitas rakyat kecil yang sering terabaikan. Dengan menyebutkan janji kemakmuran dan kedaulatan, puisi ini mengandung kritik terhadap kondisi sosial yang timpang, sekaligus seruan untuk membangun masa depan yang lebih cerah.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang dibangun dalam puisi ini adalah optimistis, penuh harapan, dan bersemangat. Meskipun berangkat dari realitas penderitaan rakyat, penyair menghadirkan nuansa cerah dan optimisme dengan menghadirkan simbol “mentari” yang berulang kali disebut sebagai lambang harapan baru.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan utama puisi ini adalah bahwa rakyat berhak mendapatkan kesejahteraan, kebahagiaan, dan kedaulatan dalam hidup mereka. Penyair mengingatkan bahwa masa depan yang lebih baik harus diperjuangkan, dan kebahagiaan rakyat adalah tujuan tertinggi dari segala cita-cita.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji yang indah dan kuat:
- Imaji visual: “mentari haridepan”, “binimu tersenyum mengurai rambut”, “anak-anak menari-nari”, “bendera di tiap istana”. Semua gambaran ini menghadirkan bayangan visual yang cerah dan penuh kehidupan.
- Imaji auditori: “tertawa menari-nari” menghadirkan suasana riang.
- Imaji perasaan: janji kesejahteraan dan keadilan menimbulkan rasa optimis, harapan, dan haru.
Majas
Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: “mentari haridepan” sebagai lambang harapan dan masa depan cerah.
- Personifikasi: mentari digambarkan seolah memberi restu dan menyinari kehidupan rakyat dengan lembut.
- Hiperbola: rakyat dijanjikan istana di mana jiwanya akan bertahta, sebagai bentuk pemuliaan yang berlebihan namun penuh semangat.
- Simbolisme: bendera menjadi simbol perjuangan, kebanggaan, dan kedaulatan rakyat.
Puisi "Sajak kepada Rakyatku" karya Hartojo Andangdjaja merupakan sebuah karya yang menggugah, dengan tema kesejahteraan dan harapan untuk rakyat, bercerita tentang janji kemakmuran dan kebebasan, serta mengandung makna tersirat berupa kritik sosial dan impian akan keadilan. Suasana optimis yang dibangun, ditambah dengan imaji visual yang kuat dan majas penuh makna, menjadikan puisi ini bukan sekadar karya sastra, melainkan juga suara hati seorang penyair untuk bangsanya.
Biodata Hartojo Andangdjaja:
- Hartojo Andangdjaja (Ejaan yang Disempurnakan: Hartoyo Andangjaya) lahir pada tanggal 4 Juli 1930 di Solo, Jawa Tengah.
- Hartojo Andangdjaja meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 1990 (pada umur 60 tahun) di Solo, Jawa Tengah.
- Hartojo Andangdjaja adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.