Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Tahun Baru" karya Dimas Arika Mihardja menghadirkan renungan tajam tentang makna pergantian tahun. Alih-alih larut dalam euforia kembang api, pesta, dan perayaan duniawi, penyair justru mengingatkan pembaca untuk melihat sisi spiritual, hakikat hidup, serta kefanaan dunia.
Tema
Tema utama puisi ini adalah renungan religius tentang pergantian tahun dan kefanaan dunia. Penyair menekankan bahwa kemeriahan duniawi tidak sebanding dengan kebesaran Tuhan dan kesadaran spiritual.
Puisi ini bercerita tentang pergantian tahun yang dirayakan dengan kembang api, terompet, dan pesta, namun penyair mengajak pembaca untuk tidak terjebak dalam gemerlap sesaat. Ia menekankan bahwa segala riuh dunia tidak akan mampu menandingi kedahsyatan hari akhir, dan kekayaan sejati hanya milik Tuhan.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kritik terhadap gaya hidup hedonis yang merayakan pergantian tahun tanpa makna spiritual. Puisi ini mengingatkan bahwa kehidupan dunia hanya sementara, dan manusia seharusnya menapaki “jalan sunyi” menuju Tuhan, bukan terjebak pada hura-hura yang sia-sia.
Suasana dalam puisi
Suasana yang muncul dalam puisi ini adalah kontras antara riuh perayaan tahun baru dan keheningan jalan spiritual. Ada nada kritis sekaligus reflektif yang mengajak pembaca merenung lebih dalam.
Amanat / pesan yang disampaikan
Pesan yang dapat ditangkap adalah bahwa pergantian tahun seharusnya menjadi momentum introspeksi dan mendekatkan diri kepada Tuhan, bukan sekadar pesta duniawi. Penyair mengajak manusia untuk tidak terlena oleh gemerlap sesaat, karena kehidupan sejati adalah perjalanan spiritual.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji yang kuat, di antaranya:
- “Bakarlah jutaan kembang api saat detak-detik 987654321” menghadirkan gambaran pesta malam tahun baru.
- “Segala riuh dan gemuruh itu takkan imbang dibanding terompet penanda kiamat” memberi imaji tentang kedahsyatan akhir zaman.
- “Kubakar gairah menapaki jalan sunyi menuju arah telunjuk-Mu” menghadirkan imaji spiritual yang penuh kesungguhan.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: “jalan sunyi” sebagai simbol perjalanan spiritual, “terompet kiamat” sebagai metafora kehancuran dunia.
- Hiperbola: “bakarlah jutaan kembang api” yang dilebih-lebihkan untuk menggambarkan pesta tahun baru.
- Perbandingan / simile implisit: perayaan tahun baru dibandingkan dengan kedahsyatan hari kiamat.
- Personifikasi: kilau Tuhan yang “memesona” seolah memiliki sifat manusia.
Puisi "Sajak Tahun Baru" karya Dimas Arika Mihardja adalah ajakan untuk merenungkan kembali makna pergantian tahun. Dengan diksi yang tegas dan simbolis, penyair mengkritik euforia duniawi yang kosong dan menegaskan bahwa kekayaan, pesta, dan gemerlap dunia tidak akan berarti jika manusia melupakan Tuhan. Pergantian tahun, menurut puisi ini, semestinya menjadi momentum spiritual untuk membakar gairah menuju cahaya Ilahi.
Karya: Dimas Arika Mihardja
