Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Gardu Puisi (Karya Oei Sien Tjwan)

Puisi “Gardu Puisi” karya Oei Sien Tjwan menekankan pentingnya tempat yang aman untuk mengekspresikan diri, berbagi cerita, dan berinteraksi secara ..

Gardu Puisi

Aku mulai jarang pakai kata negeri.
Ia terkesan angkuh, lebar dan sepi.
Persoalan yang timbul,
selalu berjebul tiada henti.

Aku ingin kata gardu. Lebih kecil dari kata rumah.
Biar dia terkesan hangat dan ramah; bisa bicara dari hati ke hati.
Agar ia tak terkesan sombong, tapi tahu diri.

Di situ kamu boleh tidur. Main kartu, gosip kanan-kiri
atau nulis apa saja sekenanya.
Kamu boleh masuk dan boleh keluar sesuka hati.

Gardu tanpa pintu, tanpa jendela
Terbuka seperti bianglala
Siapa saja tahu warnanya
Siapa saja boleh bicara, menerka atau apa saja
Yang setuju silakan mengangguk
Yang mengangguk silakan setuju atau
Boleh diam seribu bahasa
Tertawa atau menangis bersama
Tak ada beban harus begini atau begitu. Semua itu sah-sah saja.

2010

Sumber: Senandoeng Radja Ketjil: antologi 15 penyair (Kosa Kata Kita, 2010)

Analisis Puisi:

Puisi “Gardu Puisi” karya Oei Sien Tjwan menghadirkan refleksi tentang ruang bersastra yang intim, sederhana, dan bebas. Narator memilih istilah “gardu” sebagai simbol tempat yang lebih hangat, ramah, dan bersahabat dibanding kata “negeri” yang terkesan angkuh dan jauh.

Tema

Tema utama puisi ini adalah ruang kebebasan berekspresi dan keakraban dalam dunia puisi. Puisi ini menekankan pentingnya tempat yang aman untuk mengekspresikan diri, berbagi cerita, dan berinteraksi secara jujur dan terbuka.

Puisi ini bercerita tentang keinginan narator menciptakan ruang puisi yang sederhana namun penuh kebebasan, simbolisasi dengan “gardu”. Di gardu ini, siapa pun bisa masuk, berinteraksi, menulis, atau sekadar menikmati suasana tanpa tekanan formalitas.

Larikan seperti:

“Di situ kamu boleh tidur. Main kartu, gosip kanan-kiri atau nulis apa saja sekenanya.”

menunjukkan suasana santai dan kebebasan yang ditawarkan ruang tersebut.

Makna tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah perlunya ruang kreativitas yang ramah, inklusif, dan mengutamakan kebebasan berekspresi. Puisi ini juga menyiratkan kritik halus terhadap formalitas atau kekakuan struktur yang bisa menghalangi interaksi dan kreativitas.

Suasana dalam puisi

Suasana puisi ini hangat, akrab, dan santai. Pembaca dibawa merasakan kenyamanan dan keterbukaan, seolah berada dalam ruang yang bebas dari tekanan dan formalitas, di mana setiap perasaan dan ide diterima.

Imaji

Beberapa imaji yang muncul dalam puisi:
  • “Gardu tanpa pintu, tanpa jendela / Terbuka seperti bianglala” → imaji visual dan simbolik tentang keterbukaan.
  • “Tertawa atau menangis bersama / Tak ada beban harus begini atau begitu” → imaji emosional yang menekankan kebebasan perasaan.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini:
  • Metafora: Gardu sebagai simbol ruang puisi yang hangat dan terbuka.
  • Personifikasi: Gardu digambarkan memiliki sifat “ramah” dan “bisa bicara dari hati ke hati,” memberi kesan seolah gardu itu hidup dan berinteraksi.

Amanat / Pesan yang disampaikan

Pesan puisi ini adalah pentingnya menciptakan ruang yang ramah dan bebas bagi siapa saja untuk mengekspresikan diri, berinteraksi, dan berbagi ide tanpa tekanan atau batasan formal.

Puisi “Gardu Puisi” menyuguhkan konsep ruang sastra yang sederhana namun hangat, terbuka, dan inklusif. Oei Sien Tjwan mengajak pembaca merasakan kenyamanan, kebebasan, dan keakraban, di mana kata-kata dan perasaan bisa mengalir tanpa beban, menciptakan pengalaman bersastra yang autentik dan manusiawi.

Puisi Sepenuhnya
Puisi: Gardu Puisi
Karya: Oei Sien Tjwan
© Sepenuhnya. All rights reserved.