12 November
kepada Barmara
"Kembang Beureum" dan Panji Merah
berbulan-madu dalam hatimu
dalam suatu detik sejarah
dalam fajar yang juga merah.
Dengan lagu dan panji yang suci ini
gadis-gadis di kampungku mesra merekah
pemuda-pemuda gairah menari perwira
dalam panen Hari Berdarah.
Gadis dan pemuda Tanah air di hari ini
bersuara merdu, bermata intan:
panenmu di hari fajar berdarah
mekar menjadi panen Pembebasan
Sumber: Rangsang Detik (1957)
Catatan:
"Kembang Beureum", nama lagu daerah Priangan yang populer. Artinya: "Kembang Merah"
Analisis Puisi:
Puisi "12 November" karya Adi Sidharta merangkum peristiwa sejarah yang diwakili oleh simbol-simbol nasional Indonesia. Analisis puisi ini akan memperjelas makna dari metafora yang digunakan dan relevansinya dengan momen penting dalam sejarah Indonesia:
Simbol "Kembang Beureum" dan Panji Merah: Simbol "Kembang Beureum" dan Panji Merah melambangkan semangat kebangsaan, kebersamaan, serta semangat perjuangan. Kembang Beureum secara tradisional digunakan dalam perayaan dan upacara adat, sementara Panji Merah mewakili semangat perlawanan dan keberanian.
Kaitan dengan Sejarah Indonesia: Puisi ini menyoroti momen bersejarah, "Hari Berdarah" atau 12 November 1945, yang merupakan peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal tersebut, pertempuran sengit terjadi antara pejuang kemerdekaan Indonesia dengan pihak Belanda di Surabaya. Pertempuran ini dikenal sebagai Peristiwa 10 November (yang kemudian dirayakan sebagai Hari Pahlawan).
Semangat Persatuan dan Perjuangan: Puisi menggambarkan semangat persatuan di antara gadis dan pemuda dalam peristiwa tersebut. Mereka diilustrasikan dalam suasana semangat, gairah, serta kebersamaan dalam upaya meraih kemerdekaan. Pemuda digambarkan sebagai perwira yang bersemangat, sementara gadis-gadis di kampung diwakili oleh keberanian dan semangat perjuangan.
Penegasan Kemerdekaan: Penutup puisi menekankan momen "panen Pembebasan," mengisyaratkan bahwa perjuangan pada tanggal 12 November merupakan bagian dari proses pembebasan dan perjuangan menuju kemerdekaan. Hal ini menegaskan bahwa momen tersebut merupakan titik balik dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Puisi ini memadukan simbolisme budaya dan sejarah dalam merangkum momen penting dalam sejarah Indonesia, menekankan semangat dan semakin menegaskan keberanian serta semangat perjuangan dalam menggapai kemerdekaan.
Karya: Adi Sidharta
Biodata Adi Sidharta:
- Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
- Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
- Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.
