Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Akar Tua di Museum (Karya L.K. Ara)

Puisi “Akar Tua di Museum” karya L.K. Ara bercerita tentang akar tua yang telah terpotong dan disimpan dalam kotak kaca di museum. Meskipun rapuh ...
Akar Tua di Museum

Akar tua rapuh dan terpotong
Disimpan dalam kotak kaca
Di sebuah museum tua

Tiba-tiba akar tua itu bergetar
Seperti ingin menjalar
Ke dalam hujan renyai
Ke dalam angin membadai

Ia seperti ingin kembali
Memberi hijau pada daun
Warna-warni pada bunga
Dan sosok muda
Pada pohonan

Ia seperti ingin
Mengalahkan angin
Mengalahkan musim

Akar tua rapuh dan terpotong
Disimpan dalam kotak kaca
Di sebuah museum tua

Medan, Februari 1986

Analisis Puisi:

Puisi “Akar Tua di Museum” karya L.K. Ara merupakan karya yang menghadirkan refleksi mendalam tentang kehidupan, alam, dan hubungan manusia dengan masa lalu. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh imaji, puisi ini mengajak pembaca merenungkan tentang keterbatasan hidup, waktu, dan upaya alam untuk terus hidup meski terhenti.

Tema

Tema utama puisi ini adalah keabadian dan perjuangan alam meski berada dalam keterbatasan. Selain itu, puisi ini juga menyinggung tema keterasingan dan konservasi, di mana akar tua yang rapuh dan terpotong disimpan di museum, seolah alam itu hanya menjadi objek yang diam, terpisah dari siklus hidupnya.

Puisi ini bercerita tentang akar tua yang telah terpotong dan disimpan dalam kotak kaca di museum. Meskipun rapuh dan terperangkap, akar tersebut digambarkan seolah ingin bergerak kembali, menjalar, memberi kehidupan baru pada daun dan bunga, serta menghadirkan kesan sosok muda pada pohon-pohonan. Cerita ini memunculkan konflik antara alam yang ingin hidup dan manusia yang menahan alam dalam bentuk yang statis, di museum.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah:
  • Alam memiliki kehendak dan daya hidup sendiri, meski manusia mencoba menahannya. Akar tua yang bergetar melambangkan keinginan alam untuk tetap hidup dan beregenerasi.
  • Keterbatasan manusia dalam menguasai alam; meski akar ditahan di museum, kehidupan dan energi alam tetap hadir secara simbolik.
  • Pertanyaan tentang hubungan manusia dan alam, serta konsekuensi ketika manusia hanya menjadikan alam sebagai objek untuk dilihat, bukan sebagai bagian dari kehidupan.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini tenang namun penuh perenungan, sedikit melankolis, dan menimbulkan rasa kagum pada daya hidup alam.
  • Awal puisi menghadirkan nuansa sunyi dan diam, ketika akar tua disimpan di kotak kaca.
  • Kemudian, suasana berubah menjadi hidup dan gerak, ketika akar seolah ingin menjalar dan mengalahkan angin dan musim.
Kontras ini menghadirkan perasaan harapan dan keterbatasan sekaligus.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual dan sensorik:
  • “Akar tua rapuh dan terpotong, disimpan dalam kotak kaca” → imaji visual tentang akar yang terisolasi, rapuh, dan terkurung.
  • “Tiba-tiba akar tua itu bergetar” → imaji gerak, memberi kesan hidup dan energi meski terbatasi.
  • “Ke dalam hujan renyai, ke dalam angin membadai” → imaji alam yang kontras dengan kondisi akar, menimbulkan perasaan dinamis dan kuatnya alam.
  • “Memberi hijau pada daun, warna-warni pada bunga” → imaji visual yang melambangkan regenerasi dan kehidupan.
Imaji ini memperkuat kesan bahwa alam selalu mencari jalan untuk tetap hidup, meski dibatasi oleh manusia.

Majas

Beberapa majas yang digunakan L.K. Ara antara lain:

Personifikasi
  • Akar tua digambarkan seolah memiliki kehendak dan kemampuan untuk bergerak, “ingin kembali” dan “memberi hijau pada daun.”
Metafora
  • Akar tua menjadi simbol kehidupan, daya hidup, dan ketekunan alam.
  • Museum sebagai metafora batasan manusia terhadap alam dan waktu.
Kontras
  • Kontras antara akar yang rapuh dan terpotong dengan kekuatan alam yang ingin menjalar dan mengalahkan angin dan musim.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Puisi ini menyampaikan pesan tentang ketahanan dan keabadian alam, serta kepedulian manusia terhadap alam.
  • Meskipun manusia berusaha menahan atau mengisolasi alam, alam memiliki cara untuk terus hidup dan beregenerasi.
  • Pesan tersiratnya adalah menghargai alam dan memahami hubungan antara manusia dan lingkungan, serta menyadari bahwa alam bukan sekadar objek untuk dilihat, melainkan bagian dari kehidupan yang dinamis.
Puisi “Akar Tua di Museum” karya L.K. Ara adalah refleksi tentang kehidupan, alam, dan ketekunan meski terbatasi oleh manusia. Dengan tema yang kuat, imaji visual dan gerak yang hidup, serta majas personifikasi dan metafora, puisi ini menghadirkan pengalaman membaca yang penuh perenungan.

Melalui karya ini, L.K. Ara mengingatkan kita bahwa alam memiliki daya hidupnya sendiri, dan meski tampak terhenti atau terisolasi, kehidupan selalu mencari jalan untuk terus berlanjut. Puisi ini juga menjadi refleksi tentang hubungan manusia dan alam, sekaligus menyadarkan pembaca untuk menghargai dan menjaga keberlangsungan alam di sekitar kita.

L.K. Ara
Puisi: Akar Tua di Museum
Karya: L.K. Ara


Biodata L.K. Ara:
  • Nama lengkap L.K. Ara adalah Lesik Keti Ara.
  • L.K. Ara lahir di Kutelintang, Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937.
© Sepenuhnya. All rights reserved.