Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Aku Tenggelam dalam Dunia Lepas Akar (Karya Korrie Layun Rampan)

Puisi “Aku Tenggelam dalam Dunia Lepas Akar” karya Korrie Layun Rampan bercerita tentang seseorang yang merasa terombang-ambing dalam kehidupan ...

Aku Tenggelam dalam Dunia Lepas Akar


Aku tenggelam dalam dunia lepas akar
Menghela beban Cinta
Seribu matahari-Mu menyulut padang terbakar
Padaku menyerahkan berjuta nyala.

Wahai Kekasih yang alpa
Kurangkul Nasib betina
Dalam sarang kota, dalam raut wajah perawan
Kita saling berperang: tawan-menawan!

Sumber: Sawan (1978)

Analisis Puisi:

Puisi “Aku Tenggelam dalam Dunia Lepas Akar” karya Korrie Layun Rampan merupakan salah satu karya yang mencerminkan kekuatan bahasa simbolik dan spiritual penyair. Melalui diksi yang padat dan penuh makna, Korrie menggambarkan pergulatan batin manusia di tengah kehidupan modern yang kehilangan akar nilai dan makna.

Tema

Tema utama puisi ini adalah pencarian spiritual di tengah keterasingan dunia modern. Penyair menyoroti perasaan terlepas dari akar spiritual dan moral, serta usaha untuk kembali menemukan makna sejati melalui cinta dan hubungan dengan Sang Kekasih (Tuhan).

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang merasa terombang-ambing dalam kehidupan yang kehilangan arah dan makna, digambarkan dengan frasa “dunia lepas akar.” Tokoh lirik merasakan beban cinta, baik cinta insani maupun cinta Ilahi, yang membakar batin dan memaksanya menghadapi pertarungan batin: antara hasrat duniawi dan kerinduan spiritual.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah kritik terhadap manusia modern yang terlepas dari akar spiritual dan moralitas. “Dunia lepas akar” melambangkan kehidupan yang kehilangan nilai, di mana cinta menjadi beban dan nafsu menggantikan makna suci. Namun, di balik pergulatan itu, penyair juga menyiratkan harapan akan penyucian diri dan pertemuan dengan “Kekasih” sejati — simbol dari Tuhan atau kebenaran hakiki.

Suasana dalam puisi

Suasana puisi ini tegang, reflektif, dan spiritual. Ada nuansa pergulatan batin yang kuat antara cinta, dosa, dan pencarian makna. Baris-baris seperti “Seribu matahari-Mu menyulut padang terbakar” menggambarkan intensitas perasaan dan konflik batin yang meluap, seolah penyair berada di ambang kesadaran spiritual yang menyala.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji panas dan terbakar, seperti “Seribu matahari-Mu menyulut padang terbakar” dan “Padaku menyerahkan berjuta nyala.” Imaji tersebut menggambarkan ledakan emosi, semangat, dan penderitaan batin yang mendalam. Selain itu, imaji “sarang kota” dan “raut wajah perawan” menimbulkan gambaran kehidupan urban yang penuh godaan dan konflik moral.

Majas

Beberapa majas yang digunakan antara lain:
  • Metafora, misalnya “dunia lepas akar” untuk melambangkan kehidupan yang kehilangan pegangan spiritual.
  • Hiperbola, seperti “Seribu matahari-Mu menyulut padang terbakar”, untuk menegaskan intensitas cinta Ilahi yang membakar jiwa.
  • Personifikasi, pada “Kurangkul Nasib betina”, menggambarkan nasib seolah sosok perempuan yang dapat dipeluk dan diperjuangkan.
  • Antitesis, dalam “tawan-menawan”, memperlihatkan konflik batin antara dua kekuatan yang saling berhadapan — cinta dan penderitaan, dosa dan penebusan.

Amanat / Pesan yang disampaikan

Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah pentingnya mencari kembali akar spiritual dan makna sejati di tengah dunia yang serba modern dan materialistis. Penyair seolah ingin mengatakan bahwa cinta sejati hanya dapat ditemukan jika manusia mampu berdamai dengan dirinya sendiri dan Sang Pencipta, bukan sekadar mengikuti arus kehidupan duniawi yang hampa.

Puisi “Aku Tenggelam dalam Dunia Lepas Akar” merupakan refleksi mendalam tentang manusia yang berjuang menemukan makna di tengah keterasingan. Dengan perpaduan imaji api, cinta, dan kota, Korrie Layun Rampan berhasil menggambarkan konflik batin universal antara jiwa yang haus makna dan dunia yang menyesatkan.

Korrie Layun Rampan
Puisi: Aku Tenggelam dalam Dunia Lepas Akar
Karya: Korrie Layun Rampan

Biodata Korrie Layun Rampan:
  • Korrie Layun Rampan adalah seorang penulis (penyair, cerpenis, novelis, penerjemah), editor, dan kritikus sastra Indonesia berdarah Dayak Benuaq.
  • Korrie Layun Rampan lahir pada tanggal 17 Agustus 1953 di Samarinda, Kalimantan Timur.
  • Korrie Layun Rampan meninggal dunia pada tanggal 19 November 2015 di Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta Pusat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.