Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Alap-Alap Surtikanti (Karya Gunawan Maryanto)

Puisi “Alap-Alap Surtikanti” karya Gunawan Maryanto bercerita tentang seorang individu yang mencoba bersembunyi dalam kedekatan dengan orang yang ...
Alap-Alap Surtikanti

suatu kali aku pernah bersembunyi di gelung rambutmu
berdiamlah di sana, katamu, rumahkan kesepianmu
dan bau lehermu menidurkanku. menjaga kesedihan
yang berkeliaran sepanjang tembok tamansari
tinggallah di sana, katamu, selesaikan pelarianmu
tapi tubuhmu bukan makamku. tak ada namaku di sana

aku hanya pencuri yang mesti terus berlari.

Jogja, 2014

Analisis Puisi:

Puisi “Alap-Alap Surtikanti” karya Gunawan Maryanto menghadirkan nuansa intim dan melankolis, menekankan pengalaman kesepian, kerinduan, dan keterasingan. Bahasa yang puitis dan padat simbol menciptakan perasaan terselubung antara kehangatan dan kehilangan.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kesepian, kerinduan, dan keterasingan dalam hubungan manusia. Penyair menggambarkan bagaimana seseorang mencoba mencari tempat aman secara emosional, namun kenyataannya tidak sepenuhnya bisa memiliki tempat itu.

Puisi ini bercerita tentang seorang individu yang mencoba bersembunyi dalam kedekatan dengan orang yang dicintainya, namun tetap merasa terasing dan tidak sepenuhnya diterima. Sang “aku” dalam puisi berusaha mencari penghiburan, tetapi menyadari bahwa tubuh atau ruang orang lain bukan miliknya sepenuhnya, sehingga ia tetap merasa sebagai “pencuri” yang harus terus berlari.

Makna tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah perasaan keterasingan dan ketidakpastian dalam hubungan emosional. Meskipun ada kedekatan dan keintiman, individu tetap merasakan batas yang memisahkan, sehingga rasa sepi dan kerinduan tetap ada.

Suasana dalam puisi

Suasana puisi ini melankolis, intim, dan agak sendu. Pembaca merasakan kehangatan melalui kontak fisik dan imaji sensual, tetapi juga kesedihan karena kesadaran bahwa tempat itu bukanlah milik “aku” sepenuhnya.

Imaji

Puisi ini menggunakan imaji intim dan sensual:
  • “aku pernah bersembunyi di gelung rambutmu” — imaji visual dan fisik yang menyiratkan kehangatan dan perlindungan.
  • “bau lehermu menidurkanku” — imaji olfaktori yang menambah nuansa keintiman dan ketenangan sementara.
  • “tinggallah di sana, selesaikan pelarianmu” — imaji gerak yang menyiratkan pelarian batin dan kesendirian.

Majas

Beberapa majas menonjol dalam puisi ini:
  • Metafora: rambut dan leher menjadi simbol tempat aman emosional.
  • Personifikasi: kesedihan digambarkan seolah dapat “berkeliaran sepanjang tembok”.
  • Simbolisme: tubuh sebagai makam yang tidak sepenuhnya milik “aku” menunjukkan batasan dan ketidakpastian dalam hubungan.

Amanat / pesan yang disampaikan

Pesan tersirat puisi ini adalah kesadaran bahwa tidak semua kedekatan emosional menjamin kepemilikan atau rasa aman penuh, dan terkadang seseorang harus menerima batasan serta kesendirian dalam hubungan.

Puisi “Alap-Alap Surtikanti” menghadirkan pengalaman emosional yang halus, melankolis, dan intim. Gunawan Maryanto berhasil menyampaikan perasaan keterasingan, kerinduan, dan pelarian batin melalui bahasa puitis yang kaya imaji dan simbol, sehingga pembaca diajak merasakan kehangatan sekaligus kesepian dalam keintiman.

Gunawan Maryanto
Puisi: Alap-Alap Surtikanti
Karya: Gunawan Maryanto
Biodata Gunawan Maryanto:
  • Gunawan Maryanto lahir pada tanggal 10 April 1976 di Yogyakarta, Indonesia.
  • Gunawan Maryanto meninggal dunia pada tanggal 6 Oktober 2021 (pada usia 45 tahun) di Yogyakarta, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.