Anjing Gunung
tukang masak
dari balik bukit
mengenal tanda itu
ngilu waktu pada lengkingmu
dari sunyi senyap
pagi dingin
sebelum matahari
tubuh gemetar
yang putih jernih
seperti zaitun
basah oleh kabut
ke dalam hutan
dimandikan cahaya
pohon, tebing tinggi,
kesedihan
jika sungai telah mati
dan gembala tak ada
jangan mengeluh
duduklah di dekatku
di bukit ini
menjaga yang pernah ada
dan kini tak ada
2013
Sumber: Anjing Gunung (2018)
Analisis Puisi:
Irma Agryanti merupakan salah satu penyair Indonesia yang kerap menghadirkan puisi dengan nuansa alam, spiritualitas, dan perenungan eksistensial. Puisinya seringkali menggabungkan lanskap pegunungan, kesunyian, dan pengalaman batin yang dalam. Salah satu karyanya, "Anjing Gunung", menghadirkan panorama alam sekaligus renungan tentang kehilangan dan kesetiaan dalam menjaga yang telah hilang.
Tema
Tema utama puisi Anjing Gunung adalah kesunyian, kehilangan, dan kesetiaan untuk tetap menjaga kenangan atau sesuatu yang telah berlalu.
Puisi ini bercerita tentang suasana pegunungan yang sepi dan dingin, di mana penyair menghadirkan sosok anjing gunung sebagai simbol kesetiaan. Dari balik bukit, ada suara lengking yang menggema di kesunyian pagi. Tubuh gemetar karena dingin, kabut, dan kesedihan yang menyelimuti alam. Penyair kemudian menyinggung kemungkinan sungai mati, gembala tak ada, tetapi tetap ada anjuran untuk tidak mengeluh—melainkan duduk bersama dalam kesunyian, menjaga apa yang pernah ada meski kini telah tiada.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa hidup penuh dengan kehilangan, tetapi kesetiaan dan keteguhan hati tetap diperlukan untuk menjaga kenangan atau nilai yang sudah tidak hadir lagi secara nyata. Sosok anjing gunung dan lanskap pegunungan menjadi metafora tentang keteguhan menghadapi kesepian, kerusakan, bahkan kematian.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang muncul dalam puisi ini adalah hening, dingin, murung, dan kontemplatif. Ada rasa kehilangan, tetapi juga ada ketabahan untuk tetap bertahan dalam kesunyian pegunungan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang tersirat dalam puisi ini adalah pentingnya kesabaran, kesetiaan, dan keberanian menghadapi kehilangan. Penyair seakan mengingatkan bahwa ketika alam atau kehidupan berubah, manusia perlu menerima keadaan dengan tenang, bukan sekadar mengeluh.
Imaji
Puisi ini menghadirkan imaji yang kuat, antara lain:
- Imaji pendengaran: “ngilu waktu pada lengkingmu” menggambarkan suara anjing gunung yang menusuk kesunyian.
- Imaji penglihatan: “tubuh gemetar yang putih jernih seperti zaitun basah oleh kabut” menggambarkan suasana dingin dan sosok yang rapuh di tengah kabut.
- Imaji alam: “ke dalam hutan dimandikan cahaya, pohon, tebing tinggi, kesedihan” yang memadukan panorama pegunungan dengan perasaan duka.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi – sungai digambarkan bisa “mati”, seakan-akan memiliki nyawa.
- Metafora – anjing gunung menjadi simbol kesetiaan dan penjaga kenangan.
- Simile (perbandingan) – “putih jernih seperti zaitun” memberikan efek visual yang kuat.
- Hiperbola – “ngilu waktu pada lengkingmu” memperkuat kesan suara yang begitu menusuk hingga memengaruhi rasa waktu.
Puisi "Anjing Gunung" karya Irma Agryanti adalah sebuah karya yang menggambarkan kesunyian alam pegunungan dan perenungan batin manusia di dalamnya. Dengan tema kehilangan dan kesetiaan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungi pentingnya menjaga sesuatu yang pernah ada, meskipun kini sudah tiada. Imaji alam, suasana murung, serta majas metaforis yang digunakan menjadikan puisi ini kaya makna dan dalam secara emosional.
Karya: Irma Agryanti
Biodata Irma Agryanti:
- Irma Agryanti lahir pada tanggal 28 Agustus 1986 di Mataram, Nusa Tenggara Barat.