Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Arsip Kegelapan (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Arsip Kegelapan" karya Afrizal Malna mengeksplorasi tema identitas, kehilangan, dan pencarian makna dalam dunia yang kacau dan penuh ...
Arsip Kegelapan

Dia meninggalkan kakinya di luar untuk berjalan ke dalam:
ginjal, empedu, jantung, sebuah ruang tamu dan seseorang
yang tak pernah ada. dia meninggalkan kepalanya di dalam
untuk berjalan ke luar: lemari, bantal dengan sisa rambut,
sabun mandi dan bau sperma dari tubuh yang tak pernah ada.
bagaimanakah ruang bekerja antara batas dan objek-objek,
dan 
sebuah badai yang mencari di mana arsip sinar matahari
tersimpan.

Masuk dan keluar lagi, pintunya tertinggal di tempat tukang
servis radio, gelombangnya mencari lagu-lagu kenangan. aku
lirik yang pingsan dalam sebuah buku kritik sastra tentang
seseorang yang tak pernah ada. kilometer-kilometer telah
berlalu, bangkai waktu dalam sebuah kecelakaan lalu-lintas.

Para pencuri masuk ke dalam perpustakaan, mencuri arsip,
menggantinya dengan tisu. mereka menemukan aku-lirik yang
sekarat dalam perpustakaan:
"beri aku bahasa
beri aku bahasa
untuk bernafas."
Jari-jari tangan mereka tertinggal dalam mesin tik tua. tata
bahasa berlalu, lidahnya bengkak oleh huruf-huruf kapital yang
cerewet tentang kata-kata yang tak pernah ada

Dia berjalan ke dalam melalui jalan ke luar:
ladang kuburan arsip dalam kegelapan.

Sumber: Buka Pintu Kiri (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Arsip Kegelapan" karya Afrizal Malna adalah karya yang kompleks dan penuh dengan lapisan makna. Melalui penggunaan simbolisme yang kaya dan struktur yang tidak konvensional, Malna mengeksplorasi tema identitas, kehilangan, dan pencarian makna dalam dunia yang kacau dan penuh ketidakpastian.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini menggunakan struktur bebas tanpa pola rima yang tetap, mencerminkan kebingungan dan kekacauan yang menjadi tema sentral. Gaya bahasa yang digunakan sangat simbolis dan abstrak, dengan penggunaan metafora yang mendalam dan penuh teka-teki. Afrizal Malna sering menggunakan bahasa yang tidak langsung dan imaji yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesannya.
  • Identitas dan Kehilangan: Tema identitas dan kehilangan muncul kuat dalam puisi ini. Frasa seperti "Dia meninggalkan kakinya di luar untuk berjalan ke dalam" dan "dia meninggalkan kepalanya di dalam untuk berjalan ke luar" menunjukkan konflik internal dan disintegrasi identitas. Ini menggambarkan seseorang yang kehilangan bagian dari dirinya sendiri saat mencoba memahami dunia di sekitarnya.
  • Realitas dan Ilusi: Malna menggambarkan dunia yang penuh dengan ilusi dan ketidakpastian. Penggambaran "ruang tamu dan seseorang yang tak pernah ada" serta "sabun mandi dan bau sperma dari tubuh yang tak pernah ada" menekankan ketidakjelasan antara realitas dan ilusi. Ini mengisyaratkan bahwa apa yang kita anggap nyata mungkin hanya sebuah bayangan atau konstruksi mental.
  • Pencarian Makna: Puisi ini juga menyoroti pencarian makna dalam kehidupan. Pertanyaan "bagaimanakah ruang bekerja antara batas dan objek-objek" mencerminkan usaha untuk memahami bagaimana elemen-elemen kehidupan saling berinteraksi dan membentuk realitas kita. Selain itu, frasa "badai yang mencari di mana arsip sinar matahari tersimpan" menggambarkan pencarian tak henti-henti untuk menemukan kebenaran dan makna dalam kekacauan.

Simbolisme dan Imaji

Afrizal Malna menggunakan simbolisme yang kuat dan imaji yang vivid untuk menyampaikan pesan-pesannya. Misalnya, "arsip kegelapan" melambangkan kenangan dan sejarah yang tersembunyi atau terlupakan. "Pintu tertinggal di tempat tukang servis radio" dan "gelombangnya mencari lagu-lagu kenangan" menunjukkan bagaimana kita sering mencari koneksi dengan masa lalu untuk memahami masa kini.
  • Badan dan Identitas: Bagian tubuh yang ditinggalkan, seperti kaki dan kepala, melambangkan kehilangan dan ketidakhadiran bagian dari identitas. Ini bisa diartikan sebagai metafora untuk perasaan keterasingan dan disintegrasi diri dalam masyarakat modern.
  • Perpustakaan dan Bahasa: Simbol perpustakaan dan bahasa yang hilang mencerminkan hilangnya pengetahuan dan identitas budaya. Permintaan "beri aku bahasa untuk bernafas" menunjukkan kebutuhan mendasar untuk komunikasi dan ekspresi diri sebagai cara untuk menemukan dan membentuk identitas.

Pesan Filosofis dan Kritik Sosial

Puisi ini mengandung pesan filosofis yang mendalam tentang keberadaan manusia dan pencarian makna. Kritik terhadap hilangnya identitas dan makna dalam dunia modern tercermin dalam penggambaran perpustakaan yang dirompak dan digantikan dengan benda-benda yang tidak bernilai, seperti tisu. Ini mencerminkan pandangan pesimis terhadap kondisi masyarakat di mana nilai-nilai penting sering diabaikan atau dilupakan.

Puisi "Arsip Kegelapan" adalah puisi yang penuh dengan kompleksitas dan simbolisme, mengajak pembaca untuk merenungkan tema-tema identitas, kehilangan, dan pencarian makna. Afrizal Malna menggunakan gaya bahasa yang abstrak dan imaji yang kuat untuk menciptakan dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan ilusi. Melalui puisi ini, Malna mengajak kita untuk mempertanyakan realitas dan mencari makna dalam kekacauan yang mengelilingi kita, menekankan pentingnya identitas dan ekspresi diri dalam memahami dunia.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Arsip Kegelapan
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.