Ayah
Waktu ayah pergi kerja
Aku masih tidur
Waktu ayah pulang kerja
Aku sudah tidur
Waktu hari libur
Malah kerja lembur
Oh, ayah ....
kepada siapa 'ku mengadu
Kalau ibu marah padaku
Sumber: Pelita (Th. VII, 5 Maret 1980)
Analisis Puisi:
Puisi “Ayah” karya Cecep M. Yuhyar merupakan salah satu puisi sederhana namun menyentuh hati yang menggambarkan hubungan emosional seorang anak dengan sosok ayahnya. Melalui diksi yang ringan dan alur naratif yang mudah dipahami, penyair berhasil menghadirkan potret kehidupan keluarga pekerja yang akrab di masyarakat, sekaligus menyiratkan perasaan rindu dan kesepian seorang anak terhadap figur ayah yang jarang hadir karena sibuk bekerja.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kerinduan dan keterasingan seorang anak terhadap ayahnya yang sibuk bekerja. Tema ini juga dapat dikaitkan dengan pengorbanan orang tua dalam mencari nafkah demi keluarga, serta kesenjangan emosional yang muncul akibat keterbatasan waktu bersama anak.
Puisi ini bercerita tentang seorang anak yang jarang sekali bertemu ayahnya. Setiap kali ayahnya berangkat kerja, anak itu masih tertidur; dan ketika ayahnya pulang, ia sudah tidur lagi. Bahkan di hari libur, sang ayah masih harus bekerja lembur. Kondisi ini membuat sang anak merasa kehilangan kedekatan dengan ayahnya.
Pada bait terakhir, anak itu mengungkapkan kegundahan hatinya: “Oh, ayah… kepada siapa ’ku mengadu / Kalau ibu marah padaku”. Baris ini memperlihatkan kepolosan sekaligus kesedihan seorang anak yang merindukan figur ayah bukan hanya sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai tempat bersandar dan berbagi perasaan.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah tentang harga yang harus dibayar demi perjuangan hidup, terutama oleh sosok ayah. Pekerjaan yang menguras waktu dan tenaga membuat hubungan emosional antara ayah dan anak menjadi renggang, meskipun semuanya dilakukan atas dasar cinta dan tanggung jawab.
Puisi ini juga menyiratkan kritik lembut terhadap realitas sosial—tentang bagaimana sistem kerja dan tuntutan ekonomi bisa menjauhkan kehangatan keluarga. Di balik kesibukan dan tanggung jawab seorang ayah, ada hati anak yang kesepian dan rindu perhatian.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini penuh kerinduan, kesepian, dan kepolosan. Anak dalam puisi ini tidak menampakkan amarah atau protes, tetapi justru rasa sedih yang tulus karena kehilangan kebersamaan dengan ayahnya. Suasana ini diperkuat oleh pengulangan pola waktu yang monoton—ayah pergi, anak tidur; ayah pulang, anak tidur—yang menimbulkan nuansa keterasingan yang lembut namun menusuk hati.
Imaji
Cecep M. Yuhyar menggunakan imaji waktu dan imaji keseharian yang kuat untuk menggambarkan situasi keluarga pekerja:
- Imaji waktu pagi dan malam: “Waktu ayah pergi kerja / Aku masih tidur” dan “Waktu ayah pulang kerja / Aku sudah tidur” menghadirkan gambaran nyata tentang rutinitas harian yang memisahkan mereka.
- Imaji aktivitas kerja: “Waktu hari libur / Malah kerja lembur” menunjukkan betapa kerasnya perjuangan ayah untuk menafkahi keluarga.
- Imaji emosional: Baris terakhir “Oh, ayah... kepada siapa ’ku mengadu” menciptakan suasana batin yang penuh kerinduan dan kesepian, memperlihatkan betapa dalam perasaan seorang anak terhadap sosok ayahnya.
Majas
Meskipun puisi ini sederhana, Cecep M. Yuhyar tetap menggunakan beberapa majas untuk memperkuat efek emosional:
- Repetisi (pengulangan): Pengulangan kata “Waktu ayah...” pada tiga baris pertama berfungsi menegaskan rutinitas dan jarak antara ayah dan anak.
- Personifikasi: Secara tersirat, waktu digambarkan seolah-olah menjadi penghalang yang membuat keduanya tak pernah bertemu.
- Apostrof (seruan langsung): Pada baris “Oh, ayah...”, penyair menggunakan gaya seru untuk menekankan perasaan rindu dan harap yang mendalam.
- Ironi lembut: Baris “Waktu hari libur / Malah kerja lembur” mengandung ironi—saat seharusnya waktu istirahat tiba, justru dipenuhi kerja.
Amanat / pesan yang disampaikan
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa kasih sayang tidak selalu cukup hanya dengan bekerja keras; kehadiran dan perhatian juga sangat dibutuhkan. Penyair ingin mengingatkan bahwa di balik pengorbanan seorang ayah, ada kerinduan seorang anak yang menunggu waktu bersama.
Selain itu, puisi ini juga mengajarkan nilai empati dan penghargaan terhadap perjuangan orang tua. Anak diajak untuk memahami bahwa kesibukan ayah bukan berarti tidak peduli, melainkan wujud cinta dalam bentuk lain—meski kadang terasa jauh.
Puisi “Ayah” karya Cecep M. Yuhyar adalah potret sederhana tentang kehidupan keluarga yang sarat makna. Dengan bahasa yang jujur dan imaji yang dekat dengan keseharian, penyair berhasil mengungkapkan dua sisi cinta seorang ayah dan kerinduan seorang anak secara bersamaan.
Di satu sisi, puisi ini menunjukkan pengorbanan seorang ayah yang bekerja keras tanpa henti, dan di sisi lain, kerinduan anak terhadap sosok yang jarang hadir dalam kesehariannya. Kesederhanaan bentuk puisi ini justru memperkuat pesan yang ingin disampaikan—bahwa cinta dan kehadiran adalah dua hal yang sama pentingnya dalam keluarga.
Melalui karya ini, Cecep M. Yuhyar tidak hanya menulis tentang seorang ayah, tetapi juga tentang waktu, pengorbanan, dan cinta yang terpendam di balik rutinitas hidup manusia modern.
Karya: Cecep M. Yuhyar