Bertahan Kita dalam Ayunan Waktu
Sumber: Suara Kesunyian (1981)
Analisis Puisi:
Puisi “Bertahan Kita dalam Ayunan Waktu” karya Korrie Layun Rampan adalah karya yang sarat dengan perenungan dan keindahan bahasa simbolik. Melalui diksi puitis dan citra yang mendalam, penyair mengekspresikan perjuangan manusia dalam menghadapi waktu, cinta, dan luka kehidupan.
Tema
Tema utama puisi ini adalah perjuangan manusia untuk bertahan menghadapi waktu, penderitaan, dan kerinduan dalam perjalanan hidup. Penyair menyoroti bagaimana manusia terombang-ambing oleh waktu, namun tetap mencoba tegar dan sadar akan makna cinta serta kehidupan.
Puisi ini bercerita tentang dua insan (atau bisa juga manusia secara umum) yang berusaha bertahan di tengah perjalanan waktu yang tak henti bergerak. Mereka terayun oleh perubahan hari, menghadapi dingin kehidupan, luka, dan rindu yang terus berulang. Meskipun lelah dan terluka, mereka tetap berusaha menganyam kasih dan bertahan dalam ketidakpastian.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kesadaran bahwa hidup adalah proses bertahan dan berjuang melawan kefanaan. Waktu diibaratkan sebagai ayunan — sesuatu yang terus bergerak tanpa henti, membawa suka dan duka silih berganti. Namun, di tengah ketidakpastian itu, cinta dan kesadaran diri menjadi kekuatan yang membuat manusia tetap berdiri.
Selain itu, puisi ini juga mencerminkan perenungan eksistensial, di mana manusia harus menyadari batas-batas hidupnya sekaligus makna keberadaan dalam perjalanan panjang waktu.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa melankolis, reflektif, dan penuh renungan. Kata-kata seperti “dingin pun memekat”, “rintih yang sedih”, dan “menganyam duka kasih” menciptakan nuansa pilu dan kontemplatif, seolah penyair sedang merenungi kehidupan yang penuh luka namun tetap dijalani dengan pasrah dan cinta.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang disampaikan adalah agar manusia tetap tegar menghadapi perjalanan waktu, meski penuh kesedihan dan rindu. Korrie Layun Rampan mengingatkan bahwa cinta dan kesadaran akan makna hidup dapat menjadi penopang untuk bertahan dalam badai kehidupan. Puisi ini juga menekankan pentingnya kesabaran dan penerimaan terhadap kenyataan bahwa hidup selalu bergerak dan berubah.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji visual dan emosional.
- Imaji visual muncul dalam baris “dingin pun memekat, membasuh jasmani” dan “sayap-sayap Kasih”, menggambarkan pertemuan antara tubuh dan perasaan dalam suasana batin yang dalam.
- Imaji emosional tampak pada “menganyam duka kasih” dan “dalam kibaran dendam rindu”, yang mengekspresikan konflik batin antara cinta dan penderitaan.
Majas
Beberapa majas yang digunakan antara lain:
- Personifikasi, seperti “dingin pun memekat, membasuh jasmani” dan “pekik gema pun menampar ruang”, yang memberi sifat manusia pada benda tak bernyawa.
- Metafora, pada frasa “ayunan waktu” sebagai lambang perjalanan hidup yang terus bergerak.
- Hiperbola, dalam “sejuta makna terlepas dari jari” yang menggambarkan perasaan kehilangan makna hidup secara berlebihan namun puitis.
- Simbolisme, di mana “sayap-sayap kasih” dan “pijaran kata-kata salih” menjadi lambang kekuatan spiritual dan moral.
Puisi “Bertahan Kita dalam Ayunan Waktu” karya Korrie Layun Rampan merupakan refleksi mendalam tentang perjalanan hidup manusia yang penuh luka, rindu, dan pergulatan batin. Dengan diksi yang lembut dan simbol-simbol yang kuat, penyair menyampaikan pesan universal: bahwa dalam setiap penderitaan, ada cinta yang bisa meneguhkan, dan dalam setiap ayunan waktu, manusia selalu berusaha untuk tetap bertahan.
Karya: Korrie Layun Rampan
Biodata Korrie Layun Rampan:
- Korrie Layun Rampan adalah seorang penulis (penyair, cerpenis, novelis, penerjemah), editor, dan kritikus sastra Indonesia berdarah Dayak Benuaq.
- Korrie Layun Rampan lahir pada tanggal 17 Agustus 1953 di Samarinda, Kalimantan Timur.
- Korrie Layun Rampan meninggal dunia pada tanggal 19 November 2015 di Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta Pusat.
