Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Bila Burung Pipit Bersiul di Atap Bilikku (Karya Sherly Malinton)

Puisi “Bila Burung Pipit Bersiul di Atap Bilikku” karya Sherly Malinton bercerita tentang seseorang yang terbangun di pagi hari ketika mendengar ...

Bila Burung Pipit Bersiul di Atap Bilikku

Bila burung pipit bersiul di atap bilikku
terjagalah aku dari kepulasan mimpi
pertanda pagi menjelang

pipit riang bersiul menyambut
pagi yang cerah
mengiring langkah-langkahku
menuju ke persawahan

bila burung pipit bersiul di atap bilikku
bernyanyi tentang masa panen yang
kan tiba damai sejuk menyiram
kalbu menghapus sejuta duka
membayang seberkas harapan penuh cita

Jakarta, September 1977

Sumber: Bunga Anggrek untuk Mama (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1981)

Analisis Puisi:

Puisi “Bila Burung Pipit Bersiul di Atap Bilikku” karya Sherly Malinton menggambarkan suasana pagi yang sederhana namun penuh makna. Dalam kesahajaannya, penyair menghadirkan keceriaan burung pipit sebagai simbol kehidupan dan harapan baru yang muncul setiap kali hari berganti.

Tema

Tema utama puisi ini adalah keindahan dan harapan dalam kehidupan sederhana. Melalui kicauan burung pipit dan datangnya pagi, penyair mengajak pembaca merasakan kebahagiaan yang lahir dari hal-hal kecil di sekitar kita. Pagi bukan hanya pergantian waktu, melainkan simbol awal baru, semangat, dan rasa syukur terhadap kehidupan yang terus berjalan.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang terbangun di pagi hari ketika mendengar burung pipit bernyanyi di atap biliknya. Siulan burung itu menjadi pertanda datangnya pagi yang cerah. Dengan hati gembira, tokoh aku lirik bersiap menuju persawahan—tempat ia bekerja dan menaruh harap pada panen yang akan datang. Burung pipit di sini menjadi pengiring kehidupan sehari-hari, memberi semangat dan rasa damai di tengah kesederhanaan hidup petani.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah pesan tentang syukur dan optimisme dalam menjalani kehidupan. Meski hidup sederhana, penyair menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak harus datang dari kemewahan, melainkan dari kemampuan untuk melihat keindahan kecil di sekitar.

Burung pipit melambangkan harapan dan kehidupan baru, sementara suara siulannya menjadi pengingat agar manusia selalu bersyukur atas hari yang masih diberi.

Selain itu, ada juga makna tersirat tentang keterikatan manusia dengan alam—bagaimana suara burung, angin pagi, dan sawah menjadi bagian dari ritme hidup yang menenangkan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah damai, cerah, dan penuh harapan. Nada yang digunakan lembut dan menggambarkan ketenangan batin. Tidak ada kesedihan yang menekan, melainkan ketenteraman yang lahir dari kedekatan dengan alam dan rasa syukur akan kehidupan sederhana. Pembaca seolah dapat merasakan hembusan udara pagi dan kicauan burung yang riang di atap rumah bambu.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat puisi ini adalah agar manusia selalu bersyukur dan menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan. Hidup yang damai bukan ditentukan oleh harta, melainkan oleh hati yang tahu bersyukur dan pandai menikmati karunia kecil dari Tuhan. Burung pipit yang bersiul menjadi simbol bahwa setiap hari adalah kesempatan baru untuk bekerja, berharap, dan mencintai kehidupan dengan tulus.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji pendengaran dan penglihatan yang kuat.

Imaji pendengaran tampak pada baris:
  • “Bila burung pipit bersiul di atap bilikku” — pembaca dapat membayangkan suara kicauan burung di pagi hari.
Imaji penglihatan terlihat pada baris:
  • “pagi yang cerah mengiring langkah-langkahku menuju ke persawahan” — menghadirkan gambaran visual tentang pagi yang hangat dan kehidupan pedesaan yang tenang.
Imaji ini membuat puisi terasa hidup dan dekat dengan pengalaman pembaca.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi – burung pipit digambarkan “bernyanyi tentang masa panen”, seolah-olah ia memiliki kemampuan berbicara dan memahami harapan manusia.
  • Metafora – “menyiram kalbu” merupakan perumpamaan untuk menggambarkan rasa damai dan sejuk di hati.
  • Repetisi – pengulangan frasa “bila burung pipit bersiul di atap bilikku” memperkuat suasana pagi yang berulang dan menandai rutinitas yang penuh makna.
Puisi “Bila Burung Pipit Bersiul di Atap Bilikku” karya Sherly Malinton menghadirkan keindahan sederhana yang menyentuh. Melalui simbol burung pipit dan suasana pagi yang damai, penyair menegaskan bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kemampuan kita untuk menghargai hal-hal kecil di sekitar. Dengan bahasa yang lembut dan imaji yang hangat, puisi ini menjadi pengingat agar manusia tidak lupa bersyukur dan terus menatap hidup dengan harapan baru setiap pagi.

Puisi Sepenuhnya
Puisi: Bila Burung Pipit Bersiul di Atap Bilikku
Karya: Sherly Malinton

Biodata Sherly Malinton:
  • Sylvia Sherly Maria Catharina Malinton lahir pada tanggal 24 Februari 1963 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.