Celeng
musuh ataukah celeng
yang berdiri di luar bukit
kembali untuk mengintai
bebutir kuning meranggas
kenali dengus itu, sebagaimana angin
panjang menantang menerbitkan kuduk
ambil ranting itu, sebagaimana tongkat
petunjuk bagi gebalau musim
maka jaringlah
sebab yang diumpan bukan jurus
sebab yang gagap melainkan aku
maka tangkaplah
ada perih dalam perut
ada benih mesti ditumbuhkan
parak-parak kering
membentuk bekas retakan
di sana, tak ada suara tembakan
tapi jasad tubuhnya berkilau
ditimpa ladang jagung -- itu
2018
Sumber: Anjing Gunung (2018)
Analisis Puisi:
Puisi "Celeng" karya Irma Agryanti merupakan karya yang penuh simbol dan imaji, menggambarkan ketegangan antara manusia dan alam, antara kekuatan eksternal dan pergulatan batin individu. Dengan bahasa yang lugas namun puitis, puisi ini menghadirkan suasana menegangkan yang sarat makna.
Tema
Tema utama puisi Celeng adalah konflik dan perjuangan hidup. Konflik ini bisa dibaca secara literal sebagai pertemuan manusia dengan alam liar (celeng atau babi hutan), namun juga bisa dimaknai secara metaforis sebagai tantangan kehidupan yang terus mengintai dan menguji manusia. Tema ini menghadirkan rasa waspada, ketegangan, dan perlunya kesiapan menghadapi bahaya.
Puisi ini bercerita tentang upaya manusia menghadapi ancaman, yang diwakili oleh celeng yang berdiri di luar bukit. Beberapa hal yang disampaikan melalui puisi:
- Ancaman yang mengintai: Celeng digambarkan sebagai makhluk yang mengintai, simbol bahaya atau tantangan yang mengintai kehidupan.
- Persiapan dan kewaspadaan: Penggunaan kata seperti “kenali dengus itu”, “ambil ranting itu”, dan “jaringlah” menunjukkan upaya manusia untuk menghadapi risiko.
- Konflik batin: Selain konflik fisik, puisi ini juga menyinggung perih dalam diri, rasa sakit, dan upaya menumbuhkan sesuatu yang baru, sebagai bagian dari kehidupan yang terus berproses.
Makna Tersirat
Makna tersirat puisi ini adalah perjuangan manusia melawan tantangan dan rintangan dalam hidup. Celeng dapat dibaca sebagai metafora dari masalah, ketakutan, atau pihak yang menekan dan mengintai kehidupan seseorang.
Selain itu, puisi ini mengisyaratkan ketangguhan dan kesabaran: manusia harus mengenali ancaman, menyiapkan diri, dan tetap bertahan meski ada rasa sakit dan kesulitan yang harus dihadapi.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi terasa tegang, waspada, dan sedikit mencekam:
- Tegangan muncul dari kehadiran celeng yang mengintai, serta ancaman tersembunyi di ladang dan bukit.
- Kecemasan dan kewaspadaan hadir melalui bahasa yang memerintahkan tindakan: “kenali dengus itu”, “ambil ranting itu”, “jaringlah”.
- Di sisi lain, ada nuansa kontemplatif dan reflektif, terutama ketika penyair membahas perih dalam perut dan benih yang harus ditumbuhkan, menandakan proses pertumbuhan dan kehidupan yang terus berjalan meski di tengah ancaman.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah pentingnya kewaspadaan, kesiapan, dan ketahanan dalam menghadapi tantangan hidup. Selain itu, puisi ini mengingatkan pembaca bahwa hidup selalu menghadirkan rintangan, namun dengan kesiapan dan usaha, manusia dapat menghadapi ancaman sekaligus menumbuhkan hal-hal positif dalam kehidupannya.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji visual dan simbolik:
- Visual: Celeng yang berdiri di luar bukit, ladang jagung, ranting sebagai alat menghadapi ancaman—menciptakan gambaran yang nyata di benak pembaca.
- Simbolik: Celeng melambangkan ancaman atau rintangan hidup, perih dalam perut melambangkan kesulitan batin, dan benih yang harus ditumbuhkan sebagai harapan atau kehidupan yang terus berjalan.
Majas
Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini:
- Personifikasi: Celeng digambarkan seolah memiliki kehendak dan kemampuan untuk mengintai.
- Metafora: Celeng sebagai simbol ancaman, benih sebagai simbol pertumbuhan dan harapan.
- Perintah / Imperatif: Kata-kata seperti “kenali”, “ambil”, dan “jaringlah” menimbulkan ketegangan sekaligus menunjukkan tindakan yang harus dilakukan manusia dalam menghadapi tantangan.
Puisi "Celeng" karya Irma Agryanti adalah refleksi mendalam tentang konflik antara manusia dan tantangan hidup, yang disimbolkan melalui kehadiran celeng di bukit. Dengan imaji kuat, suasana tegang, dan majas yang kreatif, puisi ini menghadirkan pengalaman batin yang sarat makna.
Puisi ini mengajak pembaca untuk waspada, siap menghadapi ancaman, dan tetap menumbuhkan harapan meski hidup penuh risiko. Celeng bukan hanya babi hutan yang mengintai, tetapi metafora dari segala rintangan yang menguji ketahanan manusia—sebuah pengingat bahwa dalam setiap bahaya selalu ada kesempatan untuk bertumbuh dan bertahan.
Karya: Irma Agryanti
Biodata Irma Agryanti:
- Irma Agryanti lahir pada tanggal 28 Agustus 1986 di Mataram, Nusa Tenggara Barat.