Cengkrik
Di celah-celah sayap cengkrik
Rumput-rumput membuat suara
Angin yang mendengarkan
Mendengarkan kesunyian malam
Maka ia kembali ke lautan
Di tingkap itu seorang perempuan
menyanyi
Bulan yang memandang asing sendiri
Maka ia kembali ke lautan
Di celah-celah sayap cengkrik
Rumput-rumput membuat suara
Angin yang mendengarkan
Mendengarkan kesunyian malam
1975
Analisis Puisi:
Puisi "Cengkrik" karya Abdul Hadi WM adalah sebuah karya sastra yang memikat dengan kesederhanaannya namun penuh dengan makna mendalam. Melalui penggunaan imaji alam dan kesan yang intim, puisi ini mengajak pembaca merenungkan hubungan manusia dengan alam dan kesunyian malam.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah kesunyian malam dan hubungan manusia dengan alam. Abdul Hadi WM menghadirkan pengalaman sensorial yang membuat pembaca seolah mendengar dan merasakan detil-detil kecil di alam sekitar, seperti suara cengkrik, hembusan angin, dan kehadiran bulan. Puisi ini juga menyinggung rasa keterasingan dan keintiman batin, yang muncul melalui interaksi antara alam dan manusia.
Puisi ini bercerita tentang malam yang sunyi di mana alam—melalui cengkrik, rumput, dan angin—menjadi saksi senyap dari suasana yang terjadi. Di bagian lain, terdapat seorang perempuan yang menyanyi di tingkap, sementara bulan tampak memandangnya dengan rasa asing. Setiap bait diakhiri dengan frase “Maka ia kembali ke lautan”, yang memberikan kesan siklus atau kembalinya sesuatu ke asalnya, mungkin simbol kedamaian atau keterhubungan dengan alam.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah perlunya kesadaran akan keheningan dan keterhubungan dengan alam. Pengulangan suara cengkrik, rumput yang berdesir, dan angin yang mendengar kesunyian malam seakan menekankan bahwa alam memiliki “kesadaran” sendiri yang mendengarkan dan mengamati. Frasa “Maka ia kembali ke lautan” dapat diartikan sebagai kembalinya manusia atau makhluk ke asalnya, atau sebagai simbol pengakuan akan keterbatasan manusia di hadapan alam.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini dominan sunyi, tenang, dan penuh kepekaan. Pembaca diajak merasakan malam yang hening dan menghadirkan sensasi ketenangan yang mendalam. Kehadiran bulan dan perempuan yang menyanyi menambah nuansa melankolis, seolah mengajak pembaca menyelami perasaan sepi namun damai.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya menghargai keheningan dan alam. Kesadaran akan detil-detil kecil, seperti suara cengkrik atau desiran angin, mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Selain itu, pengulangan kembalinya “ke lautan” dapat menjadi pengingat tentang siklus hidup dan perlunya kedamaian batin.
Imaji
Abdul Hadi WM menggunakan imaji yang kuat dalam puisi ini. Imaji suara (“Rumput-rumput membuat suara”), visual (“Bulan yang memandang asing sendiri”), dan sensasi angin yang mendengarkan menciptakan pengalaman multisensorial bagi pembaca. Hal ini membuat puisi terasa hidup dan nyata meskipun sederhana.
Majas
Beberapa majas yang digunakan adalah majas personifikasi, seperti angin yang “mendengarkan kesunyian malam”, dan majas repetisi, terlihat dari pengulangan bait pertama di akhir puisi. Majas ini menekankan kesan ritmis dan menambah kedalaman makna puisi.
Puisi "Cengkrik" adalah puisi yang sederhana namun kaya dengan simbol dan makna. Abdul Hadi WM berhasil menghadirkan malam yang sunyi dan intim, menghubungkan manusia dengan alam, serta menekankan nilai kepekaan dan kedamaian batin.
Karya: Abdul Hadi WM
Biodata Abdul Hadi WM:
- Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
- Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
