Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Dari Bukit Kotamu (Karya Emha Ainun Nadjib)

Puisi "Dari Bukit Kotamu" karya Emha Ainun Nadjib mengajarkan bahwa manusia tidak boleh terus-menerus terjebak dalam luka dan pergulatan, tetapi ...

Dari Bukit Kotamu

sekali waktu ingin kuajak engkau kemari, kasihku
untuk melihat lampu-lampu kotamu yang berdebu
berdiri di sini bagai berada di luar kehidupan
jika kita bergoyang-goyang ditimang tangan Tuhan

apa salahnya beberapa saat kita istirah
pasrah diri kepada kelam yang jauh
apa salahnya sejenak alpa pada luka yang dalam
dan hati yang robek di dalam pergulatan

sekali waktu ingin kuajak kau bersandar di pohon ini, kasihku
untuk menghela napas panjang, melepas keletihan
meredakan segenap dendam, meniti masa silam
dan bersiap, melayani hari-hari esok yang panjang

Bandung, 1977

Sumber: Sesobek Buku Harian Indonesia (1993)

Analisis Puisi:

Puisi "Dari Bukit Kotamu" karya Emha Ainun Nadjib menghadirkan suasana reflektif sekaligus romantis dengan balutan kontemplasi spiritual. Melalui rangkaian larik yang sederhana tetapi penuh kedalaman, penyair menghadirkan dialog intim dengan sosok “kasih” yang menjadi simbol cinta, persahabatan, atau bahkan jiwa manusia sendiri yang diajak merenung dari kejauhan.

Tema

Tema utama puisi ini adalah perenungan hidup dan keinginan untuk beristirahat sejenak dari hiruk pikuk dunia, dengan ditemani cinta yang menenangkan. Emha menyoroti pentingnya jeda, melepas penat, dan menyerahkan diri pada kehidupan yang lebih besar, bahkan pada tangan Tuhan.

Puisi ini bercerita tentang seorang aku lirik yang ingin mengajak sosok kekasihnya untuk menyepi di bukit, jauh dari keramaian kota yang penuh debu. Dari ketinggian bukit, mereka bisa melihat kehidupan dari jarak tertentu, menenangkan luka, meredakan dendam, serta menyiapkan diri menghadapi masa depan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah ajakan untuk mencari ketenangan batin di tengah kelelahan hidup. Kota dengan lampu-lampu berdebu melambangkan kehidupan modern yang sibuk, penuh persaingan, dan melelahkan. Sementara bukit melambangkan tempat hening, kontemplasi, dan kembali pada kesadaran spiritual. Penyair juga menekankan bahwa manusia pada akhirnya berada dalam “tangan Tuhan”, sehingga jeda dan pasrah adalah bagian dari perjalanan hidup.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa tenang, melankolis, dan reflektif. Ada nuansa kerinduan, romantisme, sekaligus spiritualitas. Meskipun ada luka dan pergulatan yang disebutkan, penyair membingkainya dengan kelembutan dan ajakan untuk beristirahat.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah:
  1. Hidup memerlukan jeda, kita perlu berhenti sejenak untuk merenung dan memulihkan diri.
  2. Jangan hanya larut dalam luka dan dendam, tetapi gunakan waktu untuk pasrah dan menata ulang semangat hidup.
  3. Kedekatan dengan alam dan ketenangan batin dapat menjadi jalan untuk menghadapi hari esok dengan lebih kuat.

Imaji

Emha menggunakan imaji yang kuat untuk membawa pembaca masuk ke dalam pengalaman puitisnya:
  • Imaji visual: “lampu-lampu kotamu yang berdebu” menghadirkan gambaran kota yang tampak kusam dan lelah.
  • Imaji perasaan: “hati yang robek di dalam pergulatan” menimbulkan rasa sakit batin yang mendalam.
  • Imaji gerak: “bergoyang-goyang ditimang tangan Tuhan” menghadirkan gambaran manusia yang rapuh tetapi berada dalam kuasa Ilahi.
  • Imaji pernapasan: “menghela napas panjang, melepas keletihan” menegaskan perasaan lega setelah istirahat.

Majas

Beberapa majas yang hadir dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: “lampu-lampu kotamu yang berdebu” memberi kesan seolah lampu ikut lelah bersama kota.
  • Metafora: “ditimang tangan Tuhan” menggambarkan manusia sebagai makhluk yang pasrah di bawah kuasa-Nya.
  • Hiperbola: “hati yang robek di dalam pergulatan” memperkuat rasa sakit batin.
  • Apostrof (sapaan): penggunaan kata “kasihku” sebagai bentuk ajakan langsung, mempertegas nuansa intim dan personal.
Puisi "Dari Bukit Kotamu" karya Emha Ainun Nadjib menghadirkan renungan tentang kepenatan hidup, keinginan untuk berhenti sejenak, dan pentingnya memelihara ketenangan batin. Dengan imaji alam, spiritualitas, dan keintiman personal, puisi ini mengajarkan bahwa manusia tidak boleh terus-menerus terjebak dalam luka dan pergulatan, tetapi perlu sesekali menyepi, menenangkan diri, lalu kembali dengan semangat baru menghadapi hari esok.

Emha Ainun Nadjib
Puisi: Dari Bukit Kotamu
Karya: Emha Ainun Nadjib

Biodata Emha Ainun Nadjib:
  • Muhammad Ainun Nadjib (Emha Ainun Nadjib atau kerap disapa Cak Nun atau Mbah Nun) lahir pada tanggal 27 Mei 1953 di Jombang, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.