Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Dermaga Masih Sunyi (Karya Kurnia Effendi)

Puisi “Dermaga Masih Sunyi” karya Kurnia Effendi bercerita tentang seseorang yang baru tiba di dermaga setelah pelayaran panjang, melambangkan ...
Dermaga Masih Sunyi

Setelah bahtera merapat, kabut memagut dari sisa gulita
Serupa pencuri cekatan yang merampas setiap kesempatan
Ombak reda bersama rasa waswas yang terseka
Sebab hendak berjumpa pipi ranum kekasih pujaan

Inilah tanah impian setelah almanak kembali diciptakan
Langit tercuci dari dosa purba. Camar mencoba kekuatan
sayapnya. Cakrawala mulai digaris dengan pena harapan
Angin memperkenalkan diri lewat hangat kecupan

Dermaga masih sunyi menunggu kelahiran matahari
Cahaya memecah punggung bukit yang membujur di timur
Menawarkan aroma hutan beserta kuntum-kuntum cendawan
Kericik air sungai seperti awal senandung pagi

Setelah kapal merapat – mungkin kandas oleh surut laut,
tiada lagi pelayaran dengan lelehan air mata dan rasa takut
Menghabiskan ribuan peta yang digulung perlahan
Mencoba melupakan perjanjian yang menyedihkan

2019

Analisis Puisi:

Puisi “Dermaga Masih Sunyi” karya Kurnia Effendi merupakan karya yang sarat dengan simbol perjalanan hidup, penantian, dan harapan baru. Dengan diksi yang lembut namun mendalam, penyair menggambarkan suasana antara perpisahan dan permulaan — antara masa lalu yang penuh luka dan masa depan yang menjanjikan ketenangan.

Tema

Tema utama puisi ini adalah penantian dan harapan setelah perjalanan panjang kehidupan. Puisi ini menyoroti momen hening di antara akhir dan awal — ketika seseorang baru saja melewati badai kehidupan dan sedang menunggu lahirnya harapan baru.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang baru tiba di dermaga setelah pelayaran panjang, melambangkan perjalanan hidup yang penuh perjuangan, rasa takut, dan kehilangan. Ketika kapal merapat, suasana perlahan berubah: kabut, ombak, dan gelap malam berganti dengan cahaya pagi dan kehangatan. Namun, “dermaga masih sunyi,” menandakan bahwa harapan belum sepenuhnya terwujud — masih ada waktu untuk menunggu dan merenung.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah kehidupan manusia sebagai perjalanan spiritual dan emosional menuju ketenangan. Bahtera melambangkan diri manusia, dermaga adalah tujuan atau akhir pencarian, sedangkan kabut dan ombak menggambarkan tantangan hidup. Ketika semua reda, penyair ingin menunjukkan bahwa ketenangan sejati datang setelah seseorang berani menghadapi penderitaan dan berdamai dengan masa lalunya.

Suasana dalam puisi

Suasana puisi ini sunyi, reflektif, dan penuh harapan. Kurnia Effendi menghadirkan perasaan damai setelah kelelahan, kesepian setelah badai, dan kerinduan yang menunggu disambut oleh cahaya matahari. Nuansa keindahan alam menjadi latar yang menenangkan sekaligus melankolis.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji visual dan alam, seperti “kabut memagut dari sisa gulita”, “cahaya memecah punggung bukit”, dan “kericik air sungai seperti awal senandung pagi.” Imaji-imaji ini menciptakan gambaran yang jelas tentang perubahan suasana dari malam menuju pagi — simbol dari perjalanan batin dari gelap menuju terang.

Majas

Beberapa majas yang menonjol antara lain:
  • Personifikasi, seperti “kabut memagut” dan “angin memperkenalkan diri lewat hangat kecupan”, yang membuat alam terasa hidup dan berinteraksi dengan manusia.
  • Metafora, seperti “bahtera” sebagai simbol perjalanan hidup, dan “dermaga” sebagai lambang tujuan atau akhir perjalanan.
  • Simile, tampak pada “kericik air sungai seperti awal senandung pagi”, yang memperhalus suasana tenang dan segar.

Amanat / Pesan yang disampaikan

Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah bahwa setiap perjalanan hidup, betapapun beratnya, akan berakhir pada ketenangan jika dijalani dengan sabar dan penuh harapan. Setelah segala badai dan kabut kehidupan berlalu, manusia akan menemukan “dermaga” tempat ia beristirahat dan memulai lembaran baru.

Puisi “Dermaga Masih Sunyi” merupakan refleksi mendalam tentang ketenangan setelah perjuangan. Melalui perpaduan antara simbol alam dan perasaan batin, Kurnia Effendi menghadirkan puisi yang lembut namun sarat makna — mengajarkan bahwa setiap akhir selalu menyimpan kemungkinan untuk sebuah awal yang lebih terang.

Kurnia Effendi
Puisi: Dermaga Masih Sunyi
Karya: Kurnia Effendi

Biodata Kurnia Effendi:
  • Kurnia Effendi lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada tanggal 20 Oktober 1960.
© Sepenuhnya. All rights reserved.