Di Rambutmu Angin Tak Lagi Mampir
di rambutmu, angin tak lagi mampir. setumpuk roti
gandum dan ice cream pada petang yang sahaja.
kenangku, dentang jam adalah genta bagi
kepulangan. sepasang sepatu ungu yang berlumut
dan tak lagi menyusun langkah. tapi rautmu,
setabah bunga tulip, sejak semula patah dalam pot
tanah. tak ada yang menunggu di beranda ini, selain
daun-daun gugur dan secangkir teh yang tak hangat
lagi.
2012
Sumber: Requiem Ingatan (2013)
Analisis Puisi:
Puisi "Di Rambutmu Angin Tak Lagi Mampir" karya Irma Agryanti menyingkap kesepian dan kehilangan melalui bahasa puitis yang penuh simbol. Larik-lariknya menghadirkan imaji benda-benda sehari-hari yang berubah menjadi tanda keheningan, kesedihan, dan kefanaan. Dengan gaya khasnya, Irma menyelipkan pengalaman batin yang rapuh, tetapi tetap memiliki daya renung yang kuat.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kesepian, kehilangan, dan ketabahan menghadapi waktu yang terus berjalan.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang hidup dalam suasana sepi, tanpa kehadiran orang yang ditunggu. Rambut yang tak lagi disapa angin, sepatu ungu yang berlumut, dan secangkir teh yang dingin menjadi simbol-simbol kefanaan dan ketidakberdayaan dalam menghadapi waktu serta kenangan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah perjalanan hidup selalu meninggalkan jejak kesepian, terutama saat kehilangan orang yang dulu menjadi pusat kehangatan. Waktu terus bergerak, tetapi rasa kehilangan tetap membekas. Puisi ini juga menyiratkan ketabahan, sebagaimana digambarkan pada “rautmu, setabah bunga tulip, sejak semula patah dalam pot tanah.” Artinya, meski rapuh, manusia tetap berusaha bertahan.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang tercipta dalam puisi ini adalah sunyi, murung, dan reflektif. Imaji tentang daun gugur, teh yang tak hangat, dan sepatu berlumut menguatkan kesan keheningan yang penuh kesedihan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang dapat dipetik dari puisi ini adalah pentingnya menerima kenyataan tentang kefanaan dan kehilangan. Manusia harus siap menghadapi waktu yang berjalan dan kenangan yang pudar, meski tetap ada luka yang tersisa.
Imaji
Puisi ini sarat dengan imaji yang kuat:
- Imaji visual: “setumpuk roti gandum dan ice cream pada petang yang sahaja”, “sepasang sepatu ungu yang berlumut”, “daun-daun gugur dan secangkir teh yang tak hangat lagi” — menghadirkan gambar nyata yang melambangkan kefanaan.
- Imaji perasaan: “rautmu, setabah bunga tulip, sejak semula patah dalam pot tanah” — menyampaikan perasaan ketabahan dalam kesedihan.
Majas
Beberapa majas yang digunakan antara lain:
- Metafora – “rautmu, setabah bunga tulip” menggambarkan wajah yang tabah meski rapuh.
- Personifikasi – “angin tak lagi mampir” memberi sifat manusia pada angin, seolah ia bisa memilih untuk hadir atau tidak.
- Simbolisme – sepatu berlumut, teh dingin, dan daun gugur melambangkan perjalanan waktu, kenangan, dan kefanaan hidup.
Puisi "Di Rambutmu Angin Tak Lagi Mampir" karya Irma Agryanti adalah potret kesepian yang ditulis dengan simbol-simbol keseharian. Melalui tema kesedihan, imaji benda yang sunyi, dan majas yang kuat, puisi ini mengajak pembaca merenungi kefanaan hidup serta ketabahan menghadapi kehilangan. Amanat yang dapat dipetik ialah bahwa hidup adalah tentang menerima kenyataan, meski kadang hanya menyisakan kenangan yang dingin dan sunyi.
Karya: Irma Agryanti
Biodata Irma Agryanti:
- Irma Agryanti lahir pada tanggal 28 Agustus 1986 di Mataram, Nusa Tenggara Barat.