Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Fadillah Jualan Tas Plastik di Bandara King Abdul Aziz (Karya L.K. Ara)

Puisi “Fadillah Jualan Tas Plastik di Bandara King Abdul Aziz” karya L.K. Ara mengangkat tema perjuangan hidup, migrasi ekonomi, dan semangat anak ...
Fadillah Jualan Tas Plastik di Bandara King Abdul Aziz

Fadillah baru l8 tahun usianya
datang dari Chad di Afrika
mengadu nasib ke Saudia Arabia
datang ke Jeddah
jualan plastik di bandara King Abdul
Aziz

Fadillah agak semampai
hitam orangnya
kulitnya hitam
bajunya juga hitam
ia tawarkan tak plastik
seharga 5 real setiap buahnya

Fadillah datang tersenyum
kepada setiap orang
giginya yang putih
dan matanya yang jernih
mengajak kita membeli dagangannya

Fadillah tertawa
bila dagangannya dibeli
dengan gesit ia melayani
dan bila dikejar polisi
terbirit-birit ia lari

Fadillah datang dari Chad
di sudut Afrika
negeri yang kering dan papa
kini mencari nasib di Saudi Arabia
ketika ditanya ibu bapanya dimana
ia melengos pergi
seperti ingin berkata tak usah ditanya
kami sangat menderita
dan matanya yang bersinar
seperti memberi cahaya
bagi ruang hidupnya

Jeddah, 26 Juni 1993

Analisis Puisi:

Puisi ini mengangkat tema perjuangan hidup, migrasi ekonomi, dan semangat anak muda dalam menghadapi kesulitan. L.K. Ara menyoroti pengalaman seorang remaja asal Chad, Afrika, yang berusaha mencari penghidupan di negeri orang. Tema ini menekankan keteguhan, kerja keras, dan harapan di tengah keterbatasan.

Puisi ini bercerita tentang Fadillah, seorang remaja berusia 18 tahun dari Chad, Afrika, yang datang ke Jeddah, Saudi Arabia, untuk mencari nafkah dengan menjual tas plastik di bandara King Abdul Aziz. Penyair menggambarkan Fadillah sebagai sosok yang gigih, gesit, dan penuh semangat, meskipun hidup dalam kondisi sulit. Ia melayani pembeli dengan senyum, tertawa bila dagangannya laku, dan berlari bila dikejar polisi.

Selain itu, puisi ini menampilkan realitas sosial dan ekonomi, di mana Fadillah terpaksa meninggalkan kampung halaman yang miskin demi bertahan hidup. Namun, meskipun hidupnya keras, mata dan senyum Fadillah tetap bersinar, menunjukkan semangat, harapan, dan keteguhan hidup.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah ketabahan dan keberanian anak muda menghadapi tantangan hidup, sekaligus kritik sosial terhadap kondisi kemiskinan dan ketidakadilan ekonomi. Fadillah menjadi simbol keuletan, kemandirian, dan keberanian menghadapi ketidakpastian, di mana senyum dan matanya yang bersinar menjadi lambang harapan dalam kerasnya realitas hidup.

Puisi ini juga menyiratkan perjuangan migran ekonomi: seseorang meninggalkan tanah air karena kemiskinan, menghadapi risiko di negeri asing, namun tetap berusaha mempertahankan harga diri dan semangat hidup.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini realistis, humanis, dan hangat, meskipun menggambarkan kesulitan hidup.
  • Kehidupan keras tergambar melalui frasa “dan bila dikejar polisi, terbirit-birit ia lari”.
  • Keceriaan dan semangat Fadillah terlihat pada “datang tersenyum… giginya yang putih dan matanya yang jernih”.
Kontras antara kesulitan dan kegigihan menciptakan suasana haru sekaligus inspiratif, di mana pembaca merasakan kombinasi penderitaan dan keteguhan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan tentang:
  1. Ketabahan dalam menghadapi kesulitan hidup, terutama bagi generasi muda yang harus berjuang di luar negeri.
  2. Pentingnya semangat dan optimisme, meski menghadapi situasi keras, seperti kemiskinan dan pengasingan.
  3. Empati terhadap migran ekonomi, memperlihatkan realitas hidup mereka yang penuh risiko namun tetap berusaha memberi harapan melalui kerja keras.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual dan emosional:
  • “Bajunya juga hitam… giginya yang putih dan matanya yang jernih” – imaji visual yang jelas tentang penampilan Fadillah, sekaligus menonjolkan kontras antara kerasnya hidup dan semangatnya.
  • “Terbirit-birit ia lari” – imaji kinetik yang menunjukkan ketegangan dan risiko kehidupan sehari-hari.
  • “Matanya yang bersinar seperti memberi cahaya bagi ruang hidupnya” – imaji simbolik, menggambarkan harapan dan optimisme.
  • “Datang dari Chad, negeri yang kering dan papa” – imaji geografis dan sosial, memperlihatkan kondisi asalnya yang miskin.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: “mata yang bersinar… memberi cahaya bagi ruang hidupnya”, memberikan sifat aktif pada mata sebagai simbol semangat.
  • Metafora: “negeri yang kering dan papa” untuk menggambarkan kemiskinan dan kesulitan di Chad.
  • Repetisi halus: pengulangan kata “datang” menegaskan perjalanan dan kedatangan Fadillah sebagai bagian dari perjuangan hidup.
  • Kontras: warna hitam pakaian dan kulit versus gigi putih dan mata jernih, menekankan keteguhan dan vitalitas di tengah kesulitan.
Puisi “Fadillah Jualan Tas Plastik di Bandara King Abdul Aziz” karya L.K. Ara menampilkan potret humanis perjuangan anak muda migran ekonomi. Melalui karakter Fadillah, penyair menggambarkan ketabahan, keberanian, dan semangat hidup yang tetap bersinar meski di tengah kesulitan dan risiko.

Puisi ini menyentuh hati pembaca karena memadukan realitas sosial dengan imaji visual dan simbolik, memperlihatkan bahwa harapan dan kegigihan bisa muncul di tengah kerasnya kehidupan, sekaligus mengajak kita untuk menghargai dan memahami pengalaman para migran yang berjuang demi masa depan.

L.K. Ara
Puisi: Fadillah Jualan Tas Plastik di Bandara King Abdul Aziz
Karya: L.K. Ara

Biodata L.K. Ara:
  • Nama lengkap L.K. Ara adalah Lesik Keti Ara.
  • L.K. Ara lahir di Kutelintang, Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937.
© Sepenuhnya. All rights reserved.