Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Gadis Kita (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Gadis Kita" karya Afrizal Malna menggambarkan perjalanan seorang gadis menuju kota dan konsekuensi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari ...
Gadis Kita

O gadisku ke mana gadisku. Kau telah pergi ke kota lipstik gadisku. Kau pergi ke kota parfum gadisku. Aku silau tubuhmu kemilau neon gadisku. Tubuhmu keramaian pasar gadisku. Jangan buat pantai sepanjang bibirmu merah gadisku. Nanti engkau dibawa laut, nanti engkau dibawa sabun. Jangan tempel tanda-tanda jalan pada lalulintas dadamu gadisku. Nanti polisi marah. Nanti polisi marah. Nanti kucing menggigit kuning pita rambutmu. Jangan mau tubuhmu adalah plastik warna-warni gadisku. Tubuhmu madu, tubuhmu candu. Nanti kita semua tidak punya Tuhan, nanti kita semua dibawa hantu gadisku. Kita semua cinta padamu. Kita semua cinta padamu. Jangan terbang terlalu jauh ke pita-pita rambutmu gadisku, ke renda-renda bajumu, ke nyaring bunyi sepatumu. Nanti ibu kita mati. Nanti ibu kita mati. Nanti ibu kita mati.

1985

Sumber: Arsitektur Hujan (1995)

Analisis Puisi:

Puisi "Gadis Kita" karya Afrizal Malna menghadirkan gambaran yang kompleks tentang perubahan, kehilangan, dan ketakutan dalam konteks transformasi sosial dan budaya. Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan metafora yang kaya, Afrizal menciptakan sebuah narasi yang memprovokasi pemikiran tentang identitas, konformitas, dan akibat dari modernitas.

Perubahan Identitas: Puisi ini menggambarkan perubahan yang dialami oleh seorang gadis ketika ia terpengaruh oleh budaya perkotaan yang materialistis. Dengan kata-kata yang puitis, Afrizal merenungkan tentang bagaimana kepergian gadis itu menuju kota yang dipenuhi oleh atribut-atribut konsumtif seperti lipstik, parfum, dan neon, mengubahnya dari seorang gadis desa menjadi sosok yang asing dan kehilangan.

Kritik terhadap Konsumerisme: Melalui penggunaan gambaran tentang pantai yang merah oleh lipstik dan tubuh yang dipandang sebagai plastik warna-warni, Afrizal mengekspresikan kritik terhadap budaya konsumerisme yang memandang tubuh sebagai objek yang dapat dimanipulasi dan dikontrol oleh industri kecantikan. Ia menunjukkan bahaya dalam upaya memenuhi standar kecantikan yang ditetapkan oleh masyarakat modern.

Ketakutan dan Kehilangan: Puisi ini juga menyoroti ketakutan dan kehilangan yang mungkin dirasakan oleh keluarga dan orang-orang terdekat ketika seseorang berubah secara radikal untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial yang tidak sehat. Afrizal menggunakan metafora tentang polisi marah dan ibu yang mati untuk menyampaikan dampak psikologis dan emosional dari transformasi tersebut.

Puisi "Gadis Kita" karya Afrizal Malna adalah sebuah puisi yang menggugah pemikiran tentang perubahan identitas, konsumerisme, dan dampak sosial dari modernitas. Dengan bahasa yang kuat dan imajinatif, Afrizal menggambarkan perjalanan seorang gadis menuju kota dan konsekuensi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari adaptasi terhadap norma-norma baru. Puisi ini merangsang refleksi tentang nilai-nilai yang hilang dalam proses transformasi budaya dan identitas personal.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Gadis Kita
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.