Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Gendang (Karya Irma Agryanti)

Puisi "Gendang" karya Irma Agryanti bercerita tentang seorang lelaki yang seakan menyelam ke dalam sumber bunyi, yaitu gendang, dan menemukan di ...

Gendang

setelah tarian
burung terbang
masuki hutan

sebuah rumah pohon
menyimpan kambium
dalam suhu buku

dan seorang lelaki
menceburkan diri ke sumber bunyi
semencekam gemuruh

siklus hidup
memainkan kesedihan
dengan sukacita

waktu surup
mataram
menanamkan gelap

di tangan lelaki itu
dunia menyesat dalam suara tabuh
suara paling sunyi

meriuh
di tengah cakrawala

2017

Sumber: Anjing Gunung (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Gendang" karya Irma Agryanti menghadirkan suasana puitis yang sarat simbol, di mana bunyi, tarian, dan kehidupan dipadukan menjadi gambaran siklus manusia dan alam. Penyair mengekspresikan pengalaman eksistensial melalui imaji bunyi gendang yang mampu menyatukan kesedihan dan sukacita.

Tema

Tema puisi ini adalah kehidupan sebagai siklus bunyi dan ritme yang tak terputus. Gendang, sebagai simbol utama, menggambarkan denyut kehidupan yang merangkum kebahagiaan sekaligus kesedihan.

Puisi ini bercerita tentang seorang lelaki yang seakan menyelam ke dalam sumber bunyi, yaitu gendang, dan menemukan di sana refleksi kehidupan. Tarian, burung, rumah pohon, hingga dunia yang menyesat dalam suara tabuh adalah gambaran perjalanan manusia yang penuh ritme. Seperti gendang yang ditabuh, hidup pun memiliki dentuman yang bisa meriuhkan sekaligus menyimpan kesunyian.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa kehidupan selalu bergerak dalam ketegangan antara riuh dan sunyi, kesedihan dan sukacita. Gendang menjadi metafora yang menegaskan bahwa setiap momen kehidupan, meski keras atau lembut, adalah bagian dari harmoni besar yang harus dijalani. Selain itu, ada juga kesan bahwa bunyi tabuh gendang adalah cara manusia menyuarakan keberadaannya di tengah jagat raya yang luas dan penuh misteri.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa misterius, ritmis, dan meditatif. Ada ketegangan antara kesunyian dan keramaian, terutama dalam larik: “suara paling sunyi // meriuh di tengah cakrawala”. Kontras itu menciptakan nuansa perenungan yang dalam, seolah pembaca diajak mendengarkan irama kehidupan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang disampaikan puisi ini adalah pentingnya memahami kehidupan sebagai sebuah siklus alami yang penuh harmoni, meski berisi kesedihan dan sukacita. Seperti gendang yang menghasilkan bunyi dari tabuhan keras maupun lembut, hidup pun terdiri dari pengalaman getir dan manis yang harus diterima dengan kesadaran penuh.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji yang menghadirkan pengalaman visual dan auditori:
  • Imaji visual: “burung terbang masuki hutan”, “sebuah rumah pohon menyimpan kambium”, “waktu surup mataram menanamkan gelap”.
  • Imaji auditori: “dunia menyesat dalam suara tabuh”, “suara paling sunyi // meriuh di tengah cakrawala”.
  • Imaji perasaan: kesedihan yang dimainkan dengan sukacita, menciptakan percampuran emosi yang unik.

Majas

Beberapa majas yang hadir dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: gendang sebagai lambang kehidupan, bunyi sebagai simbol denyut eksistensi manusia.
  • Personifikasi: “dunia menyesat dalam suara tabuh”, seakan dunia hidup dan aktif.
  • Paradoks: “suara paling sunyi // meriuh di tengah cakrawala” menggambarkan kontras antara kesunyian dan keramaian.
  • Simbolisme: burung, rumah pohon, dan gelap menjadi simbol siklus kehidupan dan keterhubungan manusia dengan alam.
Puisi "Gendang" karya Irma Agryanti adalah sebuah karya yang mendalam tentang kehidupan sebagai denyut ritmis yang menyatukan kesedihan dan sukacita. Dengan tema siklus hidup, puisi ini bercerita tentang perjalanan manusia dalam mencari makna di tengah tabuhan dunia yang riuh sekaligus sunyi. Imaji yang kuat dan majas yang khas memperkaya suasana meditatif puisi ini, sehingga pembaca seakan ikut larut dalam ritme gendang yang abadi.

Irma Agryanti
Puisi: Gendang
Karya: Irma Agryanti

Biodata Irma Agryanti:
  • Irma Agryanti lahir pada tanggal 28 Agustus 1986 di Mataram, Nusa Tenggara Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.