Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Guruku (Karya Indriani Hustin)

Puisi “Guruku” karya Indriani Hustin menggambarkan pengorbanan dan ketulusan seorang guru yang menerangi kehidupan murid-muridnya tanpa pamrih.

Guruku

Sebuah pelita yang kau berikan padaku
Untuk menerangkan jalan yang gelap gulita
Untuk kebenaran dan keselamatan
Untuk bekal hidup di kemudian hari
Kau laksana sebuah lilin
Walaupun dirimu terbakar
Tapi ... kau tetap bersinar terang
Kau tak pernah mengeluh
Dan tak pernah mengharap tanda jasa

Sumber: Haluan Minggu (Th. XXXII, No. 125, 6 September 1981)

Analisis Puisi:

Puisi “Guruku” karya Indriani Hustin adalah bentuk penghormatan dan ungkapan terima kasih mendalam kepada sosok guru. Melalui ungkapan yang sederhana namun sarat makna, penyair menggambarkan pengorbanan dan ketulusan seorang guru yang menerangi kehidupan murid-muridnya tanpa pamrih.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah pengabdian dan ketulusan seorang guru. Guru digambarkan sebagai sosok yang berperan penting dalam memberi cahaya pengetahuan serta menuntun murid menuju jalan kebenaran dan keselamatan.

Puisi ini bercerita tentang peran seorang guru sebagai penerang kehidupan. Guru memberikan ilmu dan bimbingan agar murid dapat menjalani hidup dengan bijaksana. Ia diibaratkan seperti “pelita” atau “lilin” — simbol dari sumber cahaya yang menerangi kegelapan. Meskipun dirinya “terbakar” atau berkorban demi orang lain, guru tetap menjalankan tugasnya dengan penuh semangat dan tanpa mengeluh.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa pengabdian seorang guru adalah bentuk cinta yang tulus dan tanpa pamrih. Guru rela mengorbankan kenyamanan dan waktu demi mencerdaskan generasi penerus. Pengorbanan itu mungkin tak selalu mendapat penghargaan duniawi, namun cahaya yang ditinggalkannya akan abadi dalam kehidupan murid-muridnya.

Puisi ini juga menyiratkan pentingnya menghargai guru, karena tanpa mereka, manusia akan tersesat dalam “gelap gulita” — kebodohan dan ketidaktahuan.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang muncul dalam puisi ini penuh penghormatan, keharuan, dan rasa terima kasih. Pembaca dapat merasakan ketenangan sekaligus kekaguman terhadap sosok guru yang digambarkan begitu mulia dan tabah dalam menjalankan tugasnya.

Imaji

Puisi ini menggunakan imaji cahaya yang kuat untuk menggambarkan peran guru:
  • “Sebuah pelita yang kau berikan padaku” menghadirkan gambaran visual tentang cahaya pengetahuan.
  • “Kau laksana sebuah lilin / Walaupun dirimu terbakar” membangkitkan imaji emosional yang menggugah rasa empati dan penghormatan.
Imaji cahaya ini menjadi simbol dari pencerahan, sedangkan “kegelapan” melambangkan ketidaktahuan atau kebodohan.

Majas

Puisi “Guruku” mengandung beberapa majas yang memperkuat makna dan keindahan bahasanya:
  • Metafora: “Kau laksana sebuah lilin” — guru diibaratkan sebagai lilin yang rela terbakar demi menerangi orang lain.
  • Personifikasi: “Sebuah pelita yang kau berikan padaku untuk menerangkan jalan yang gelap gulita” — pelita diberi sifat manusia, yaitu mampu menerangi jalan kehidupan.
  • Hiperbola: “Kau tak pernah mengeluh dan tak pernah mengharap tanda jasa” — menegaskan ketulusan tanpa batas dari seorang guru.
Majas-majas ini menciptakan nuansa yang menyentuh dan memperdalam makna pengorbanan sang guru.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang ingin disampaikan penyair melalui puisi ini adalah pentingnya menghormati dan menghargai jasa guru. Guru bukan sekadar pengajar, tetapi juga pembimbing moral dan penerang kehidupan. Mereka adalah sosok yang berjuang dalam kesunyian, tanpa pamrih, demi lahirnya generasi yang berilmu dan berakhlak.

Penyair seakan mengingatkan pembaca bahwa cahaya yang kita miliki hari ini tidak terlepas dari lilin yang telah menyala — dari guru yang telah berkorban untuk kita.

Puisi “Guruku” karya Indriani Hustin merupakan karya yang penuh makna dan penghormatan terhadap sosok guru. Dengan bahasa yang sederhana namun menyentuh, penyair berhasil menampilkan keagungan profesi guru sebagai pelita kehidupan.

Melalui simbol lilin dan cahaya, puisi ini menegaskan bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa sejati — sosok yang membimbing, mengorbankan diri, dan tetap bersinar terang meskipun dirinya terbakar oleh pengabdian.

Puisi Sepenuhnya
Puisi: Guruku
Karya: Indriani Hustin
© Sepenuhnya. All rights reserved.