Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Hemat Pangkal Kaya (Karya Muhammad Lutfi)

Puisi “Hemat Pangkal Kaya” karya Muhammad Lutfi adalah karya singkat yang padat makna. Dengan
Hemat Pangkal Kaya

Simpan uangmu
Jangan boros menuruti perutmu
Berpikir mengharap sesuatu
Dan sisihkan sedikit di kantong baju
Agar bisa membeli keinginanmu

Solo, 15 Maret 2018

Sumber: Surat dari Samudra (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018)

Analisis Puisi:

Puisi “Hemat Pangkal Kaya” karya Muhammad Lutfi merupakan sebuah karya sederhana namun memiliki nilai moral yang kuat. Melalui baris-baris pendek dan lugas, penyair mengajak pembaca — khususnya generasi muda — untuk memahami pentingnya hidup hemat dan bijak dalam mengelola keinginan. Walau tampil dalam bentuk singkat, puisi ini menyimpan pesan besar tentang kesadaran finansial, tanggung jawab pribadi, dan nilai kesederhanaan yang sering dilupakan dalam kehidupan modern.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah pentingnya hidup hemat sebagai jalan menuju kesejahteraan. Melalui judulnya yang menggunakan pepatah populer “Hemat Pangkal Kaya”, penyair menegaskan kembali kebijaksanaan klasik yang selalu relevan sepanjang masa. Hemat bukan hanya soal menabung uang, tetapi juga tentang mengendalikan diri dari sifat boros dan keinginan yang berlebihan.

Tema ini menggambarkan nilai moral dan pendidikan karakter, menunjukkan bahwa kekayaan tidak selalu berasal dari banyaknya penghasilan, melainkan dari kemampuan seseorang mengatur dan memanfaatkan apa yang dimilikinya dengan bijak.

Puisi ini bercerita tentang ajakan untuk berhemat dan berpikir sebelum membelanjakan uang. Penyair menggunakan gaya bahasa yang langsung dan mudah dipahami, seolah sedang berbicara kepada pembaca dengan nada nasihat: “Simpan uangmu / Jangan boros menuruti perutmu.” Baris tersebut menggambarkan kebiasaan umum manusia yang sering kali tidak mampu menahan keinginan sesaat, terutama untuk hal-hal konsumtif seperti makanan atau kesenangan sementara.

Selanjutnya, baris “Berpikir mengharap sesuatu / Dan sisihkan sedikit di kantong baju” memperlihatkan pandangan realistis tentang menabung. Bukan sekadar menyimpan uang tanpa tujuan, melainkan menabung untuk mewujudkan impian dan kebutuhan di masa depan.

Dengan demikian, puisi ini tidak hanya bercerita tentang uang, tetapi juga tentang pola pikir disiplin dan perencanaan hidup.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi “Hemat Pangkal Kaya” adalah pentingnya mengelola keinginan dan menunda kesenangan demi masa depan yang lebih baik. Penyair ingin menyampaikan bahwa kemampuan menahan diri adalah kunci utama menuju kemandirian dan kesuksesan.

Baris “Jangan boros menuruti perutmu” dapat dimaknai sebagai sindiran terhadap gaya hidup konsumtif yang hanya mengejar kesenangan sementara tanpa memikirkan dampaknya. Sedangkan “sisihkan sedikit di kantong baju” menunjukkan bahwa langkah kecil seperti menyimpan sebagian uang dapat membawa hasil besar jika dilakukan dengan konsisten.

Makna tersirat lainnya adalah bahwa kekayaan sejati tidak hanya soal materi, tetapi juga tentang kebijaksanaan dalam mengatur kehidupan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa sederhana, tenang, dan penuh nasihat. Nada yang digunakan penyair seperti suara seorang teman atau orang tua yang menasihati dengan lembut, bukan dengan menggurui. Ada kesan realistis dan membumi dalam setiap lariknya, yang menciptakan suasana reflektif — mengajak pembaca berhenti sejenak dan berpikir tentang kebiasaannya dalam mengelola uang dan keinginan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat yang terkandung dalam puisi “Hemat Pangkal Kaya” adalah bahwa menjadi hemat adalah langkah awal menuju kemandirian dan kesejahteraan hidup. Penyair mengingatkan pembaca untuk tidak boros, untuk berpikir sebelum membeli sesuatu, dan untuk selalu menyisihkan sebagian dari yang dimiliki sebagai bentuk tanggung jawab terhadap masa depan.

Pesan moral ini juga menekankan nilai disiplin, kesabaran, dan pengendalian diri. Dalam konteks kehidupan modern yang serba cepat dan konsumtif, nasihat seperti ini menjadi semakin relevan — terutama bagi anak muda yang mudah tergoda oleh tren dan keinginan sesaat.

Dengan gaya yang sederhana namun kuat, Muhammad Lutfi menyampaikan bahwa kekayaan tidak muncul dari keinginan, tetapi dari kebijaksanaan mengelola apa yang ada.

Imaji

Puisi ini memunculkan beberapa imaji visual dan praktis yang dekat dengan kehidupan sehari-hari:
  • “Simpan uangmu” menghadirkan imaji seseorang yang menyimpan uang di celengan atau kantong, simbol tindakan nyata dari menabung.
  • “Sisihkan sedikit di kantong baju” memberi gambaran sederhana namun kuat tentang kebiasaan kecil yang membawa dampak besar.
Imaji yang digunakan tidak bersifat puitis tinggi, tetapi realistis dan komunikatif, selaras dengan tujuan puisi yang ingin memberikan nasihat moral secara langsung.

Majas

Meski puisi ini terbilang lugas, Muhammad Lutfi tetap menggunakan beberapa majas untuk memperkuat maknanya:
  • Majas imperatif – ditunjukkan melalui kalimat perintah seperti “Simpan uangmu” dan “Jangan boros menuruti perutmu”, yang berfungsi sebagai nasihat langsung.
  • Majas metonimia – pada kata “perutmu”, yang mewakili keinginan jasmani atau kesenangan duniawi secara umum.
  • Majas simbolik – “kantong baju” menjadi simbol tempat penyimpanan, menggambarkan sikap hemat dan kehati-hatian dalam menggunakan rezeki.
Penggunaan majas tersebut sederhana namun efektif dalam memperjelas pesan moral yang hendak disampaikan penyair.

Puisi “Hemat Pangkal Kaya” karya Muhammad Lutfi adalah karya singkat yang padat makna. Dengan bahasa yang mudah dipahami, penyair berhasil menyampaikan pesan moral yang kuat tentang pentingnya hidup hemat, berpikir sebelum bertindak, dan menghargai nilai kerja keras.

Tema tentang kebijaksanaan dalam menggunakan uang dan menahan keinginan disampaikan secara jujur tanpa basa-basi, menjadikan puisi ini relevan untuk segala usia. Makna tersiratnya mengajak pembaca untuk menyadari bahwa kekayaan bukan hanya soal jumlah uang, melainkan hasil dari kedisiplinan dan kesadaran diri.

Dengan imaji sederhana dan majas simbolik yang kuat, puisi ini menjadi pengingat bahwa dalam setiap tindakan kecil — seperti menyimpan uang di “kantong baju” — tersimpan benih kesejahteraan masa depan. Melalui puisi ini, Muhammad Lutfi mengajarkan bahwa hemat bukan sekadar nasihat lama, melainkan kunci abadi menuju hidup yang tenang, cukup, dan bahagia.

Muhammad Lutfi
Puisi: Hemat Pangkal Kaya
Karya: Muhammad Lutfi

Biodata Muhammad Lutfi:
  • Muhammad Lutfi lahir pada tanggal 15 Oktober 1997 di Pati
© Sepenuhnya. All rights reserved.