Hutan Lembang
Ketika gerimis berderai dan pepohonan
gugur daun; aku dengar suara itu memanggil
namaku. Dan aku menengok ke arah itu;
tapi tak ada siapa-siapa, selain alun kabut
yang dingin dan lembap. Adakah ia suara maut
menyapaku di jalan yang senyap ini? Sungguh,
sore ini terasa lain, dan tanggal di almanak
kembali membubuhkan warna tua ke tubuhku
2011
Sumber: Ranting Patah (2018)
Analisis Puisi:
Puisi “Hutan Lembang” karya Soni Farid Maulana menghadirkan atmosfer alam yang gelap, sepi, dan penuh misteri. Dalam puisi ini, penyair memadukan pengalaman pribadi dengan imaji hutan yang lembap dan kabut yang dingin, sehingga tercipta suasana introspektif yang mendalam.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kesendirian, ketakutan, dan refleksi tentang kehidupan. Penyair menghadirkan hutan sebagai simbol ruang batin yang sepi, di mana suara-suara misterius memunculkan pertanyaan eksistensial dan perasaan takut akan ketidakpastian hidup.
Puisi ini bercerita tentang pengalaman penyair berada di tengah hutan Lembang, saat gerimis turun dan daun-daun berguguran. Dalam suasana senyap itu, ia mendengar suara yang memanggil namanya, namun tak ada siapapun di sekitarnya, hanya kabut yang menyelimuti.
Cerita ini menyiratkan pertemuan dengan ketakutan dan kesendirian, sekaligus refleksi pribadi terhadap waktu dan hidup yang terus berjalan — terlihat dari rujukan terhadap tanggal di almanak yang “membubuhkan warna tua” pada dirinya.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kontemplasi tentang kefanaan manusia dan kesadaran akan kematian. Suara yang memanggil bisa dimaknai sebagai simbol perasaan takut akan ajal atau ketidakpastian hidup, sedangkan hutan dan kabut mewakili kegelapan batin dan ruang introspektif.
Selain itu, puisi ini juga menyiratkan kesadaran waktu yang terus berjalan, dengan tanggal di almanak menjadi pengingat bahwa hidup manusia terbatas.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang tercipta adalah sunyi, dingin, lembap, dan penuh misteri. Kata-kata seperti gerimis berderai, pepohonan gugur daun, dan alun kabut yang dingin dan lembap menghadirkan atmosfer melankolis dan sedikit menakutkan.
Penyair berhasil menanamkan perasaan was-was dan kesepian, seolah pembaca ikut merasakan kerapuhan dan ketakutan yang dirasakannya di hutan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat puisi ini adalah kesadaran akan kesendirian dan kefanaan manusia. Kehadiran suara misterius di hutan menegaskan bahwa setiap individu menghadapi ketakutan dan pertanyaan eksistensialnya sendiri.
Selain itu, puisi ini mengajarkan pentingnya merenungi hidup dan waktu yang terus berjalan, agar setiap langkah dalam kehidupan menjadi lebih sadar dan berarti.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji visual dan atmosferik:
- “Gerimis berderai dan pepohonan gugur daun” → membentuk gambaran hutan yang basah dan senja yang muram.
- “Alun kabut yang dingin dan lembap” → memperkuat kesan misterius dan dinginnya suasana.
- “Tanggal di almanak kembali membubuhkan warna tua ke tubuhku” → imaji waktu yang menua, simbolisasi kehidupan yang terus berjalan.
Imaji-imaji ini menegaskan suasana hutan yang sunyi sekaligus membangkitkan refleksi batin penyair.
Majas
Beberapa majas yang terlihat dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi: “tanggal di almanak kembali membubuhkan warna tua ke tubuhku” → tanggal seolah memiliki kemampuan memberi efek fisik, memberi kesan waktu yang hidup.
- Metafora: Hutan dan kabut menjadi metafora untuk ruang introspeksi dan ketakutan manusia.
- Pertanyaan Retoris: “Adakah ia suara maut menyapaku?” → menunjukkan kegelisahan batin penyair, sekaligus mengajak pembaca ikut merenung.
Puisi “Hutan Lembang” karya Soni Farid Maulana menghadirkan pengalaman personal penyair di hutan sebagai cermin refleksi hidup. Dengan tema kesendirian dan ketakutan, puisi ini mengekspresikan kesadaran eksistensial tentang waktu, kehidupan, dan kematian.
Melalui imaji hutan yang lembap dan kabut yang dingin, serta majas personifikasi dan metafora, penyair berhasil menciptakan suasana melankolis, misterius, dan kontemplatif. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kesendirian, kefanaan, dan makna keberadaan di tengah perjalanan hidup.
Puisi: Hutan Lembang
Karya: Soni Farid Maulana
Biodata Soni Farid Maulana:
- Soni Farid Maulana lahir pada tanggal 19 Februari 1962 di Tasikmalaya, Jawa Barat.
- Soni Farid Maulana meninggal dunia pada tanggal 27 November 2022 (pada usia 60 tahun) di Ciamis, Jawa Barat.
