Ibuku
Nanti malam ibu akan datang, mengajariku membaca lagi. Rambutnya keriting. Ibu memakai kebaya kalau mengajakku pergi. Dulu kebayanya masih diriwon. Matanya seperti kebun jeruk. Tidak ragu lagi, ibu tidak mati. Aku tidak mengantarnya ke pemakaman. Dia akan datang lagi, pergi bersamaku naik perahu ke Cilincing. Beli sepatu di Cikini. Tapi jam sembilan malam tadi aku tak tahu wajahnya yang terakhir, senyum dan tawanya yang lepas. Ibu seperti menari di atas air. Tubuhnya tambah besar, tambah berat, dipenuhi gula. Ibu bilang sekarang saya orang tanpa daya dan upaya. Ibu bilang setiap orang tidak memiliki apa-apa. Ibu bilang setiap orang akan pergi. Lalu tubuh ibu tambah berat, bersama tanah dan semut-semut. Bersama langit dan kematian nama-nama di keningku. Aku pasang gorden, aku bersihkan kaca jendela dan halaman dari daun-daun kering. Rambut ibu masih keriting. Mata ibu masih kebun jeruk. Seorang kekasih terus menemaniku di situ. Dan ibu akan mengajakku lagi berenang di empang samping rumah. Airnya dingin. Memberi makanan anjing. Melihat dari jendela yang tinggi: pekarangan yang penuh dengan susunan jejakmu. Dan kelambu harus ditutup. Kaki harus dibersihkan. Di luar, tangan malam sedang merusak kebun jeruk.
Sumber: Horison (September, 2000)
Analisis Puisi:
Puisi "Ibuku" karya Afrizal Malna adalah sebuah pengamatan yang puitis dan reflektif tentang hubungan antara seorang anak dan ibunya, serta proses duka yang terjadi ketika kehilangan sosok ibu. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna yang mendalam, Malna menggambarkan momen-momen intim antara seorang anak dan ibunya, serta perasaan kehilangan dan kesedihan yang timbul setelah kepergian sang ibu.
Struktur dan Gaya Bahasa
Puisi ini memiliki struktur naratif yang jelas, di mana setiap barisnya membangun sebuah cerita tentang hubungan anak dengan ibunya. Gaya bahasa yang digunakan oleh Malna adalah gambaran yang kaya dan puitis, yang memungkinkan pembaca untuk merasakan kedalaman emosi yang terkandung dalam setiap kata.
Analisis Tematik
- Hubungan Ibuku: Tema utama dalam puisi ini adalah hubungan antara seorang anak dengan ibunya. Melalui penggambaran tentang momen-momen bersama ibunya, Malna menyoroti keintiman dan kasih sayang yang ada di antara mereka.
- Kehilangan dan Kesedihan: Puisi ini juga mengeksplorasi tema kehilangan dan kesedihan. Ketika ibu sang anak meninggal, sang anak merasa kehilangan sosok yang sangat dicintainya. Perasaan kekosongan dan duka yang mendalam tercermin melalui penggambaran proses berduka sang anak.
- Kenangan dan Penghiburan: Meskipun ibu sang anak telah pergi, kenangan tentangnya tetap hidup dalam pikiran sang anak. Penggambaran tentang momen-momen indah yang mereka bagi bersama memberikan penghiburan dan kenangan yang akan selalu diingat.
Simbolisme dan Imaji
- Rambut Keriting: Rambut ibu yang keriting menjadi simbol dari kehadiran dan kasih sayang ibu. Bahkan setelah kepergiannya, rambut ibu masih menghiasi pikiran dan kenangan sang anak.
- Mata Kebun Jeruk: Mata ibu yang seperti kebun jeruk menciptakan gambaran tentang kehangatan dan kelembutan ibu. Mata tersebut menjadi simbol dari kehadiran ibu yang menghibur dan menyayangi sang anak.
- Empang Samping Rumah: Empang samping rumah menjadi tempat di mana sang anak dan ibunya sering berbagi momen-momen indah bersama. Empang tersebut menjadi simbol dari hubungan yang intim dan kenangan yang berharga.
Pesan dan Makna
Puisi "Ibuku" menghadirkan pesan tentang kekuatan hubungan antara seorang anak dan ibunya, serta proses duka yang dialami ketika kehilangan sosok ibu. Malna menyoroti keintiman dan kasih sayang dalam hubungan tersebut, serta pentingnya kenangan dan penghiburan dalam mengatasi kesedihan. Puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan tentang nilai kehidupan dan kenangan yang berharga yang tetap hidup meskipun seseorang telah pergi.
Puisi "Ibuku" karya Afrizal Malna adalah sebuah karya yang memukau yang menggambarkan keintiman dan kesedihan dalam hubungan antara seorang anak dan ibunya. Dengan gaya bahasa yang puitis dan gambaran yang kuat, Malna berhasil mengekspresikan perasaan kehilangan dan kehidupan yang diwariskan oleh sosok ibu. Puisi ini menghadirkan pesan tentang kekuatan hubungan keluarga dan pentingnya kenangan dalam mengatasi duka.
Puisi: Ibuku
Karya: Afrizal Malna
Biodata Afrizal Malna:
- Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
