Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Jalan ke Gunung (Karya Irma Agryanti)

Puisi "Jalan ke Gunung" karya Irma Agryanti mengajak pembaca merenungkan ketabahan, kesabaran, dan keberanian menghadapi realitas kehidupan.

Jalan ke Gunung

sejarak arah ke gunung
jalan gersang

aku lihat bukit masai, bulu belukar
orang-orang di bawah matahari
menjadi batang pohon
memimpikan musim tumbuh

apa yang mendinginkannya
di ladang penggembalaan,
seekor kuda sekarat

hujan apa yang menembusnya
mata air terbakar dalam tanah

dimana seorang menebalkan liang
mengeluhkan dahaga
menghujahkan riwayat
ihwal dusta sungai-sungai berakhir

2013

Sumber: Anjing Gunung (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Jalan ke Gunung" karya Irma Agryanti menampilkan pengalaman batin yang tersirat melalui perjalanan simbolis menuju gunung. Dengan bahasa yang padat dan imaji yang kuat, penyair menyajikan refleksi tentang kehidupan, penderitaan, dan perjuangan manusia menghadapi alam dan kenyataan yang keras. Puisi ini menyentuh tema-tema eksistensial dan sosial melalui penggambaran lanskap alam yang luas, kering, dan penuh tantangan.

Tema

Tema utama puisi ini adalah perjalanan hidup dan perjuangan manusia menghadapi kesulitan. Gunung dan jalan yang gersang menjadi simbol dari rintangan dan tantangan dalam kehidupan. Puisi ini juga menyiratkan tema ketahanan, penderitaan, dan pencarian makna, di mana alam dan kondisi sosial mencerminkan kesulitan yang dihadapi manusia.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan simbolis menuju gunung, yang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga metaforis. Penyair menggambarkan pemandangan yang keras: bukit masai, belukar, orang-orang di bawah terik matahari, dan hewan yang sekarat. Semua ini menjadi metafora bagi kondisi manusia yang menghadapi perjuangan, kekeringan, dan tantangan hidup. Cerita puisi ini menyampaikan perjalanan penuh rintangan yang memerlukan ketabahan dan refleksi batin.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah keterbatasan manusia dalam menghadapi alam dan nasib, sekaligus pentingnya kesadaran dan refleksi. Jalan gersang dan kondisi alam yang keras mencerminkan kesulitan, penderitaan, dan kesadaran akan keterbatasan diri. Selain itu, puisi ini juga mengingatkan pembaca tentang kebutuhan untuk menghadapi realitas dengan keberanian dan ketabahan, meski kondisi seringkali tidak ideal.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini kering, berat, dan penuh keterasingan. Gambaran alam yang gersang, matahari yang terik, dan kuda sekarat menghadirkan atmosfer yang menekankan kepahitan dan kesulitan. Pembaca dapat merasakan keheningan yang mengandung ketegangan, kesepian, dan kegetiran, sekaligus rasa kekaguman terhadap keindahan alam yang keras dan penuh tantangan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah pentingnya kesabaran, ketabahan, dan kesadaran dalam menghadapi perjalanan hidup yang penuh rintangan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan realitas kehidupan, menghadapi tantangan dengan keberanian, dan tetap menjaga harapan meski kondisi terasa keras dan tak menentu.

Imaji

Beberapa imaji yang muncul dalam puisi ini:
  • Imaji visual: “bukit masai, bulu belukar”, “mata air terbakar dalam tanah” menggambarkan lanskap kering dan keras, menghadirkan visual yang kontras antara kehidupan dan kekeringan.
  • Imaji kinestetik: “jalan gersang” dan “seekor kuda sekarat” memberikan sensasi pergerakan dan perjuangan di tengah kesulitan.
  • Imaji taktil/emosional: Kehangatan matahari, dahaga, dan kondisi kering tanah menciptakan sensasi fisik dan batin yang menekankan penderitaan serta kesulitan manusia.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora – Jalan gersang dan gunung menjadi simbol perjalanan hidup dan rintangan yang harus dihadapi manusia.
  • Personifikasi – Mata air yang “terbakar dalam tanah” memberi sifat manusia pada alam, menekankan penderitaan yang dialami.
  • Hiperbola – Gambaran “orang-orang di bawah matahari menjadi batang pohon” menekankan kerasnya kondisi yang dihadapi manusia.
Puisi "Jalan ke Gunung" karya Irma Agryanti menghadirkan refleksi mendalam tentang perjalanan hidup, penderitaan, dan perjuangan manusia melalui simbol alam yang keras dan lanskap yang menantang. Dengan tema yang eksistensial, penggunaan imaji yang kuat, dan majas yang efektif, puisi ini mengajak pembaca merenungkan ketabahan, kesabaran, dan keberanian menghadapi realitas kehidupan. Puisi ini menegaskan bahwa perjalanan menuju “gunung” bukan hanya fisik, tetapi juga perjalanan batin menuju pemahaman diri dan kehidupan.

Irma Agryanti
Puisi: Jalan ke Gunung
Karya: Irma Agryanti

Biodata Irma Agryanti:
  • Irma Agryanti lahir pada tanggal 28 Agustus 1986 di Mataram, Nusa Tenggara Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.