Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Jiwa (Karya Isma Sawitri)

Puisi "Jiwa" karya Isma Sawitri adalah karya yang melukiskan perasaan kerinduan, kebingungan, dan perubahan dalam perjalanan hidup.
Jiwa

Risau apa yang menggiring langkahku
ke jalan setapak ini
ke senja yang pucat ini

Rindu apa yang barangkali membawaku kembali
ke pesanggrahan terpencil ini
bangsal itu masih temaram
langit-langit tinggi, gamelan yang diam
patung-patung dalam tata ruang
yang begitu kuhafal begitu kukenang

Dan di atas di ceruk sana
bingkai jendela begitu rendah
beberapa anak tangga di bawahnya
langkah-langkah tergesa
dan sesudahnya
hidup kian tak terduga

Entah bagaimana
kolam dan padang rumput
pohon dan belukar semak
berpadu dalam senyap

Entah di sini entah di mana
angin melenggang menuju lembah
daun melayang teratai merekah
semesta mengalun jiwa terisak
antara ada antara tiada
semakin jauh
semakin luruh

Sumber: Horison (Januari, 1990)

Analisis Puisi:

Puisi "Jiwa" karya Isma Sawitri adalah karya yang melukiskan perasaan kerinduan, kebingungan, dan perubahan dalam perjalanan hidup.

Ekspresi Kerinduan dan Kecemasan: Puisi dimulai dengan kata-kata yang mengungkapkan perasaan risau dan rindu. Penyair merasa gelisah dan berjalan melalui jalan setapak yang tak diketahuinya. Ini menciptakan nuansa ketidakpastian dan kecemasan dalam puisi. Rindu adalah tema yang menonjol dalam puisi ini, dan tampaknya ada suatu kerinduan yang menggerakkan langkah-langkah penyair.

Memori Masa Lalu: Penyair merenungkan perjalanan waktu saat melihat "pesanggrahan terpencil." Ini adalah momen yang membawa penyair kepada ingatan masa lalu, dan ini tercermin dalam penggambaran bangsal yang masih ditempatkan dalam ingatannya. Gamelan yang diam, patung-patung, dan tata ruang adalah elemen-elemen yang begitu kukenang dan menciptakan perasaan nostalgia.

Perjalanan Kehidupan: Puisi ini juga menciptakan gambaran tentang perjalanan hidup. Langkah-langkah anak tangga yang tergesa dan hidup yang tak terduga adalah metafora untuk bagaimana kehidupan dapat berubah secara tiba-tiba dan tak terduga. Ada rasa kehilangan akan masa lalu dan juga kecemasan tentang masa depan.

Keterhubungan dengan Alam: Puisi ini menciptakan hubungan yang dalam antara manusia dan alam. Gambaran kolam, padang rumput, pohon, belukar, dan angin menciptakan kesan alam yang tenang dan memancarkan kedamaian. Ini adalah kontras yang menarik dengan perasaan cemas dan kerinduan yang dirasakan oleh penyair.

Refleksi tentang Jiwa dan Kehidupan: Puisi ini akhirnya mencapai refleksi tentang jiwa dan eksistensi. Kata "semakin jauh, semakin luruh" menciptakan perasaan perubahan dan penyadaran dalam puisi ini. Ini bisa diartikan sebagai refleksi penyair tentang kompleksitas kehidupan dan jiwa manusia.

Puisi "Jiwa" menciptakan perasaan perjalanan, perubahan, dan kerinduan yang kuat. Ini adalah puisi introspektif yang mengajak pembaca merenungkan arti perubahan dalam hidup dan hubungan manusia dengan alam. Isma Sawitri menghadirkan puisi yang puitis dan penuh makna yang merangsang pembaca untuk merenungkan perjalanan hidup mereka sendiri.

Isma Sawitri
Puisi: Jiwa
Karya: Isma Sawitri

Biodata Isma Sawitri:
  • Isma Sawitri lahir pada tanggal 21 November 1940 di Langsa, Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.