Analisis Puisi:
Puisi “Kasidah Kelahiran” karya Abdul Wachid B. S. adalah karya yang kental dengan nuansa spiritual dan reflektif. Melalui diksi yang simbolik dan religius, penyair mengajak pembaca menyelami perjalanan batin manusia — dari kerapuhan dan penderitaan menuju kesadaran rohani yang lebih tinggi.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kebangkitan spiritual dan penyucian jiwa. Penyair menyoroti perjuangan manusia untuk keluar dari “sakit batin” dan “kegelapan” menuju kesadaran akan kemurnian dan kebebasan sejati.
Puisi ini bercerita tentang pergulatan seorang manusia yang merasa jiwanya sakit dan terpuruk, lalu berusaha membangkitkan kesadaran batinnya agar bisa kembali pada keseimbangan dan ketenangan ilahi. Sosok “aku” dalam puisi berbicara kepada jiwanya sendiri — seolah sedang menasihati, membimbing, dan menyembuhkan diri dari keputusasaan.
Ungkapan seperti “jiwa yang sakit, bangunlah” dan “aku akan mendaki gunung rohani” memperlihatkan tekad untuk memulihkan batin dan mencari jalan menuju kebebasan spiritual.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah panggilan untuk kembali kepada kesucian dan keseimbangan rohani di tengah dunia yang penuh luka dan kekacauan batin. Jiwa manusia yang “terbaring” melambangkan kondisi pasif, terlena oleh kehidupan duniawi, dan kehilangan arah spiritual.
Melalui penderitaan, penyair menunjukkan bahwa kebangkitan rohani justru lahir dari kejatuhan — ketika manusia berani menghadapi luka dan kembali mencari “kitab yang lama membeku,” yakni kebenaran ilahi yang dilupakan.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini melankolis namun penuh harapan. Ada rasa gelap dan sakit di awal, namun juga muncul semangat untuk bangkit, mendaki, dan menyatu kembali dengan sumber kehidupan yang suci.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji spiritual dan alamiah, seperti:
- “burung-burung pun membangun sarang dari rumput langit” — menghadirkan gambaran transendental yang indah.
- “tanah basah kemurnian” — menggambarkan dasar kesucian tempat manusia harus berpijak.
- “aku akan mendaki gunung rohani dan berlayar ke laut lepas” — menghadirkan imaji perjalanan batin yang penuh makna.
Majas
Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
- Apostrof (seruan), ketika penyair berbicara langsung kepada jiwanya: “o jiwa yang sakit, bangunlah.”
- Metafora, seperti “gunung rohani” dan “sobekan layar ruhmu”, yang menggambarkan perjuangan spiritual dan kebebasan batin.
- Personifikasi, tampak pada “burung-burung membangun sarang dari rumput langit”, memberi kehidupan pada unsur alam untuk menyimbolkan ketuhanan.
Amanat / pesan yang disampaikan
Pesan yang terkandung dalam puisi ini adalah pentingnya kebangkitan jiwa dan kesadaran spiritual di tengah penderitaan manusia. Penyair mengingatkan bahwa meski tubuh bisa rapuh dan pikiran bisa berdarah, manusia tidak boleh menyerah. Jiwa harus bangun, mendaki, dan menemukan kembali sumber kebebasan sejati — yaitu Tuhan dan kesadaran rohani yang murni.
Puisi “Kasidah Kelahiran” adalah puisi yang menggambarkan perjalanan batin menuju pencerahan. Abdul Wachid B. S. menggunakan bahasa religius yang simbolik untuk menegaskan bahwa penderitaan bukan akhir, melainkan pintu menuju kelahiran kembali — kelahiran spiritual yang sejati.
Karya: Abdul Wachid B. S.