Sumber: Horison (Agustus, 1970)
Analisis Puisi:
Puisi "Katakanlah Padaku" karya Slamet Sukirnanto menghadirkan ungkapan batin yang padat simbol dan perenungan. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun penuh muatan makna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungi kehampaan, keterasingan, dan kebutuhan manusia akan makna dalam perjalanan hidup.
Tema
Tema utama puisi ini adalah pencarian makna hidup di tengah kehampaan dan keterasingan. Penyair menyingkap suasana batin yang gelisah, yang mencoba mengurai percakapan dengan diri sendiri maupun orang lain untuk menemukan arti keberadaan.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang meminta kejelasan dan jawaban dari segala kehampaan yang ia rasakan. Kata-kata seperti “desau anginmu bicara sonder kata” menunjukkan percakapan yang hampa, tak memiliki inti, sementara waktu terus berjalan “jam makin sarat memutar jarummu”.
Tokoh aku dalam puisi ini ingin meraih sesuatu di balik kehampaan itu, mengajak untuk menuliskan kembali masa lalu, lalu melangkah bersama ke masa depan tanpa beban: “bergegas lewat tanpa tapak, tanpa jejak”.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa hidup manusia sering kali diliputi kekosongan yang tidak mudah dijelaskan. Meski waktu terus bergerak, kadang kita merasa hampa, kehilangan makna, dan hanya berpegang pada kenangan masa lalu. Namun, penyair menyiratkan bahwa manusia harus berani melampaui kehampaan itu, merangkul pengalaman masa lalu, lalu bergerak maju tanpa harus selalu meninggalkan bekas atau jejak yang membebani.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi terasa sunyi, kontemplatif, sekaligus getir. Ada perasaan kosong yang mendominasi, tetapi di akhir bait muncul dorongan untuk melampaui kehampaan dengan sikap tegas: melangkah tanpa tapak, tanpa jejak.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa kehidupan harus terus dijalani meski sering terasa hampa. Jangan terjebak dalam percakapan yang kosong atau kenangan masa lalu yang menahan langkah. Sebaliknya, manusia perlu berani bergerak maju, menghadapi waktu, dan melampaui kehampaan dengan sikap sadar dan bijak.
Imaji
Puisi ini memunculkan sejumlah imaji yang kuat meski bersifat abstrak:
- “Desau anginmu bicara sonder kata” → imaji auditif yang menggambarkan suara hampa.
- “Jam makin sarat memutar jarummu” → imaji visual tentang waktu yang terus berjalan, menambah beban hidup.
- “Goreskan pada dinding masa lalu” → imaji visual sekaligus simbolik tentang kenangan yang membekas.
- “Bergegas lewat tanpa tapak, tanpa jejak” → imaji gerakan yang melambangkan perjalanan hidup yang tanpa beban.
Majas
Puisi ini menggunakan beberapa majas yang memperkaya maknanya:
- Personifikasi: angin digambarkan bisa “bicara sonder kata”, jam seakan sarat beban.
- Metafora: “dinding masa lalu” sebagai lambang kenangan hidup.
- Repetisi: “tanpa tapak, tanpa jejak” untuk menegaskan pesan di akhir puisi.
- Simbolisme: angin, jam, dan dinding digunakan sebagai simbol kehampaan, waktu, dan kenangan.
Puisi "Katakanlah Padaku" karya Slamet Sukirnanto merupakan refleksi tentang kehampaan, waktu, dan keberanian manusia untuk terus bergerak maju meskipun sering dihantui masa lalu. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh daya puitis, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan hidup: bahwa meski kita sering terjebak dalam kekosongan, kita tetap bisa melangkah, bahkan tanpa harus meninggalkan jejak.
Karya: Slamet Sukirnanto
Biodata Slamet Sukirnanto:
- Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
- Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
- Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.