Sumber: Gergaji (2001)
Analisis Puisi:
Tema utama puisi “Kayuh Tasbihmu” adalah perjalanan spiritual manusia menuju Tuhan. Melalui simbol-simbol religius seperti tasbih, zikir, tobat, ma‘rifat, dan salawat, penyair menyoroti proses penyucian diri dan perjuangan batin dalam mencapai kedekatan dengan Sang Pencipta.
Puisi ini bercerita tentang perjalanan iman seorang hamba yang berusaha menapaki jalan ma‘rifat melalui zikir dan tobat. Digambarkan bahwa kehidupan adalah aliran sungai — manusia harus terus “mengayuh tasbih” dan “mendayung sampan iman” agar tidak hanyut dalam kealpaan dan kefanaan dunia. Penyair menghadirkan gambaran spiritual tentang ketekunan berzikir yang membawa seseorang mendekat pada cahaya Ilahi.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah nasihat agar manusia senantiasa berzikir dan bertobat, sebab dunia adalah perjalanan yang penuh godaan dan arus yang dapat menyeret ke lalai. Tasbih dan iman menjadi metafora bagi kesadaran spiritual, sementara “hanyut semua yang fana” menunjukkan kesadaran sufi bahwa dunia hanya sementara, sedangkan yang abadi adalah Tuhan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini bernuansa meditatif, religius, dan reflektif. Ada kedamaian dalam irama zikir, namun juga kegelisahan batin saat penyair menyadari mudahnya manusia tergelincir ke dalam kealpaan. Suasana itu berubah dari ketenangan spiritual menuju perenungan mendalam tentang kefanaan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa iman harus dijaga melalui zikir, tobat, dan kesadaran diri yang berkelanjutan. Manusia tidak boleh berhenti mendayung perahu imannya di tengah arus kehidupan, karena hanya dengan terus berzikir dan berma‘rifat, seseorang akan “berlabuh sangat merapat” — yakni mencapai kedekatan sejati dengan Tuhan.
Imaji
Imaji dalam puisi ini kuat dan simbolik, terutama imaji visual dan spiritual. Contohnya:
- “Kayuh tasbihmu, dayung sampan iman” menghadirkan citra gerak dan perjalanan rohani.
- “Keringat tobat subuhmu membasahi jagad” menggambarkan kesungguhan ibadah.
- “Hanyut semua yang fana” menciptakan imaji tentang pelepasan duniawi yang dalam.
Gambaran-gambaran ini menghidupkan suasana kontemplatif dan memberi napas mistik pada puisi.
Majas
Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: “Kayuh tasbihmu” dan “dayung sampan iman” sebagai lambang perjuangan spiritual.
- Personifikasi: “Zikir mengalir sampai di mana?” memberi kesan bahwa zikir hidup dan bergerak.
- Repetisi: Pengulangan frasa “Kayuh tasbihmu, dayung sampan iman” mempertegas pesan kesungguhan beriman.
- Hiperbola: “Keringat tobat subuhmu membasahi jagad” memperkuat intensitas spiritualitas seorang hamba.
Puisi “Kayuh Tasbihmu” karya Slamet Sukirnanto merupakan refleksi religius yang mendalam tentang perjalanan spiritual manusia. Dengan simbol-simbol sufistik dan bahasa yang penuh imaji, penyair menggambarkan pentingnya zikir dan kesadaran dalam menjalani kehidupan menuju cahaya Ilahi.
Puisi ini bukan hanya doa, tetapi juga peta perjalanan batin — dari kesadaran diri, keinsafan, hingga kedekatan dengan Tuhan.
Karya: Slamet Sukirnanto
Biodata Slamet Sukirnanto:
- Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
- Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
- Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.