Analisis Puisi:
Puisi "Keping Derita" karya Aspar Paturusi adalah potret kepedihan manusia yang hidup dalam lingkaran penderitaan. Dengan bahasa sederhana namun penuh kekuatan, puisi ini menyampaikan keresahan terhadap kondisi hidup yang tidak lagi diwarnai perang fisik, melainkan perang batin dan tekanan sosial yang datang dari segala arah.
Tema
Tema utama puisi ini adalah penderitaan manusia akibat tekanan dan ketidakadilan hidup. Penyair menggambarkan bahwa derita bukan hanya lahir dari peperangan nyata, tetapi juga dari kepungan musuh yang berwujud lebih halus: topeng kepalsuan, kemunafikan, dan tekanan sosial yang mencekik.
Puisi ini bercerita tentang penderitaan seseorang yang merasa terhimpit oleh keadaan. Penyair mengungkapkan empati melalui hati, telinga, mata, dan doa, seolah ikut merasakan derita orang lain. Jika dulu penderitaan dihadapi dengan peperangan melawan musuh yang nyata, kini musuh datang dari segala sisi, tersembunyi di balik kepura-puraan. Akibatnya, manusia dipaksa menerima “keping-keping derita” dan hanya mampu meluapkan keluh kesah.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kritik terhadap kehidupan modern yang penuh dengan kepalsuan dan tekanan tidak terlihat. Penderitaan manusia tidak lagi hanya berasal dari medan perang, tetapi juga dari realitas sosial-politik yang penuh manipulasi. Musuh tidak tampak secara jelas, karena mereka bersembunyi di balik “topeng”, melambangkan kemunafikan, pengkhianatan, dan tipu daya.
Suasana dalam puisi
Suasana yang tercipta adalah muram, getir, dan penuh kepedihan. Ada nuansa simpati sekaligus keputusasaan ketika penyair menggambarkan bagaimana derita itu hadir di mana-mana, menyelinap tanpa henti, hingga membuat manusia hanya mampu mengeluh.
Amanat / pesan yang disampaikan
Pesan dari puisi ini adalah:
- Kita harus peka terhadap penderitaan sesama dan tidak menutup mata terhadap derita orang lain.
- Derita manusia masa kini lebih rumit, karena musuh bukan hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam masyarakat, bahkan dari orang-orang terdekat.
- Kepura-puraan dan kemunafikan adalah musuh tersembunyi yang lebih berbahaya dibanding perang terbuka.
- Harapan dan doa tetap penting, meski penderitaan tampak sulit diatasi.
Imaji
Puisi ini menggunakan berbagai imaji yang kuat:
- Imaji perasaan – “dengan hati kurasakan dukamu” menghadirkan empati mendalam.
- Imaji pendengaran – “dengan telinga kudengar keluhanmu” memperkuat suasana keluh kesah.
- Imaji penglihatan – “dengan mata tak kuasa aku memandangmu” menunjukkan pedihnya penderitaan yang sulit disaksikan.
- Imaji peperangan – “musuh ada di depan… kini kau terkepung” membangun bayangan visual tentang kepungan derita.
Majas
Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
- Repetisi – pengulangan kata “dengan” di awal beberapa baris memperkuat kesan penegasan.
- Metafora – “serakan keping derita” mengibaratkan penderitaan sebagai pecahan-pecahan yang tak terhindarkan.
- Personifikasi – “musuh ada di sekeliling, sembunyi di balik topeng” memberi sifat manusiawi pada musuh tak kasat mata.
- Hiperbola – penggambaran musuh yang mengepung dari segala arah memberi kesan penderitaan tak tertahankan.
Puisi "Keping Derita" karya Aspar Paturusi adalah refleksi atas penderitaan manusia yang tidak lagi sederhana. Dengan tema penderitaan sosial, puisi ini bercerita tentang kondisi manusia yang terkepung musuh tersembunyi, menghadirkan makna tersirat tentang kemunafikan dan tekanan modern, serta menampilkan imaji dan majas yang memperkuat suasana getir. Melalui sajak ini, penyair ingin menyampaikan bahwa meski derita terasa tak tertanggungkan, empati, doa, dan kesadaran akan musuh sejati tetap diperlukan.
Karya: Aspar Paturusi
Biodata Aspar Paturusi:
- Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
- Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
