Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Ketika Kuucap Syahadat (Karya Rachmat Djoko Pradopo)

Puisi “Ketika Kuucap Syahadat” bercerita tentang pengalaman spiritual seorang hamba saat mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu pernyataan ...
Ketika Kuucap Syahadat

ketika kuucap dua kalimat syahadat
tak seorang menyaksikan
kecuali Allah sendiri dengarkan
aneh, tak seorang mendekat
bahkan yang mengaku hamba Allah

ketika kuucap dua kalimat syahadat
alam begitu tenang angin pun diam
hanya hatiku yang bergejolak
rinduku dengan-Nya berhadapan
tapi hanya alam yang begitu tenang
dan tak hanya seorang mendekat
bahkan yang mengaku hamba Allah

ketika kuucap dua kalimat syahadat
hanya hatiku sendiri mendengarkan
manusia tak ada
dan alam begitu tenang

Sumber: Hutan Cemara (2017)

Analisis Puisi:

Puisi “Ketika Kuucap Syahadat” memiliki tema tentang keimanan dan kesadaran spiritual. Puisi ini menggambarkan momen batin seorang manusia ketika mengucapkan dua kalimat syahadat — sebuah ikrar pengakuan akan keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad. Tema ini menyoroti hubungan pribadi dan mendalam antara manusia dengan Tuhannya, yang berlangsung dalam kesunyian dan ketenangan batin.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman spiritual seorang hamba saat mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu pernyataan keimanan yang menjadi inti dari ajaran Islam. Dalam proses itu, penyair menggambarkan bagaimana suasana sekitarnya menjadi hening, dunia seolah berhenti, dan hanya hati serta Allah yang menjadi saksi. Meski diucapkan dalam kesunyian tanpa manusia lain yang menyaksikan, pengakuan itu tetap penuh makna karena disaksikan langsung oleh Sang Pencipta.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah keikhlasan dan kesendirian manusia di hadapan Tuhan. Pada akhirnya, hubungan antara manusia dan Allah bersifat personal dan tak membutuhkan pengakuan dari orang lain. Puisi ini juga menyiratkan bahwa keimanan sejati tidak ditentukan oleh formalitas sosial, tetapi oleh ketulusan hati yang mengucap dan meyakini kalimat tauhid.

Selain itu, terdapat renungan eksistensial bahwa dalam puncak kesadaran spiritual, manusia hanyalah makhluk kecil yang berhadapan dengan kebesaran Tuhan dalam keheningan semesta.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah hening, tenang, dan penuh perenungan, namun di sisi lain juga menggetarkan karena menggambarkan pergolakan batin dan kerinduan spiritual. Ketenangan alam yang digambarkan (“alam begitu tenang, angin pun diam”) menciptakan kontras dengan gejolak hati si aku lirik yang sedang mengalami pengalaman religius mendalam.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang disampaikan dalam puisi ini adalah bahwa keimanan sejati tidak membutuhkan pengakuan manusia lain; yang terpenting adalah kesadaran dan keikhlasan hati di hadapan Allah. Penyair mengingatkan bahwa pada hakikatnya, manusia sendirian dalam perjalanannya menuju Tuhan, dan hanya dengan kejujuran spiritual seseorang dapat merasakan kedamaian sejati.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji visual dan imaji batin.
  • Imaji visual tampak dalam gambaran alam yang tenang dan diam (“alam begitu tenang, angin pun diam”).
  • Imaji batin muncul dari perasaan rindu dan gejolak hati (“rinduku dengan-Nya berhadapan”, “hanya hatiku yang bergejolak”).
Imaji-imaji ini membantu pembaca ikut merasakan suasana hening namun sarat makna yang dialami penyair.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi, misalnya pada “alam begitu tenang, angin pun diam”, yang menggambarkan alam seolah memiliki kesadaran.
  • Repetisi, pada pengulangan kalimat “ketika kuucap dua kalimat syahadat” yang menegaskan intensitas spiritual dan kekhusyukan suasana.
  • Metafora, seperti “rinduku dengan-Nya berhadapan” yang menggambarkan kerinduan spiritual sebagai bentuk pertemuan batin dengan Tuhan.
Puisi “Ketika Kuucap Syahadat” merupakan karya yang menggugah renungan tentang makna keimanan dan hubungan personal manusia dengan Tuhan. Rachmat Djoko Pradopo menghadirkan pengalaman religius yang intim dan penuh kesunyian, di mana keheningan menjadi saksi dari ikrar paling sakral seorang manusia. Melalui kesederhanaan bahasanya, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kembali arti syahadat bukan sekadar ucapan, tetapi pernyataan jiwa yang tulus dan mendalam.

Puisi Rachmat Djoko Pradopo
Puisi: Ketika Kuucap Syahadat
Karya: Rachmat Djoko Pradopo

Biodata Rachmat Djoko Pradopo:
  • Rachmat Djoko Pradopo lahir pada tanggal 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah.
  • Rachmat Djoko Pradopo adalah salah satu Sastrawan Angkatan '80.
© Sepenuhnya. All rights reserved.