Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kota Kecil (Karya Tri Astoto Kodarie)

Puisi “Kota Kecil” karya Tri Astoto Kodarie bercerita tentang pengalaman sang “aku” di sebuah kota kecil, di mana ia menghadapi makam tua, ....
Kota Kecil

pada suatu kota kecil
aku menggigil
mengingat makam-makam tua
yang dalam mimpi selalu bersua

pada suatu kota kecil
ingin kurajut angin
dari mulutmu yang mungil
tapi persoalan menjadi lain

sebenarnya telah kupersiapkan
bunga setaman
tak harum tak berwarna
kemudian kutaburkan
di tanahmu yang merona

biarlah segalanya menjadi tanah
karena telah kupersiapkan diriku
menjadi anak panah
yang melesat menikam kedunguanku.

1996

Analisis Puisi:

Puisi “Kota Kecil” karya Tri Astoto Kodarie menghadirkan nuansa introspektif yang menyentuh pengalaman pribadi dalam konteks kota kecil. Bahasa yang simbolik dan imaji yang kuat membuat puisi ini kaya makna, meski pendek dan sederhana.

Tema

Tema utama puisi ini adalah perasaan kesepian, kerinduan, dan refleksi diri dalam kota kecil. Penyair mengeksplorasi pengalaman personal yang terkait dengan tempat dan kenangan yang membekas.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman sang “aku” di sebuah kota kecil, di mana ia menghadapi makam tua, berinteraksi dengan suasana kota, dan mencoba mengekspresikan perasaannya melalui simbol-simbol seperti angin, bunga, dan anak panah.

Makna tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah konflik batin dan usaha individu menghadapi kenangan, rasa bersalah, atau kesedihan. Kota kecil menjadi latar simbolik untuk refleksi diri, di mana hal-hal sederhana sekalipun memicu perenungan mendalam.

Suasana dalam puisi

Suasana puisi ini sendu, introspektif, dan sedikit mistis. Pembaca merasakan getaran emosi sang “aku” saat menghadapi makam tua, berinteraksi dengan elemen kota, dan menghadapi kesadaran diri sendiri.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual dan simbolik:
  • “Makam-makam tua / yang dalam mimpi selalu bersua” — imaji yang membangkitkan rasa misteri dan kenangan.
  • “Bunga setaman / tak harum tak berwarna / kemudian kutaburkan / di tanahmu yang merona” — imaji simbolik tentang usaha dan pemberian yang mungkin sia-sia atau simbol pengabdian.
  • “Menjadi anak panah / yang melesat menikam kedunguanku” — imaji agresif namun simbolis tentang introspeksi dan penegasan diri.

Majas

  • Metafora: anak panah sebagai simbol introspeksi dan kritik terhadap diri sendiri.
  • Personifikasi: kota dan makam seakan memiliki kehidupan dalam mimpi dan kenangan.
  • Simbolisme: bunga yang tidak harum dan tidak berwarna melambangkan usaha atau perasaan yang sederhana namun penuh makna.

Amanat / pesan yang disampaikan

Pesan puisi ini adalah pentingnya menghadapi perasaan sendiri, mengenang masa lalu, dan menemukan makna dalam pengalaman sederhana, meskipun kadang menyakitkan atau menantang.

Puisi “Kota Kecil” adalah puisi introspektif yang memadukan imaji simbolik dan bahasa puitis untuk mengeksplorasi hubungan individu dengan kenangan, kota, dan dirinya sendiri. Tri Astoto Kodarie berhasil menciptakan suasana sendu dan reflektif melalui gaya bahasa yang padat dan simbolik.

Puisi: Kota Kecil
Puisi: Kota Kecil
Karya: Tri Astoto Kodarie

Biodata Tri Astoto Kodarie:
  • Tri Astoto Kodarie lahir di Jakarta, pada tanggal 29 Maret 1961.
© Sepenuhnya. All rights reserved.